I Love You

7.4K 444 4
                                    

Aku tengah duduk bersandar di kasurku sambil membolak balik majalah yang kubaca, malam sudah tiba Ali sedang bekerja di ruangg kerjanya, mungkin terlalu serius membaca majalah sampai aku tak menyadari Ali telah masuk dan merampas majalah yang ku pegang


" Apa'an sihh ?" tanya ku kesal karna dia melempar majalah itu,


" Ckck, kamu ngapain baca majalah kaya' gitu, aku yakin kamu ngak baca malah serius mandangi foto cowo yang shirtless itu " ucapnya berdecak kesal, memangsih majalah yang kubaca berisikan foto model cowo yang hanya bercelana dalam


" Kalau iyah kenapa, anakku kan juga pengen liat kaya gitu " ucapku ngasal, dan hey liat mukanya rasanya aku ingin ngagak sekarang melihat wajah cemberutnya yang di tekuk, dia berpaling dan mengambil majalah itu dan melempar kedepan ku


" Liat aja sana, dan jangan harap liat tubuh telanjang ku, apalagi sentuhan ku " ancamnya lalu keluar kamar yang membuat ku menyesal, aku tidak tahan jika dia tidak menyentuhku jangankan satu hari, sejam pun aku tak tahan, aku bangkit mengejarnya keluar kamar, ku lihat dia di dapur dengan menopang tubuhnya dengan kedua tangannya di meja makan, dengan langkah pelan takut dia menyadari ku aku segera memeluknya dari belakang dengan erat, dia tidak kaget dan tidak membalasku hanya dia seperti patung dan itu sukses membuat ku bersalah, ini akibat aku sering ngomong ngasal dan jadinya dia malah ngambek


" Sayang " panggilku manja mengelus dadanya tapi dia menepis tanganku dan berlalu pergi, aku memandang tangan ku yang baru saja di tepisnya, mata ku memanas air mata mulai berlinang-linang di pelupuk mataku, linangan air itu tidak dapat di tahan lagi kemudian menetes, setetes demi setetes menjadi linangan di pipi, aku menangis tersedu-sedu menangisi kebodohanku dan inilah akibatnya


" Hikssm Hiksss " aku terisak kencang, sakit di dadaku tidak dapat kupendam lagi, aku ingin teriak karna nafasku terasa sesak menahan sakit itu


" Sssst " seseorang memelukku dari belakang mengencup kepalaku berkali-kali membuatku tenang, perlahan aku berbalik memandang Ali yang tengah tersenyum padaku, aku sangat merasa bersalah padanya, aku segera menciumnya, melumat bibirnya yang rakus, mungkin ini efek kehamilanku atau memang aku yang menginginkannya, lalu ciuman itu terus berlanjut, Ali menggendongku menuju kamar tanpa melepas pangutan kami, takut jika bibi melihat kami bercumbu di dapur, saat Ali masuk kekamar ia segera menutupnya dan menguncinya, ia berjalan cepat kekasur dan membaringkanku seraya menindih tubuhku, tapi itu tidak bersentuhan mengingat kandunganku


cumbuan Ali terus berlanjut hingga aku mendesah nikmat ketika mencapai pelepasan



_____



hari terus berlalu tak terasa usia kandungan ku sudah menginjak bulan kedelapan tapi perutku tidak terlalu besar, kata dokter itu memang biasa terjadi, aku hanya bersyukur meskipun begitu kondisi kandunganku baik-baik saja, hari ini aku memutuskan membawakan Ali makan siang, aku sudah memasak di bantu oleh bibi, setelah memasak aku menyuruh bibi menyiapkannya di rantang sementara aku berjalan menuju kamarku untuk bersiap-siap, karna sekarang mendekati jam makan siang, setelah memaki dress berwarna pink muda serta cardingan berwarna hitam aku segera menuju kedapur mengambil rantang yang sudah disiapkan oleh bibi, aku segera menuju ke depan karna disana sudah ada supir yang siap membawaku

Time After TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang