Daun pintu bercat cokelat itu terbuka setelah aku mengetuknya sebanyak tiga kali. Sosok Ezra dengan balutan kaus kedodoran putih polos dan celana olahraga, muncul dari baliknya. Aku langsung tersenyum ketika tatapan kami bertemu. Ezra membalasnya dengan sebuah senyum tipis. Tipis sekali hampir tidak menyerupai sebuah senyum. Itu wajar karena sudut bibirnya terluka akibat ditonjok mas Bintang.
Bedebah berotot berstatus mantan suamiku.
"Masuk, Ai!" ia menyuruhku masuk setelah membuka pintu rumahnya lebar-lebar.
"Ezra gimana kondisinya? Ezra udah makan apa belum?" tanyaku begitu sudah masuk ke dalam rumahnya.
Aku cukup dibuat terkesima sebenarnya saat ini. Rumah Ezra begitu tertata rapi. Sofa berwarna hijau terletak di sisi kiri ruang tamu, sedangkan sisi kanan terdapat lemari sepatu elektrik—aku menyebutnya demikian karena ada sinarnya di dalam sana. Dinding rumahnya berwarna kuning terang dan terdapat beberapa foto serta lukisan. Namun, dari semua kesempurnaan tata ruangannya, ada yang membuatku terkejut. Bau ruangan ini bau bunga mawar.
"Udah lumayan, sih, Ai. Tadi saya kompres pakai es makanya udah enakan," jawabnya. "eh, yah...saya belum makan. Barusan masih ngurusin berkas-berkas kantor."
Gue menganggukkan kepala padanya. Sedikit lega karena lelaki ini baik-baik saja meski wajahnya babak belur. Lantas mendengarnya belum makan, aku menyodorkan sebuah rantang yang isinya makanan. Aku tadi berinisiatif untuk mengunjunginya sekaligus minta maaf atas kelakuan mas Bintang. Untuk itulah aku membuatkannya makan malam.
"Ini aku buatkan makan malam. Dimakan, ya..." ujarku kemudian tersenyum.
"Repot banget, Ai," balasnya seraya menerima rantang putih dari tanganku.
Aku menggelengkan kepala. Tidak repot sama sekali. Itu bagiku sebuah permintaan maaf atas kejadian tadi pagi.
"Enggak, kok. Itu sejujurnya sebagai permintaan maafku atas penonjokan tadi pagi,"
Ezra mendengus. "Harusnya mantan suami kamu yang minta maaf, bukan kamu," jawabnya. "sini ikut saya ke dapur!"
Lelaki itu berjalan terlebih dulu menuju dapur. Aku mengekorinya sambil celingukan, mengamati kediamannya. Agaknya aneh karena Ezra mengajakku ke dapurnya, tetapi aku mengikutinya saja. Sesampainya di dapur, Ezra menaruh rantang itu di tengah-tengah meja. Ia kemudian menarik sebuah kursi di meja makan, dan di lanjut kursi di hadapannya.
"Lagi enggak sibuk kan? Temani saya makan mau?" tanya Ezra seraya menatapku.
Aku buru-buru mengangguk. Tidak enak kalau menolak. Kemarin ia sudah menemaniku semalaman. Setidaknya aku membalas kebaikannya dengan menemaninya makan.
"Kamu udah makan?" tanya Ezra kembali seraya membongkar susunan rantangnya.
"Sudah tadi," jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcane ft Han Jisung
FanfictionLelaki itu misterius. Sejak kepindahannya ke sebuah rumah di samping rumahku, banyak keanehan yang terjadi. Salah satunya, aku masuk ke dalam masa lalu dan bertemu seseorang bernama Edward. Dia mengaku sebagai seorang raja dari kerajaan Elysian tahu...