.: Kobaran Amarah :.
Clarissa melirik Jati saat mereka perjalanan pulang ke rumah. "Kamu pasti senang sekali bisa menghasilkan uang sendiri, ya?" tanyanya setelah tadi Jati berbisik mengajaknya untuk berbelanja kebutuhan bayi mereka dengan gaji yang akan didapatkan Jati beberapa hari lagi.
"Ya. Semua kerja kerasku seakan terbayar dan tidak sia-sia. Apalagi melihatmu tersenyum." Senyum Clarissa bukan melebar tapi bersembunyi karena perempuan itu memilih untuk diam dengan pipi yang bersemu merah. Dia tidak tahu bahwa pujian dari Jati yang hanya sekadar sebuah ungkapan melihat dirinya tersenyum mampu membuatnya tersipu malu.
"Kamu malu, ya?" Jati menggoda Clarissa saat perempuan itu tak menanggapi perkataannya. Jati terbahak-bahak ketika yang digodanya hanya bisa semakin memalingkan wajah dengan mengalihkan pandangan melihat jalanan di luar. Memandang gedung-gedung atau motor serta beberapa orang yang sibuk dengan kegiatan masing-masing.
"Clarissa," panggil Jati lagi untuk menggoda Clarissa yang akhirnya menyebabkan perempuan itu hanya bisa membalasnya dengan kata apa. Jati terkekeh, membiarkan Clarissa kembali menikmati jalanan sedangkan dirinya fokus mengemudi sampai mobil berhenti di garasi rumahnya.
"Masih malu, Clarissa?" tanya Jati saat Clarissa menghindarinya dengan jalan terburu-buru untuk masuk ke dalam kamarnya. Ditanya begitu, dia jadi menghentikan langkah untuk menatap Jati.
"Ish! Aku tidak malu, Jati!" Clarissa membantah pertanyaan Jati, melanjutkan untuk masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Jati begitu saja.
Jati hanya tersenyum kecil, masuk ke dalam kamar setelah memastikan bahwa Clarissa sudah masuk ke dalam kamar yang berada di sebrangnya. Dia memegang ponselnya, membuka akun surel miliknya untuk membaca setiap pesan yang masuk dengan sebuah senyuman. Jati tidak menyangka, hal sekecil itu mampu memberikan sebuah senyuman. Ini bukan cita-citanya, tapi dia menyukainya.
Puas membaca kotak masuk yang ada di akun surelnya, Jati kembali menghadap notebook miliknya. Ia membaca sebuah kata-kata yang terpampang pada layar di hadapannya.
Mencintai seseorang yang tidak sempurna bukan berarti cinta yang kalian miliki tidak sempurna. Justru, kesempurnaan datang saat kamu mencintai dengan apa adanya.
Jati kembali membaca kata-kata lainnya. Mencermati setiap untaian yang sudah lama dia simpan sampai yang paling baru.
Orang banyak berkata bahwa dongeng adalah sebuah imajinasi. Tapi tanpa kalian sadari, hidup kalian sudah merupakan dongeng yang bukan imajinasi belaka. Bahkan, setiap dongeng punya jalan yang berbeda. Seperti aku yang hanya terdiam atau dia yang bahagia.
Setelah puas membaca beberapa tulisan tersebut, Jati langsung menutup notebook-nya, menarik langkah untuk menuju ranjang. Badannya terlentang dengan posisi tangan yang terlipat ke atas sebagai bantal. Matanya kembali menatap plafon dengan sebuah senyuman yang merekah.
Gaji pertamanya akan segera cair, dia tidak sabar membelanjakan upah keringatnya yang pertama kali ia hasilkan bersama Clarissa untuk perlengkapan buah hati mereka.
*
Pada hari berikutnya, Jati yang memang mendapatkan jatah masuk sore hingga malam mengajak Clarissa untuk menuju rumah perempuan itu seperti apa yang diminta oleh Lita. Dia bersegera mengganti pakaian dengan lebih layak lalu mendatangi Clarissa yang ternyata tengah menonton televisi sembari sibuk merajut sebuah topi dari benang wol.
Jati yang terpikat atas apa diciptakan Clarissa mendekat, duduk di sisinya dengan ekspresi terpukau serta kagum. Fokusnya hanya pada benang wol berwarna biru yang terjalin menjadi satu dan membentuk sebagian dari bentuk keseluruhan topi kupluk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrites Love
RomanceSELESAI & LENGKAP | Clarissa adalah gadis berusia 17 tahun yang harus terjebak dalam sebuah insiden di mana membuatnya berurusan dengan seorang Argajati. Di masa SMA-nya yang seharusnya ia gunakan untuk menuntut ilmu agar mampu mencapai cita-citany...