二十二 | Sinyal Ezra (Edward)

250 49 13
                                    

Pantai masih sepi dari pengunjung saat aku dan Ezra tiba—setelah menempuh perjalanan selama dua jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pantai masih sepi dari pengunjung saat aku dan Ezra tiba—setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Hanya ada segelintir orang di tepian pantai yang sepertinya akan pergi memancing ikan. Para petugas pantai belum terlihat di pos masuk, atau area parkir. Mungkin memang karena kami tiba terlalu pagi, makanya mendahului mereka.

Begitu melepas helm, kedua mataku dimanjakan oleh pemandangan di depan sana. Hamparan pasir putih yang berkilauan, membentang dari segala arah, sejauh mata memandang.
Air laut terlihat biru jernih seperti kaca, dan sedikit jingga karena pantulan cahaya matahari di ufuk timur. Ombak bergelung-gelung rendah ke tepian, menyapu bibir pantai dan membawanya ke tengah lautan. Terakhir, embusan angin pesisir membawa aroma lautan yang khas, terasa sangat menyegarkan.

Usai memarkirkan motornya di bawah pohon ketapang, Ezra menggandeng tanganku. Kami pun berjalan beriringan menyusuri tepi pantai. Sunyi mewarnai, kami sama-sama menikmati suara deburan ombak yang bercampur deru angin. Tak luput, suara kicauan burung dari kejauhan. Di tempat ini, aku merasa tenang. Kekusutan dalam pikiran mulai terurai satu per satu.

"Mau duduk di sana?" Ezra bertanya seraya menunjuk gazebo kecil di antara pohon-pohon cemara laut. Pandanganku ikut ke arah yang ia tunjuk, lalu berpaling.

Mataku terpaku pada ombak. Enggan untuk menjauh. "enggak. Di sini saja ya?"

"Oke," sahutnya. Menuruti kemauanku.

Tepat di tempat kami berpijak mulanya, kami mendudukkan diri. Tidak takut akan diterjang ombak lantaran kondisi pantai yang sedikit surut. Aku pun melepas alas kaki. Dingin sekaligus kasarnya pasir langsung terasa di permukaan kaki.

Memang bukan pilihan yang buruk pergi ke pantai pada pagi hari. Udaranya masih segar dan belum banyak pengunjung. Memberi ketenangan yang lebih baik pada jiwa.

"Harusnya berangkat lebih pagi, ya, biar bisa lihat sunrise," ujar Ezra sambil menumpu dagu.

"Uh...dingin banget, tau! Habis subuh dinginnya bukan main," aku bergidik. Teringat betapa dinginnya tadi saat kami berangkat. Walau telah memakai jaket tebal, kaus kaki beserta sepatu, tidak bisa menghalau hawa dingin.

Pantai terdekat dari area perumahan kami tetap saja tidak sedekat itu. Butuh waktu tempuh sekitar dua jam, kalau tidak sedang macet, lantaran lokasinya cukup jauh dari pusat kota. Tadi pun kupikir akan berangkat sekitar pukul enam atau tujuh pagi, ternyata malah sehabis subuh. Ezra bahkan meneleponku tanpa henti agar aku segera bersiap-siap pergi tadi.

Yang ia kejar rupanya sebatas momen matahari terbit.

"Bikin rencana liburan ke Bali atau ke Lombok enak kali, ya, Ai?" tanya ia sembari memeluk kedua kakinya.

"Berdua doang?"

Ia mengangguk singkat.

"Loh, kok, cuma berdua?"

"Harus ajak siapa lagi? Kan ada kamu pacar saya. Gak masalah, dong?"

Aku menghela napas. Kucolek lengannya agar tatapan lelaki itu tertuju padaku. Begitu tatapan kami bertemu, aku kembali membuka suara. "Kamu serius? Maksudku, kamu serius jadiin aku pacar kamu?" pertanyaan ini sejak kemarin mengganggu pikiranku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arcane ft Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang