Niatku menghidupkan komputer adalah mengecek email laporan dari tiap manager divisi, sebelum kuteruskan ke pihak pusat. Namun, benda itu hanya menyala dan tidak menampilkan apa-apa kecuali layar home. Tidak, bukan karena rusak. Si operator alias aku tidak menjalankan niat itu. Aku malah mengabaikan komputer itu hampir satu jam lamanya—juga sampai teh yang diantar Mira menjadi dingin.
Pikiranku sebenarnya sudah tidak fokus pada pekerjaan sejak bangun tidur. Soal perkataan Ezra semalam, di samping pelukan dan ciumannya, terngiang-ngiang di kepalaku terus-menerus bak kaset rusak. Terutama pada ucapan terima kasih lelaki itu karena sudah menemukannya dan berdoa untuknya (kami). Bukankah itu doa yang kukatakan pada Edward? Batinku merasa, kala ia mengatakannya, sesaat terdengar seperti memang Edward yang sedang berterima kasih.
Terbesit dalam pikiranku kalau Ezra mungkin wujud kehidupan lain dari Edward. Selain karena ucapannya semalam dan perasaan aneh saat menatapnya, ia bersikap aneh saat aku tahu soal Lilianne—tak sengaja kan waktu itu melihat lukisan Lilianne di kamarnya kemudian mendengar gumaman Ezra tentang gadis itu. Gerak geriknya, yang baru kusadari, memberi sinyal seolah ia adalah Edward.
Namun, untuk mengatakan bahwa Ezra adalah Edward belum bisa kulakukan. Bukti yang kupunya masih sedikit, dan itupun hanya prasangka. Lagipula, jika Ezra memang bentuk inkarnasi Edward, bagaimana ia bisa mendekatiku dengan agresif? Maksudku, aku ini bukan Lilianne yang begitu ia cinta. Selama ini, aku tidak menemukan tanda-tanda seorang inkarnator pada diri sendiri, jika memang aku ini bentuk inkarnasi Lilianne. Dua puluh lima tahun aku hidup mudah tanpa mengingat kejadian masa lalu atau apapun itu, sehingga berpikir bahwa aku adalah jiwa yang baru. Toh, juga aku tidak memiliki tanda lahir kusus atau apapun itu—yang biasanya para rinkarnator punya.
Yah, kalaupun pernyataan pertama soal kemungkinan itu benar, bisa saja Ezra mendekatiku karena hatinya berubah. Tidak lagi mencintai Lilianne. Tetapi, persentasenya sangat kecil, sekecil partikel debu. Secara Edward adalah bucin tolol-nya seorang Lilianne.
"Memikirkannya membuatku migrain," keluhku sambil menopang dagu. Tiba-tiba migrain karena banyak mikir. Semalam pun kurang tidur karena hal yang sama—di samping merasa gelisah karena dicium Ezra. Membebani kepalaku hingga akhirnya ia protes.
"Entah benar atau enggak, aku enggak tau. Kalau saja benar, aku juga enggak tau harus bagaimana," lirihku.
Hubungan antara aku dengan Ezra mungkin akan canggung untuk sementara. Aku perlu waktu untuk menerima kenyataan itu. Yah, aku harus beradaptasi dengan wujud Edward yang lain.
Masih dengan pikiran yang kusut dan migrain yang mengganggu, aku kembali menyentuh komputer. Membuka email yang masuk satu per satu, mengunduh isinya dan membacanya satu-persatu. Kedua mataku sampai panas dan migrain bertambah hebat saat membaca dokumen-dokumen itu. Walaupun mengganggu, tetap kulakukan agar bisa rampung hari ini—mengingat kemarin cuti sehingga pekerjaanku tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcane ft Han Jisung
FanfictionLelaki itu misterius. Sejak kepindahannya ke sebuah rumah di samping rumahku, banyak keanehan yang terjadi. Salah satunya, aku masuk ke dalam masa lalu dan bertemu seseorang bernama Edward. Dia mengaku sebagai seorang raja dari kerajaan Elysian tahu...