08. Tidak Semua Yang Dicintai Dapat Dimiliki

472 39 9
                                    

{~❤️~}

Tepat pukul delapan pagi, Aqeela keluar dari Kamarnya dengan pakaian yang rapi karena hari ini dia akan pergi ke Kampus untuk menyerahkan tugas skripsi yang semalaman telah dia kerjakan.

Setelah tugas skripsi dia serahkan pada Dosen pembimbing, dia akan langsung pergi ke Lokasi Syuting untuk melakukan take scene.

"Ya udah, Lo tunggu gue ya! Bye!"

Aqeela menutup panggilan telepon dari sahabatnya yang saat ini sedang menunggunya di Kampus. Dia memasukkan handphone miliknya kedalam Tas, Lalu hendak melangkah pergi.

Namun, langkah kaki Aqeela tertahan. Dia memegangi perutnya yang tiba-tiba terasa perih.

"Aduh, perut gue kanapa nih?"

Aqeela semakin meringis ketika perih diperutnya terasa semakin kuat, "Duh, kenapa perih gini?"

Aqeela terdiam. Dia baru ingat, mungkin saja rasa perih diperutnya saat ini di akibatkan karena dirinya belum makan dari siang kemarin.

Semalam seharusnya dia makan. Tapi karena dia lupa dan karena mengantuk, dia malah langsung tertidur. Bahkan tadi saja Aqeela terlambat bangun untuk melaksanakan salat subuh.

"Kalo Mamah tau pasti marah nih," risau Aqeela.

Aqeela segera mengatur nafasnya. Sebisa mungkin dia menahan rasa perih di perutnya agar Buk Indriani tidak tahu.

Karena jika Buk Indriani tahu Aqeela tidak makan semalam dan karena hal itu saat ini dia mengalami sakit perut, sudah tentu Buk Indriani akan memarahinya habis-habisan.

"Oke, Qeela ... Tahan dulu rasa perihnya. Nanti kalo udah nyampe di Kampus, kita langsung ke Kantin beli makan!" Ucap Aqeela pada dirinya sendiri.

Aqeela berdiam diri sesaat menetralkan rasa perihnya. Setelah dirasa cukup membaik, dirinya pun melanjutkan langkahnya pergi ke Kampus.

{~❤️~}

Di Lokasi Syuting, terlihat para crew dan para pemain sudah berdatangan.

Di parkiran, tampak mobil hitam berhenti. Tak lama kemudian Alina turun dari mobil itu. Lalu, Dia bergegas membuka pintu belakang mobilnya untuk mengambil tas besar yang berisi segala kebutuhannya selama syuting.

Namun, sepertinya Alina mengalami kesulitan untuk mengeluarkan tasnya itu. Tas Alina yang besar dan penuh membuatnya menyangkut di pintu mobil.

Alina melepaskan tas itu. Dia berkacak pinggang sambil celingak-celinguk mencari orang yang mungkin bisa membantunya.

Tapi, semua orang terlihat sibuk dan Alina tidak ingin mengganggu kesibukan mereka.

"Gimana nih?" Bingung Alina.

Diwaktu yang tepat, sebuah Mobil putih berhenti disebelah Mobil Alina. Alina tahu siapa pemilik mobil putih itu. Itu mobil Rayen.

Sesaat kemudian, tubuh Rayen menyembul keluar dari dalam mobil itu sambil menatap bingung ke arah Alina, "kenapa, Lin?" Tanyanya.

"Eh, Ray. Ini nih. Tas gue kayaknya kebesaran jadi susah buat di keluarin," sahut Alina.

"Oh..." Rayen menuup pintu mobilnya. Kemudian dia berjalan menghampiri Alina. "Yaudah, sini gue bantu." Ucapnya.

Cinta Lokasi | SyaqeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang