一 | Bertemu Mas Bintang

4.3K 686 240
                                    

2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


2019

Aroma kopi tertangkap indra penciumanku saat aku sedang menjahit baju pesanan salah satu artis terkenal. Baunya mengguah selera hingga mengalihkan perhatianku saat ini. Secangkir kopi hadir di atas meja yang tidak jauh dari tempatku berada. Azura, temanku, yang meletakkan kopi itu. Ia kemudian menarik kursi di dekat meja itu dan mendudukinya. Wanita berpipi tembam itu lantas menatapku dari tempatnya duduk.

Aku kembali menjahit, tanpa menghiraukan kehadirannya.

"Gak istirahat dulu, Ai?" Azura bertanya. "Aku bikinin kopi, nih. Minum dulu, gih."

"Nanggung. Bagian pinggangnya hampir selesai." jawabku, menolak bujukannya.

"Kamu terlalu memforsir pekerjaanmu. Istirahat dulu, deh. Lagian istirahat lima belas menit gak bakal bikin kamu dipecat sama bu Ratna." katanya lagi, masih berusaha membujukku beristirahat.

Aku memilih diam sejenak, kembali menjahit bagian pinggang dari rok yang sedang aku kerjakan. Aku tidak menuruti bujukannya itu. Betul kata Azura kalau aku terlalu memforsir pekerjaan menjahit pakaian artis terkenal itu. Namun, ada alasan dibalik tekadku mengutamakan pesanan itu. Aku ingin pesanannya selesai sebelum deadline, dan harus mencari pekerjaan lain minggu ini—memungkinan waktu terbuang lebih banyak.

Yah, aku sedang butuh uang banyak untuk mencari rumah baru dan memenuhi kebutuhan hidupku lainnya. Uang yang kupunya di dalam tabungan, tidak seberapa jumlahnya. Untuk itulah aku harus berusaha keras demi tercapainya impianku.

Jahitan di bagian pinggang akhirnya selesai kukerjakan. Aku mengambil gunting untuk memotong benangnya dan merapikannya. Selepas itu, kutinggal pakaian tersebut dan beralih ke meja dimana ada Azura yang membaca novel fantasi karya Kerstin Gier dengan judul Ruby Red.

Aku menarik kursi di hadapannya, sekaligus cangkir berisi kopi hitam itu. Azura sempat melirikku sebelum kembali membaca bukunya. Aku menghirup dan menikmati bau kopi hitam tersebut. Baunya nyaman, menenangkan pikiran. Meski aku pecinta kopi, terutama Cappuccino, aku lebih suka teh melati hangat untuk merilekskan badan.

Hening.

Aku menikmati kopi buatan Azura, sedangkan Azura membaca novel fantasi itu. Aku maklum, sih. Di sela-sela istirahat begini, Azura lebih suka membaca buku yang dibelinya di toko buku ketika sedang cuci gudang, daripada mengobrol bersamaku atau dengan karyawan butik lainnya. Dia lebih suka waktunya untuk dirinya sendiri dibanding berinteraksi dengan orang lain. Demikian halnya denganku. Hanya saja, aku tidak suka membaca buku di tempat kerja. Aku lebih suka membaca buku di perpustakaan kota di akhir pekan.

Ah, baru ingat. Esok sudah akhir pekan.

Keheningan di antara kami terus berlanjut sampai kopi hitam milikku tersisa setengah. Aku kemudian menaruhnya dan mengambil kue bolu yang dibawanya juga. Untuk saat ini, bolu kukus sepertinya bisa dijadikan teman makan siang.

Arcane ft Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang