☆04. Hampir Saja☆

3.6K 456 53
                                    

"Aku tidak akan menyetujui rencanamu. Hanya karena Yui, kau jangan jadi gila seperti ini. Kau bilang Yui sampah, tapi kau lebih sampah memaksa apalagi sampai mengancam seseorang!" amuk Naruto tidak terima. Naruto menyuruh seseorang untuk mengawasi Sasuke dan ia mendapat kabar bahwa Sasuke memanggil Sakura seorang diri ke ruangannya. Untuk apa lagi? Kalau bukan untuk menjalankan rencana gilanya?

"Sasuke yang aku kenal tidak mungkin begini. Sasuke yang aku kenal selalu memperhitungkan ke depannya, aku benar-benar kecewa kepadamu jika sampai itu terjadi!" sambung Naruto menghembuskan napas kasar.

"Hn." Sasuke menanggapi dengan cuek, ia berdiri sembari berjalan menjauhi Naruto untuk membuat sebuah kopi.

Sasuke menyeduh kopi instan, pikirannya melayang membayangkan perkara Sakura dan keinginannya yang ia akui sangat gila. Tapi Sasuke merasa Naruto tidak mengerti perasaannya, ia begitu marah, kecewa, dan ingin menunjukkan pada dunia bahwa dirinya lebih berhak bahagia dibandingkan seseorang yang telah berkhianat. Ia ingin menunjukan bahwa hidupnya semakin baik setelah dikecewakan oleh seseorang, hanya itu yang ia inginkan, untuk mencapai keinginannya, ia memerlukan seseorang agar terlibat ke dalam urusannya. Dan hatinya condong pada wanita itu- Sakura Haruno.

Resiko yang akan dihadapi memang besar, namun Sasuke memiliki rasa penasaran yang amat besar tentang bagaimana dirinya menikahi Sakura. Sasuke sadar dirinya mulai menjadi pria mesum yang sedikit-sedikit membayangkan Sakura hingga kejantanannya ereksi. Daripada ia menjadi pria bajingan yang membayangkan seseorang dengan kotor, bukankah lebih baik menikahinya?

Ada banyak alasan mengapa ia berencana menikahi Sakura yang notabenenya idolnya sendiri. Skandal besar? Dampaknya mungkin akan seperti itu, ditambah dalam agensinya terdapat larangan berpacaran. Pasti akan terjadi masalah besar saat pernikahan mereka terbongkar media. Apa dari sekarang saja Sasuke menghapuskan larangan berpacaran agar ke depannya masalah tidak akan merembet kemana-mana?

"Aku sedang bicara! Sedang menasihatimu! Seharusnya kau mendengarkan!" protes Naruto karena Sasuke tidak menanggapinya.

Sasuke mendengus malas sekaligus melirik kesal, Naruto selalu tidak mengerti dirinya, walaupun mulutnya diam, Sasuke juga sedang berpikir tentang semuanya.

"Kau tidak bisa seperti ini, teme! Aku akan mengadukanmu kepada Itachi!" ancam Naruto.

Sasuke mendengus kembali, memangnya ia anak kecil yang diancam begitu akan takut?

"Berisik! Pergi! Aku tidak membutuhkanmu!" usir Sasuke dengan kembali menjauhi Naruto.

Ketegangan seksual? Mungkinkah karena masalah datang bertubi-tubi dan dirinya selalu lepas kendali karena ketegangan seksual?

Sasuke hampir tidak pernah memikirkan tentang kebutuhan seksualnya, meski kejantanannya masih aktif membutuhkan pelepasan.

Kapan terakhir kali dirinya ejakulasi? Sasuke bahkan tidak ingat, sepertinya Sasuke benar-benar sedang membutuhkan pelepasan agar sebagian pening di kepalanya berkurang.

"Aku tidak akan pergi, sebelum kau membatalkan rencanamu!" ucap Naruto kekeh dalam pendiriannya.

Sasuke memejamkan matanya sekilas, kemudian menatap tajam Naruto.

"Keluar! Sebelum aku membencimu!" usir Sasuke penuh penekanan.

Naruto tersentak sesaat, ia sadar Sasuke benar-benar sedang menahan amarah kepadanya dan sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara panjang lebar pada Sasuke.

"Aku yakin Sasuke Uchiha bukan orang bodoh dalam membuat keputusan hanya karena frustasi!" sarkas Naruto untuk terakhir kalinya sebelum ia benar-benar keluar dari ruangan Sasuke.

Married The Agency Owner Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang