Bab 2 - Bidadari-bidadari Surga

1K 116 7
                                    

Setelah jam istirahat selesai, mereka pun kembali ke ruangan. Untuk meneruskan pekerjaan yang tertunda. Namun, lagi-lagi Tia menemukan sesuatu terbungkus amplop coklat di mejanya.

'Apalagi ini?' batin Tia.

Tia pun segera membuka bungkusan coklat tersebut. Dan menemukan sebuah buku di dalamnya. Buku berjudul 'Bidadari-bidadari Surga' yang kini berada di tangannya, sukses membuat Tia terpesona. Baik oleh judul, maupun oleh cover-nya yang indah. Tanpa sadar seulas senyum terbit di bibirnya.

"Bapak tahu gak siapa yang tadi ke meja Tia?" tanyanya pada Pak Indra, sang atasan yang tepat berada di sisi kirinya.

"Gak ada deh kayaknya." Pak Indra berusaha mengingat-ingat. "Memangnya kenapa, Tia? Ada yang hilang?"

"Eh, gak, Pak. Gak apa-apa." Tia jadi bingung sendiri harus menjawab apa. Jadi, ia hanya tertawa lalu kembali fokus pada layar di hadapannya. Meski sebenarnya ia malah membuka halaman demi halaman, karena didorong rasa penasaran.

Isi bukunya ternyata tentang para sahabiyah di zaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, yang kisahnya begitu menyentuh dan sangat menginspirasi siapapun yang membacanya, termasuk Tia.

Saat Tia masih iseng membalik-balik halaman buku, membaca acak dan sekilas pada halaman yang disukai, tiba-tiba saja ada selembar kertas yang jatuh di pangkuannya. Lagi-lagi itu sebuah surat.

'Surat lagi?' batin Tia. Kemudian mulai menelusuri kata demi kata yang tertulis di dalam lembaran tersebut.

[Assalamualaikum, Tia.

Buku ini saya beli kemarin di sebuah pameran buku. Awalnya mau saya berikan ke adik perempuan saya di kampung, tapi setelah melihat kamu pagi ini, saya memutuskan untuk memberikannya ke kamu.

Semoga kamu terinspirasi untuk menjadi salah satu bidadari surga seperti para wanita hebat yang kisahnya tertulis indah dalam buku ini. Aamiin. Wassalamu'alaikum. R]

'Duh, siapa sih R ini ya?' Tia mencoba mengingat-ingat temannya yang bernama R, yang sudah bertemu dengannya seharian ini.

"Raihan, Rudi, Ruslan ... emm ... Risa, Rani, eh tapi itu perempuan ya. Eh, siapa tahu kan, ya yang ngirim ini perempuan," Tia bergumam sendirian.

"Tia! Ngapain kamu ngoceh sendirian gitu? Mikirin siapa sih...? Oh ya, mana berkas yang saya minta diselesaikan kemarin?" Teguran Pak Indra sukses mengagetkan Tia yang sedang asyik dengan pikirannya sendiri.

"Ini, Pak, hehe...." Segera disodorkannya berkas yang semalam sempat dibawanya pulang untuk diselesaikan di rumah.

"Oh ya, saya hampir lupa, Pak Rifky minta data karyawan outsourcing bulan lalu, mau diadakan penilaian katanya. Tadi dia ke sini cari kamu," ujar Pak Indra lagi.

"Baik, Pak," jawab Tia.

"Sekalian kamu antar ke ruangannya Pak Rifky aja, ya. Siang ini mau ke produksi katanya. Saya mau meeting sebentar." Pak Indra pun meninggalkan ruangan.

"Baiklah saatnya melanjutkan pekerjaan." Tia menyemangati dirinya sendiri. Ia lalu memasukkan buku berikut surat itu ke dalam tas.

Tia pun segera menyiapkan data-data karyawan outsourcing di perusahaan mereka. Lumayan banyak juga ternyata. Ada sekitar 50 orang. Tapi jika prestasi kerjanya baik, mereka berkesempatan untuk diangkat menjadi karyawan tetap.

Seperti Tia yang sebelumnya adalah karyawan outsourcing juga dan baru sebulan ini diangkat menjadi karyawan kontrak, dengan percobaan selama tiga bulan ke depan.

Tok tok tok!

Tia mengetuk pintu berwarna cokelat itu pelan. Sampai akhirnya terdengar balasan dari dalam, barulah Tia berani membukanya.

[TERBIT] Secret Admirer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang