Rapat besar dengan CEO telah usai tepat pada pukul sebelas siang. Hadirin rapat telah berhamburan keluar meninggalkan auditorium perusahaan. Hendaknya mereka istirahat siang atau bergegas ibadah. Semuanya tidak terkecuali. Demikian pula aku, manajer baru yang ikut rapat besar di perusahaan pusat.
Hari ini ada rapat besar di kantor pusat yang dipegang sendiri oleh mas Bintang. Aku dijemput oleh pak Ali sekitar jam delapan pagi. Jarak antara kantor cabang dengan kantor pusat lumayan jauh. Oleh karena itu pak Ali menjemputku lebih pagi.
Tadinya rapat besar ini berisi LPJ atau pertanggung-jawaban kerja tiga bulanan dari tiap divisi kantor pusat dan cabang. Berhubung aku masih baru bekerja, mas Bintang menyuruh hadir agar aku tahu bagaimana sistem di perusahaannya. Aku sebenarnya sudah tahu. Namun, menurut lebih baik daripada nanti kena batunya.
Kini aku beranjak keluar dari auditorium. Rencananya akan mencari pak Ali, minta antar untuk pulang ke kantor cabang. Mas Bintang sebelumnya menyuruh karyawan di kantor cabang untuk kembali pulang ke kantor. Maka dari itu, aku akan pulang dan mencari makan siang.
"Bu Aira!"
Seseorang memanggilku ketika hampir masuk ke lift. Ada seorang laki-laki dari arah timur, berjalan ke arahku. Kupikir dia sekretaris mas Bintang. Soalnya mas Bintang sempat menyinggung soal lelaki berkemeja putih garis-garis hitam ini.
"Kenapa?" tanyaku tatkala ia sudah berdiri di hadapanku.
"Pak Adi memunta saya untuk memanggil bu Aira. Beliau ada di ruangannya," balasnya.
Bintang ini, ya. Merepotkan jadi orang.
"Ada perlu apa?" tanyaku agak ketus. Sebal, sih, karena berurusan dengannya kembali.
Aku tentu masih belum bisa memaafkan laki-laki itu. Terlebih kemarin lusa ketika ia lancang mencium bibir ini. Dia melecehkan harga diriku lagi. Untuk kesekian kalinya.
Raut wajahnya tiba-tiba berubah melas secara signifikan. "Pak Bintang mau ajak Anda makan siang. Saya mohon ibu segera ke sana. Kalau tidak—"
Aku menyela. "Kamu dipecat?"
Lelaki di hadapanku tidak lagi berbicara. Hal itu membuatku menyimpulkan bahwa mas Bintang akan memecat lelaki ini jika aku tidak mengikutinya. Aku lantas mengembuskan napas perlahan, memilih pasrah. Aku pun menyetujui ajakan lelaki itu untuk menemui raja Fir'aun 10.0 alias Adi Bintang Fatahilah.
Sekretaris mas Bintang ini membuka pintunya setibanya di ruangan mas Bintang. Ia kemudian undur diri, meninggalkanku dan mas Bintang yang sudah menunggu di sofa kerjanya. Aku tak kunjung mendekati pria itu sampai mas Bintang sendiri tersadar akan kehadiran mantan istrinya. Tatapan kami beradu, tetapi aku memilih membuang wajah ke lantai beberapa detik kemudian mendekatinya.
Dengan angkuh, aku berjalan ke arahnya dan duduk di hadapannya. Sengaja aku menyilangkan kaki di hadapannya walau sudah tahu mas Bintang tidak suka wanita yang menyilangkan kakinya. Banyak aturan memang si Fir'aun ini. Aku kesal tidak bisa mengikuti kemauanku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcane ft Han Jisung
FanfictionLelaki itu misterius. Sejak kepindahannya ke sebuah rumah di samping rumahku, banyak keanehan yang terjadi. Salah satunya, aku masuk ke dalam masa lalu dan bertemu seseorang bernama Edward. Dia mengaku sebagai seorang raja dari kerajaan Elysian tahu...