九 | Permintaan

1.3K 359 82
                                    

1552

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


1552

Aku membuka sebuah pintu yang tingginya dua kali lipat dariku. Kedua mataku langsung menangkap banyak sekali lukisan di dalam sana, dan seorang lelaki berpakaian khas seorang raja. Dia adalah Edward, raja Elysian. Dengan dada yang rasanya meletup-letup, aku masuk ke dalam ruangan itu seraya membawa segelas susu sebagaimana permintaannya. Sembari itu pun aku berdoa agar Edward tidak marah lantaran keterlambatanku.

"Yang mulia," tegurku pelan.

"Terlambat!" serunya lantang. Aku sontak memejamkan mata. Tidak terbiasa mendengar seruan lantang darinya.

"Maafkan aku. Aku tidak tahu dapur dan ruang lukis ini. Mungkin terdengar aneh, tapi—"

Edward menyela. Ia membentakku. "Cukup!"

Aku kembali memejamkan mata dan menunduk dalam. Lelaki ini meski muda dan usianya di bawahku, kalau soal membentak, menakutkan sekali. Aku sampai merinding, bahkan tremor mendadak. Andai dia bukan seorang raja, sudah kusiram susu hangat ini ke wajahnya. Biar dirinya tidak angkuh dan suka membentak begini.

"Apa kamu melupakan semuanya?" Edward bertanya. "tatap aku ketika menjawab! Aku perlu kejujuranmu!"

Sepatu Edward terlihat hampir menyentuh ujung bajuku. Aku mendongakkan kepala secara perlahan, lalu menatap lelaki bermata biru ini. Edward melayangkan tatapan bengis hingga membuatku merasa terintimidasi luar biasa. Aura seorang raja yang bengis sedang terpancar. Hal ini menakutkan sekali.

"Maafkan aku, yang mulia. Jujur saja aku tidak mengingat semuanya. Sekalipun dirimu memaksa, aku tidak ingat apapun," jawabku dengan jujur.

Edward terdiam, tetapi tatapannya masihlah sama.

"Letakkan gelas itu di atas meja, dan duduklah di hadapanku!" titahnya tegas.

Aku buru-buru menganggukkan kepala agar Edward tidak semakin marah. Kuturuti permintaannya dalam sekejap. Setelah menaruh gelas yang terbuat dari emas ini, aku beralih menarik sebuah kursi kayu. Duduk dan menatapnya yang kini sedang berada di balik kanvas.

"Apa..."

"Diam!" bentaknya langsung, menyela ucapanku.

Edward sepertinya emosi sekali sampai terus membentakku. Tak ada yang bisa kulakukan kecuali diam dan menatap ke sekeliling ruangan. Yah, menatap ruangan ini lebih baik. Aku bisa melihat banyak lukisan yang terpajang. Lukisan seorang raja bertubuh gempal dan beberapa lukisan wanita. Aku tidak tahu siapa mereka, tetapi kalau ikut intuisi mereka ini keluarga Edward.

"Hari ini eksekusi pamanku. Ia salah satu orang yang paling berpengaruh di hidupku. Kesalahannya membuatku dan dewan tidak bisa menolerir sehingga membunuhnya adalah jalan utama," ucap Edward di sela-sela kegiatannya. Ia ternyata sedang melukis.

"Dihukum apa harus dengan memenggal kepalanya?" tanyaku. Sungguh aku penasaran mengenai eksekusi itu.

"Menurutmu seorang penghianat berhak hidup?" tanya Edward retoris.

Arcane ft Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang