BAB 5

280K 18.9K 489
                                    

.: Kekecewaan Mama :.

Di dalam dekapan Bi Min, Clarissa masih terus menangis. Air matanya tidak bisa berhenti dalam sekejap malah semakin deras. "Sudah, Non. Jangan nangis lagi, ya?" bujuk Bi Min dengan tangan yang mengusap rambut Clarissa lembut. Menjauhkan rambut-rambut Clarissa yang basah karena air matanya serta menutupi sebagian wajahnya.

"Aku harus bagaimana, Bi?" Bi Min diam mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir Clarissa. Pertanyaan yang keluar dengan susah payah karena beradu dengan suara tangisnya.

"Aku harus bagaimana? Kenapa semuanya jahat sama aku? Kenapa aku harus mengalami hal seperti ini?" tanya Clarissa lagi yang membuat Bi Min ikut menangis. Semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku tidak ingin hamil, Bi. Aku tidak mau! Aku ingin sekolah! Aku mau masa depan cerah! Bukan seperti ini! Aku tidak mau hamil, Bi! Salah aku apa, Bi? Apa selama ini aku kurang menerima semuanya? Apa memang hidup aku ditakdirkan untuk tidak bahagia?"

Clarissa terus meracau. Mengungkapkan segala keluh kesahnya pada Bi Min. "Non, sudah ya nangisnya? Sekarang kita ke kamar saja," kata Bi Min sembari membantu Clarissa berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Bahkan, sampai tidur di kasurnya. Saat Bi Min hendak berjalan keluar, Clarissa mencegahnya. Ia menarik tangan wanita itu.

"Bi, temani aku tidur, ya?"

"Tapi, Non?"

"Aku butuh Bibi. Aku sudah tidak punya siapa-siapa. Hanya Bi Min yang sayang dan perhatian sama aku. Aku capek, Bi. Aku salah apa? Aku pernah melakukan apa sampai harus dapat musibah seperti ini? Aku capek, Bi."

Bi Min menatap Clarissa dengan khawatir. Ia kembali mendekat, tidur di samping gadis yang saat ini nampak semakin rapuh. Kembali memeluk Clarissa yang mulai menghentikan tangisnya. Berganti menjadi sebuah gumaman kecil yang menceritakan bagaimana kejadian pilu itu terjadi. Belum usai cerita itu, Clarissa sudah terlelap. Matanya terpejam dengan rapat karena rasa lelah akibat menangis terlalu lama.

Bagi Clarissa, Bi Min itu sudah seperti mamanya. Mama kandungnya bahkan tidak pernah memeluk Clarissa seperti apa yang dilakukan Bi Min. Seringkali Clarissa bertany siapa sebenarnya ibunya itu? Bi Min atau wanita bernama Lita?

*

Pagi hari Clarissa sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Mata yang kemarin dia gunakan untuk menangis kini menimbulkan bekas nyata karena matanya bengkak serta perdih.

Clara yang melihatnya hanya diam. Meski di dalam hatinya bertanya-tanya hal apa yang menyebabkan kakaknya menangis hingga bengkak seperti itu. Dia sengaja menahan mulutnya untuk tidak bertanya karena saat ini ada mamanya. Mamanya berada di rumah dan itu artinya dia tidak bisa bersikap seenaknya.

Clarissa memilih untuk menikmati sarapannya dalam diam. Mengabaikan pandangan mamanya yang juga ikut dalam sarapan pagi ini. Pikiran Clarissa kini bercabang pada banyak hal. Pertama, ia harus menyiapkan lagi mentalnya bahwa dirinya tengah hamil yang otomatis akan menyebabkan diamengubur cita-citanya. Kedua, bagaimana cara memberitahu laki-laki yang sudah membuatnya berbadan dua itu dan menariknya sampai ke depan sang mama? Terakhir, apa yang harus Clarissa lakukan agar Jati mau menikahinya? Ia tahu, Argajati pasti akan menolaknya. Laki-laki itu saja sudah jijik pada dirinya.

Tapi, Clarissa harus bisa. Masa depannya sudah diambang kehancuran. Dia tidak mau menanggung semuanya dan mimpi-mimpinya harus terkubur begitu saja. Yang lebih penting, dia tidak mau mamanya malu. Dia juga tidak mau anaknya tidak memiliki status yang sah. Cukup dirinya saja yang merasakan ketidakadilan dunia ini. Cukup dirinya saja yang merasakan bahwa panggung sandiwara ini benar-benar keras.

"Clara, bilang pada kakakmu, jangan lupa bawa laki-laki yang sudah membuatnya hamil," ujar Lita kepada Clara yang saat ini tengah memakan serealnya. Clara yang  mendengar ucapan Lita hanpir menyemburkan makanannya karena terlalu terkejut.

Apa? Clarissa hamil? Batinnya bertanya dan penasaran bagaimana semuaitu bisa terjadi.

Dalam hati, bukannya bersedih, Clara tertawa bahagia. Kakak perempuan yang selama ini ia benci hancur juga tanpa campur tangannya. Clara kembali tertawa bahagia di dalam hati saat mengigat ia tak perlu repot-repot untuk menghancurkan kakak yang baginya sok polos itu.

"Iya, Ma. Kak, kamu dengar, kan?" tanya Clara berpura-pura baik di depan mamanya. Clarissa hanya menganggukkan kepalanya meski di dalam hati ia mendesah bingung.

Mamanya benar-benar marah dan kecewa padanya. Sebenci-bencinya sang mama pada dirinya, mamanya tidak pernah berbicara dengan dirinya melalui perantara orang lain yang padahal ada dirinya di tempat yang sama.

"Dan kamu Clara, Mama percaya kamu bisa menjaga dirimu dengan baik. Jangan pernah lakukan hal yang tidak boleh dilakukan, Clara!" kata Lita mengingatkan Clara dan menyindir Clarissa.

"Iya, Ma. Aku anak baik-baik. Jadi, Mama tidak perlu khawatir."

Setelah percakapan itu, meja makan kembali hening. Semuanya melanjutkan sarapannya masing-masing.

29 Desember 2016

semoga suka. makasih buat yang masih mau baca dan semua vote serta komentarnya.

Hypocrites LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang