Now playing 🎶 Taylor Swift – Tolerate it
Jam setengah delapan malam, Ezra mengklakson motornya di depan rumah. Tanda dirinya sudah tiba di depan rumahku, dan bersiap untuk pergi malam ini. Sebelum menghampirinya, aku mengunci pintu terlebih dahulu. Baru setelahnya menemui Ezra, disambi mengunci pintu pagar.Seperti yang dikatakan olehnya tadi di kantor, Ezra akan membawaku jalan-jalan. Rencananya akan pergi ke restoran ayam di dekat Transmart kemudian ke tempat itu sendiri untuk menonton film. Aku setuju saja. Satu sisi untuk menghindari mas Bintang malam ini, dan menjernihkan pikiranku setelah berpetualang ke masa lalu.
"Helm, Ai," Ezra menyodorkan sebuah helm persis miliknya, yang berwarna cokelat dengan gambar bintang di kedua sisi.
"Mirip, eh..." celetukku seraya memakai helm pemberiannya.
"Iya. Saya beli dua. Buat kamu dan saya," jawabnya.
Aku langsung terharu, sekaligus geli dibelikan helm olehnya. Ia sebenarnya tidak perlu membelikanku benda ini. Aku masih punya di gudang. Kondisinya pun lumayan bagus setelah dicek.
"Terima kasih. Perlu kuganti uangnya?" tanyaku saat Ezra mulai melajukan motornya di sepanjang jalan kompleks.
"Enggak perlu. Saya ikhlas. Anggap aja sebagai hadiah saya buat kamu, tetangga baru."
Perkataan Ezra membuatku tidak bisa menyembunyikan semburat malu. Meski berkedok "hadiah untuk tetangga baru", aku tidak sanggup menaham gejolak ini. Gejolaknya mampu memicu detak jantung dua kali lipat. Sial. Ini menyenangkan. Baru pertama kali mendapati hal seperti ini.
Percakapan di antara kita terhenti sejenak ketika motor melaju di jalan besar. Aku tidak mengajak Ezra bicara lantaran sibuk menatap kendaraan, lampu jalan dan toko-toko di pinggiran. Pemandangan itu tampak monoton. Namun, untuk kali ini berbeda. Pemandangan di depan sana terasa menarik hati. Ditambah angin malam yang berembus lembut, membuatku tidak bosan. Terkesan senang atau bahagia.
Entahlah. Mungkin karena Ezra.
Lama berkendara dalam keheningan, Ezra akhirnya berhenti di depan restoran ayam di samping Transmart. Begitu motor mati, aku langsung turun dan melepas helmnya. Tidak kusangka sebelumnya kalau Ezra mengamati. Lelaki itu pun membenarkan rambutku yang berantakan. Sontak saja daksa ini kaku akibat perlakuannya.
"Pelan-pelan bukanya, Ai. Rambutnya berantakan gini kan," tegurnya, membuyarkan lamunanku.
"Ah...maaf," ucapku agak kikuk.
Ezra tersenyum sekilas, lalu membuka helmnya. Dengan inisiatif sendiri, aku meletakkan helm di gantungan motornya. Ezra lantas pindah dari motornya, dan membuka bagian jok. Tidak sempat kulihat apa yang dilakukannya lantaran Ezra berbalik secara tiba-tiba. Ia pun menutup joknya dengan cepat. Aku terkejut karena bunyinya cukup kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcane ft Han Jisung
FanfictionLelaki itu misterius. Sejak kepindahannya ke sebuah rumah di samping rumahku, banyak keanehan yang terjadi. Salah satunya, aku masuk ke dalam masa lalu dan bertemu seseorang bernama Edward. Dia mengaku sebagai seorang raja dari kerajaan Elysian tahu...