十三 | Hari Sial

698 189 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semangkuk bubur gandum yang digenangi susu, dengan topping madu dan buah beri kering, tersaji tepat di meja kayu di hadapanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semangkuk bubur gandum yang digenangi susu, dengan topping madu dan buah beri kering, tersaji tepat di meja kayu di hadapanku. Aromanya sontak menguar, masuk ke dalam indra penciumanku. Membuatku bersorak riang lantaran aromanya begitu manis. Saking manisnya sampai ingin kuendus terus-menerus alih-alih memakannya.

Emma, wanita bergaun biru muda yang baru saja menyajikan makanan ini, hanya tersenyum geli. Melihat tingkahku yang seperti anak kecil baru dibelikan mainan. Aku lantas menyengir, menutupi rasa malu. Setelahnya, aku mengambil sendok besi yang tergeletak di atas meja.

"Aku makan dulu," sahutku pada Emma yang kini tengah menuangkan susu ke dalam gelas—gelas dari kayu yang memiliki gagang berukuran besar.

"Makanlah. Tidak perlu izin," jawabnya kemudian.

Aku mengangguk, kemudian memejamkan mata sambil membaca doa sebelum makan. Selepas itu, aku mulai menyantap bubur gandum buatan Emma—salah satu koki kerajaan yang sudi memasakkan sarapan untukku. Baru sesendok masuk ke dalam mulut, aku rasanya ingin meleleh. Makanan ini benar-benar fantastis hingga aku lemas seketika.

"Agaknya aneh mendapati dirimu seperti ini setelah mencoba frumenty buatanku," celetuk Emma saat aku baru menelan bubur enak itu.

Ah, namanya Frumenty, ya? Kupikir namanya bubur gandum biasa.

"Ini enak sekali, Em. Aku takjub," balasku antusias.

Emma menaikkan salah satu alisnya. Pertanda sedang kebingungan. 

"Kenapa?" tanyaku.

"Aku bingung. Hari ini kamu aneh. Pertama, sejak awal masuk ke dapur kamu terlihat tidak mengenalku. Kamu lupa namaku. Kedua, kamu takjub dengan makanan buatanku, padahal kamu sering memakannya. Kemudian, kamu memanggilku Em. Biasanya kamu memanggilku Ash,"

Astaga.

Berapa banyak orang yang sebenarnya kukenal, tapi aku tidak tahu untuk sekarang?

Tadi Edgar, sekarang Emma. Lantas siapa lagi?

Helaan napas pendek kuloloskan dari bibirku yang sedikit basah. Sendok besi yang kupegang, kutaruh sejenak. Aku pun menatap Emma. Wanita berambut pirang panjang itu ternyata masih menatapku dengan raut wajah kebingungan.

Arcane ft Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang