Bab 27 - Pernikahan

682 80 14
                                    

"Aih, Tia cantik banget, Mbak sampai pangling liatnya," ujar Desi dengan berbinar. Tia yang masih dirias menoleh saat mendengar suara yang tak asing tersebut. Tampak Mbak Desi dan Budhe Yani baru saja tiba.

"Mbak bisa aja." Tia tersipu saat Mbak Desi melihatnya intens lalu mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Beneran. Kalian berdua cocok banget, yang satu ganteng, satunya lagi cantik. Eh, tapi jadinya malah lucu, ya. Soalnya waktu Mbak nikah, kamu, kan, pura-pura nggak kenal tuh sama Rifky. Eh, sekarang tahu-tahu aja nikah," goda Desi lagi sambil membantu merapikan kebaya yang dikenakan Tia. "Kalian pacaran, ya?"

"Eh, nggak, Mbak. Kami nggak pacaran, kok." Tia berusaha meyakinkan Desi bahwa mereka memang tak pernah ada hubungan sebelumnya.

"Ya, namanya juga jodoh, Des. Kalau udah waktunya pasti datang sendiri," timpal Budhe Yani yang berada di sisi Mama yang juga tengah dirias.

Tak berselang lama, Papa masuk dan memberitahu bahwa penghulu telah tiba, begitu pula dengan mempelai pria. Acara pun siap dimulai. Mama mengajak puterinya keluar.

"Tenang, Tia. Tenang. Insya Allah semua lancar," batin Tia dengan debar jantung yang terasa berkejaran. Kemudian ia dan Mama duduk di barisan wanita di belakang, tepatnya di sisi keluarga Rifky juga Ibu Ali. Risa memeluk Tia haru, tak percaya jika hari ini akan tiba. Begitu pula dengan Mirna yang mengusap lengan Tia untuk memberi semangat.

Di tengah ruangan, Rifky sudah duduk berhadapan dengan Bapak Syarif, Papa Tia yang hanya dipisahkan sebuah meja. Ada pula penghulu dan beberapa saksi yang terdiri dari keluarga kedua belah pihak dan imam masjid tempat tinggal Tia.

Acara lalu dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Quran yang dilanjutkan dengan sambutan dari kedua belah pihak. Kemudian acara inti pun dimulai. Seisi ruangan menjadi hening seketika, saat Bapak Syarif yang akan menikahkan puterinya sendiri, menjabat tangan Rifky erat.

"Saya nikahkan dan kawinkan, putri saya Tiarani Syarifah binti Syarif Kartawijaya, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas seberat 30 gram, dibayar tunai," ucap Papa dengan suara bergetar.

Lain halnya dengan Rifky yang langsung menjawab dengan lancar. "Saya terima nikah dan kawinnya, Tiarani Syarifah binti Syarif Kartawijaya dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai," jawab Rifky mantap.

"Sah?" tanya Bapak Penghulu.

"Saahhh!" sahut seisi ruangan ditingkahi riuhnya lafadz hamdalah.

Mama kemudian membawa puterinya ke depan dan didudukkan di sisi Rifky. Prosesi penandatangani buku nikah dan penyerahan mas kawin secara simbolis dilakukan. Rifky melingkarkan cincin bermata biru di jari manis gadis yang telah resmi menjadi istrinya, lalu mencium keningnya lembut. Dilanjut dengan Tia yang menyematkan cincin serupa dengan ukuran berbeda di jari Rifky dan mencium tangannya takzim. Hati Tia berdesir dengan sentuhan pertama mereka saat ini.

Air mata Tia benar-benar tak terbendung lagi saat bersimpuh meminta restu dari dua orang yang paling ia cintai di muka bumi, Mama dan Papa. "Maafin Tia, ya, Ma. Tolong doain Tia, Ma," bisiknya saat memeluk Mama.

Atmosfer tiba-tiba berubah mendung, air mata tumpah di banyak tempat, demi melihat Tia berpelukan dengan orang tuanya dalam tangis.

Kemudian memeluk Ibu Lastri pula yang telah resmi menjadi ibunya. Juga Risa yang sudah menjadi adiknya, meskipun sebenarnya lebih tua Risa beberapa bulan. Mereka saling mendekap erat, tak ubahnya seperti saudara kandung.

**

Acara di aula sebuah gedung pertemuan di Tangerang Kota tersebut masih ramai. Tamu-tamu undangan terus berdatangan. Antrean terbentuk di meja prasmanan, serta meja-meja kudapan. Panitia dari pihak Event Organizer tampak sibuk mengisi tiap hidangan yang sudah kosong ataupun mengambil piring-piring kotor. Antrean terjadi pula di atas panggung. Bergiliran mengucapkan selamat kepada kedua mempelai.

[TERBIT] Secret Admirer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang