Waktu istirahat adalah waktu yang sangat Tia nantikan, karena ia bisa sejenak melepas kepenatan. Bertemu dan bebas berbincang dengan Mirna serta menceritakan banyak hal. Seraya menyantap makan siang yang disiapkan Mama tercinta.
Hari ini, Bang Andi telah masuk kerja kembali. Tak sabar Tia dan Mirna mendengar cerita, saat pria yang hampir berusia kepala tiga tersebut mendekat
"Gimana kabarnya, Bang? Istri udah sehat? Udah bisa ditinggal kerja?" tanya Tia beruntun.
"Gue musti jawab yang mana dulu nih, Neng? Satu-satu dong nanyanya," sahut Bang Andi sambil tertawa yang sukses merubah wajah Tia menjadi kecut.
"Oke ... Oke ... Alhamdulillah gue sehat. Alhamdulillah istri juga udah mulai sehat. Ada nyokap istri yang kemarin dateng dari kampung, jadi dia gak sendirian lagi selama gue kerja."
"Denger-denger istrinya ngidam yang aneh-aneh ya, Bang?" Gantian Mirna bertanya.
Obrolan pun berlanjut tentang keseruan Bang Andi memenuhi hasrat ngidam istri tercinta. Tia dan Mirna menyimak dengan seksama sambil menikmati santap siang. Suasana menjadi tambah meriah karena Bang Andi memang pandai meramaikan suasana.
"Kemarin juga lucu, dia minta makan A&W tengah malam. Di mana coba ada restoran A&W yang masih buka tengah malam gitu. Gue pusing banget, muter-muter nggak jelas, tapi tetep aja nggak nemuin." Andi meneruskan cerita.
"Terus, Bang?"
"Akhirnya gue beliin KFC aja deh yang buka 24 jam, yang deket Perumahan Kencana Asri. Eh, dia malah ngambek dong pas sampe rumah. Gue jadi sibuk ngebujuk sampe pagi deh." Lanjutnya kemudian yang disambut gelak tawa dari Mirna.
Berbeda dengan Tia yang malah terdiam kala mendengar kata "Perumahan Kencana Asri", ingatannya langsung melayang pada Rifky. Ingat semua sikapnya yang membuat kesal. Entah apa maunya pak bos itu.
Mirna yang melihat Tia tiba-tiba berubah diam pun merasa heran. "Kenapa, Neng? Ada yang salah?"
"Eh ... Gak apa-apa, Mir. Gue cuma heran aja, kenapa sih Pak Rifky itu dingin banget jadi orang?"
"Emang kenapa? Lu abis diomelin sama dia?" Mirna kini sudah sepenuhnya menghadap Tia, rupanya ia tertarik dengan cerita yang akan disampaikan sahabatnya.
"Ngga sih, nggak diomelin. Tapi heran aja, kenapa laporan gue dibilang salah semua. Padahal pas gue ulangi, nggak ada yang salah loh. Nyebelin nggak, sih?"
"Biarin aja, Neng. Emang dia kadang aneh sikapnya. Tapi aslinya baik kok. Dia kan hampir sama kayak gue masuknya, duluan dia aja berapa bulan. Sayang, nasib dia lebih beruntung, makanya cepat banget naik jabatan," timpal Bang Andi.
"Jadi emang udah dari dulu, ya, sikapnya begitu, Bang?" Tia penasaran.
"Iya, dia emang suka begitu. Rada tertutup juga sih orangnya. Tapi baik kok. Ringan tangan lah istilahnya. Dia nggak segan bantu siapa aja. Makanya banyak yang suka sama dia. Tapi dia paling nggak suka kalo bantuannya nggak dihargai. Bisa marah dia."
"Oh gitu ya ...." Tia menganggukkan kepala. Sepertinya ia menyadari alasan di balik sikap atasannya yang tiba-tiba berubah menjengkelkan tersebut.
Selesai jam istirahat berakhir, Tia membereskan kotak bekalnya dan mengajak Mirna kembali ke ruangan. Melanjutkan pekerjaan yang tadi belum selesai, yaitu mencetak slip gaji karyawan.
Tak lama kemudian, Samsu masuk dan mendekat ke arah Tia. Ia meletakkan sesuatu di meja. Mengatakan jika itu titipan dari Pak Rifky, sebelum akhirnya keluar kembali. Tatapan Tia terpaku pada goodie bag yang kini sudah berada di depannya lagi. Padahal jelas-jelas ia sudah mengembalikan pada pemberinya kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TERBIT] Secret Admirer
RomanceMendapatkan pekerjaan yang bagus dan kuliah di jurusan idaman adalah impian Tia. Entah mana yang lebih dahulu, boleh-boleh saja. Tapi apa jadinya jika ia malah keburu dilamar oleh Rifky, atasannya di kantor yang terkenal dingin terutama terhadap wan...