.: Percakapan :.
Setelah dua anak perempuan Lita berangkat menuju sekolah bersama, Clara dan Clarissa masuk ke dalam mobil putih yang biasa Clara gunakan saat berangkat sekolah.
Clarissa duduk di depan bersama Pak Yono sedangkan Clara duduk di belakang seorang diri. "Clarissa, Clarissa, diam-diam kamu nakal juga ternyata, huh? Hamil di luar nikah, eh? Hebat sekali!"
"Bahkan, aku baru tahu ada pria yang mau dengan orang sepertimu."
"Ah! Jangan-jangan kamu tidur dengan om-om hidung belang, ya? Kamu dibayar berapa untuk satu malamnya sampai kebobolan seperti itu? Dasar bodoh!"
Clarissa memilih diam mendengar celotehan Clara yang penuh hinaan. Sesekali dia menatap Pak Yono dengan sungkan dan malu. Ia malu karena nyatanya, fakta yang diucapkan adiknya bahwa dirinya hamil di luar nikah itu benar adanya. Clarissa tidak bisa menulikan pendengarannya. Dia tidak bisa berpura-pura jika selama perjalanan, hampir setiap menitnya Clara akan terus mengoceh dan mencemo'ohnya.
Sesampainya di depan gerbang sekolah, Clarissa turun yang diikuti dengan Clara. "Kamu berangkat bersama anak pembantumu, Ra?" tanya salah satu teman Clara saat mereka tidak sengaja bertemu di perjalanan menuju kelas masing-masing. Clarissa yang mendengarnya biasa saja. Toh, dia sudah biasa mendengar hal seperti itu. Di sekolah, ia dikenal sebagai anak Bi Min, bukan kakak kandung Clara ataupun saudara Clara.
"Ya, Mamaku yang meminta. Tidak mungkin aku menolaknya, kan? Hidup itu harus penuh topeng, sobat! Dan aku sangat menikmatinya." Clara tertawa, begitu juga dengan teman Clara yang tak kalah centilnya. Duo genit yang memang cocok untuk bersekutu lalu menebar hawa panas di sekolah mereka.
Clarissa berbelok untuk menuju kelasnya. Berpisah dari dua siswi yang sedari tadi mengejeknya. Clarissa berjalan masuk ke dalam kelasnya, duduk di tempat biasanya dan langsung terdiam memikirkan segalanya.
Bagaimana ia bisa memberitahu Jati bahwa benih laki-laki itu kini bersemayam dan berkembang di rahimnya?
*
Jika memang sudah jalannya, manusia tidak akan ada yang pernah tahu. Seperti saat ini, Clarissa yang hendak berjalan menuju taman tanpa sengaja bertabrakan dengan Jati. Takdirnya bertemu dengan laki-laki itu selalu saja bertabrakan. Dan kali ini, Clarissa tidak akan membuang kesempatan. Dia menatap Jati, berujar dengan seluruh keberaniannya. "Aku hamil," katanya di koridor yang sepi ini. Jati yang hendak pergi meninggalkan Clarissa langsung membeku. Syarafnya seakan berhenti sejenak yang membuat dirinya tidak bisa bergerak barang selangkah pun.
Jati membalikkan badannya. "Aku tahu ini hanya akal-akalanmu," tegasnya setelah berhasil meguasai diri. Matanya menatap Clarissa nyalang penuh amarah. Mata yang Clarissa jumpai setelah kejadian malam itu.
"Aku tidak bohong," balas Clarissa yang membuat Jati semakin geram kemudian berjalan mendekat ke arah Clarissa. Laki-laki itu bahkan mencengkram bahu Clarissa yang membuatnya takut serta kesakitan.
"Katakan padaku itu hanya akal-akalanmu!" desis Jati masih tidak terima dengan semuanya.
"Aku ... tidak ... bohong," balas Clarissa dengan putus-putus. Jati langsung melepaskan cengkramannya. Menghempaskan Clarissa ke belakang yang untung saja tidak sampai jatuh ke belakang.
"Ikut aku!" perintah Jati langsung disetujui Clarissa. Gadis itu mengikuti Jati yang ternyata membawanya ke taman belakang yang menjadi tempat singgahnya saat jam istirahat.
"Jelaskan padaku bahwa itu bohong dan itu bukan anakku!"
"Janin di dalam perutku adalah anakmu. Dan Mamaku sudah mengetahui semuanya. Mamaku mau kamu bertanggung jawab."
"Aku tidak mau! Itu bukan anakku!"
"Kamu lupa apa yang sudah kamu lakukan kepadaku? Kamu lupa sikap kamu yang seperti binatang kepadaku? Kamu lupa? Apa perlu aku ingatkan betapa biadabnya kamu terhadap aku yang tidak tahu apa-apa?"
"Kamu bilang, kamu tidak tahu apa-apa? Jangan seperti gadis suci yang terlalu polos , Clarissa! Ini semua pasti jebakanmu, kan?"
Clarissa diam. Dia tidak paham dengan pikiran laki-laki di hadapannya. Jebakan dari mana? Bukankah dia yang menjadi korban di sini?
"Aku mau kamu menikahiku. Aku mau anakku punya ayah."
"Kamu yakin itu anakku?"
"Kamu boleh melakukan tes DNA karena aku yakin hasilnya akan sesuai seperti apa yang baru saja aku katakan padamu."
Jati kali ini tak berkutik dengan mata yang menayap Clarissa bahwa gadis itu tidak sebodoh penampilannya. Gadis itu benar-benar membuatnya muak. Tetapi di sisi lain, ia meragu. Hatinya seakan bergetar bahwa Clarissa tidak berbohong. Ia bahkan masih ingat bagaimana malam itu. Malam yang membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak hingga saat ini.
"Baik. Aku akan menikahimu. Saat anak itu lahir, aku mau melakukan tes DNA. Jika bayi itu bukan anakku, maka kamu akan melakukan apa?"
"Kamu bisa memenjarakan aku dengan kasus penipuan. Tapi aku yakin, ini anakmu. Dia anak yang kamu hasilkan dari perbuatan itu."
Jati mengamati gerak-gerik Clarissa. Tetapi hanya kesungguhan yang bisa dia lihat dari mata itu. Entah kenapa, ia juga bisa langsung menyetujui semuanya. Bahkan satu dari banyak ucapan Clarissa, benar-benar menggetarkan hatinya.
Jati tidak mau sesuatu terulang lagi. Dia tidak mau kalau nanti, pada nyatanua itu benar-benar anaknya dan semuanya terlambat. Dia tidak mau menyesali semuanya. Lebih baik ia mengambil resiko untuk menikahi gadis yang kini berdiri di hadapannya. Karena selain itu, hati kecilnya berbisik, bahwa Clarissa tidak berbohong.
29 Desember 2016
sejauh ini, apa pendapat kalian tentang cerita ini? makasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrites Love
RomanceSELESAI & LENGKAP | Clarissa adalah gadis berusia 17 tahun yang harus terjebak dalam sebuah insiden di mana membuatnya berurusan dengan seorang Argajati. Di masa SMA-nya yang seharusnya ia gunakan untuk menuntut ilmu agar mampu mencapai cita-citany...