.: Warna Baru :.
Pada suatu sore, Clarissa yang tengah dibantu oleh Weni memandikan Bara karena dia masih takut untuk memandikan Bara menatap anaknya dengan pandangan gemas. Memang sejak Bara pulang, Clarissa dibantu mertuanya untuk memandikan Bara. Meski sesekali ia ikut membantu dan mencoba dengan dipandu oleh Weni.
Senyum terus terukir di bibirnya saat melihat Bara nampak tenang saat air membasahi badannya. Bahkan, matanya masih tetap terpejam yang membuat Clarissa tak bisa untuk tidak gemas pada putranya.
Selesai mandi, badan bayi itu dibungkus oleh kain handuk. "Makasih, Ma. Clarissa ke kamar dulu untuk memakaikan Bara baju," ujarnya sebelum membawa Bara menuju kamar Jati. Setibanya di kamar Jati, Clarissa mengenakan Bara pakaian bayi dengan motif gambar Donald Duck, salah satu tokoh Disney yang memiliki karakter cerewet.
Semerbak harum minyak telon dan bedak bayi langsung menguar di kamar Jati usai Clarissa mengenakan Bara perlengkapannya dan pakaian. Bau yang akan menemani kamar Jati sampai beberapa tahun ke depan.
Melihat anaknya sudah rapi, Clarissa menggendongnya. Mengajak putranya untuk tidur di atas kasur dan mengobrol.
"Anak Ibu kalau udah besar harus jadi anak yang baik, ya." Clarissa mengusap pipi Bara. Kembali menjatuhkan sebuah kecupan tanda sayang serta gemasnya.
Bara sendiri hanya mengolet, mengerjapkan matanya tanpa membalas ucapan Clarissa. "Anak Ibu mau minum?" tanya Clarissa lagi saat putranya mulai menangis. Dengan sigap, Clarissa memberikan asi untuk Bara. Mendekap anaknya agar meminum susu ekslusif darinya. Melihat Bara yang minum dengan kuat, Clarissa mengusap pelipis anaknya, lalu menyanyikan lagu anak-anak sebagai pengantar tidur untuk Bara.
Mata Bara yang awalnya terbuka, kini terpejam dan Clarissa langsung meletakkan Bara di atas kasur. Memberikan batas pada kedua sisi Bara dengan bantal yang ada di ranjang Jati.
Berniat turun dari ranjang, Clarissa melirik pintu yang berbunyi tanda hendak dibuka di mana tak lama terlihat sosok Jati. Laki-laki itu baru saja pulang dan langsung mencuci kaki serta tangannya sebelum menghampiri Bara dan menjatuhkan sebuah kecupan kecil di pipi anaknya.
Setelah puas menatap Bara, Jati beranjak dari posisinya. Mengajak Clarissa duduk untuk bercengkrama sebentar.
"Aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Kamu mau?" tawar Jati takut jikalau Clarissa menolak karena tidak mau meninggalkan Bara.
Clarissa nampak berpikir, sesekali melirik ranjang. Jati yang sadar bahwa dugaannya benar langsung berbicara. "Kita bisa menitipkan Bara pada Mama. Bagaimana?" bujuk Jati lagi.
Clarissa masih tetap berpikir. Dia ingin, tapi dia juga tidak tega jika harus meninggalkan Bara. Tapi kalau mengajak bayi seusia Bara, itu lebih tidak mungkin karena sangat rentan terhadap virus.
"Hei, bagaimana?" tanya Jati lagi.
Senyum terbit dari bibir Jati saat Clarissa menganggukkan kepala. Laki-laki itu memberikan perintah agar Clarissa segera mandi dan bergantian dengn dirinya untuk menjaga Bara sebelum pergi nanti selepas maghrib.
Menunggu Clarissa mandi, Jati menggoda Bara. Mencubit pipi itu secara pelan yang menyebabkan Bara merengek. Dengan sigap, Jati menjauhkan tangannya lalu kembali menyentuh untuk mengusap pelipis bayi itu lembut.
"Anak Ayah yang ganteng, kok bobo terus, sih?" ujar Jati bermonolog karena terlalu gemas pada Bara.
"Nanti kalau ayah sama ibu keluar, Bara jangan nakal ya di rumah."
Bara tentu saja tidak paham Jati berbicara apa. Mata bayi itu bahkan masih terpejam dengan kedua tangannya yang terlentang ke atas seakan sedang mengangkat sebuah beban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrites Love
RomanceSELESAI & LENGKAP | Clarissa adalah gadis berusia 17 tahun yang harus terjebak dalam sebuah insiden di mana membuatnya berurusan dengan seorang Argajati. Di masa SMA-nya yang seharusnya ia gunakan untuk menuntut ilmu agar mampu mencapai cita-citany...