.: Kebiasaan Baru :.
Sejak percakapan saat itu, menemani Jati sembari menatap langit malam menjadi kebiasaan baru bagi Clarissa. Perempuan itu akan duduk di tempatnya ditemani buku bacaan serta segelas susu cokelat khusus untuk ibu hamil. Dan malam ini, adalah malam kesekian mereka berdiam diri di tempat yang sama. Menciptakan suasana yang bagi orang lain amat sangat canggung namun menenangkan untuk mereka berdua.
Sesekali Clarissa akan melontarkan sebuah pertanyaan yang akan dijawab oleh Jati seperti saat ini ketika Clarissa mempertanyakan mengenai pendapat Jati tentang flat earth.
Perdebatan muncul diantara mereka berdua yang pada akhirnya tidak terpecahkan karena memang tidak ada yang tahu bagaimana teori yang sebenarnya. Jika berkaca pada pedoman umat muslim sudah pasti jawabannya akan bertolak belakang pada kamus teknologi yang terus berkembang pada zamannya dan sebagai manusia kita hanya bisa menyesuaikan dimana kita berdebat saat itu seperti kepada seorang scientist atau saat forum keagamaan yang menuntut kita harus tahu tempat dan waktu.
"Apa itu hubungan bilateral?" ujar Jati membaca soal yang saat ini ada di bukunya.
"Hubungan bilateral adalah hubungan dua negara yang saling membutuhkan," balas Clarissa langsung mendapatkan acungan jempul dari Jati.
"Kamu tahu kenapa suatu negara walaupun itu Amerika yang merupakan negara adidaya memerlukan hubungan bilateral?" Jati kembali mengeluarkan pertanyaannya.
"Karena sebuah negara itu sama seperti manusia. Ketika manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, negara juga sama."
"Jawaban pinternya sih memang itu. Bodohnya, karena negara nggak mau sendiri. Mereka saling berhubungan buat memenuhi kelemahan sama kelebihan masing-masing."
"Iya, Jati." Clarissa berdecak sebal. Pikirannya dipenuhi sebuah hipotesis bahwa isi kepala Jati itu semua hafalan yang sepertinya perlu dikeluarkan agar tidak melebihi muatan.
"Sekarang giliran aku yang bertanya," lanjut Clarissa memikirkan apa yang akan ia jadikan pertanyaan.
"Apa?"
"Em ... tidak jadi."
"Dasar!"
Jati sendiri kembali menekuni buku soalnya, mempelajari segala hal yang selama ini ia dapatkan di bangku menangah ke atas untuk persiapan Ujian Nasional satu bulan lagi. Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, Clarissa bangkit dari tempat duduknya menghampiri Jati.
"Aku kembali ke kamar dulu," pamitnya yang dibalas anggukan singkat.
Clarissa keluar sembari membawa gelas susunya yang membuat Jati memanggilnya. "Tinggalkan saja. Nanti aku yang mengembalikan."
"Terima kasih. Selamat malam, Jati."
"Selamat malam juga, Clarissa. Semoga mimpi indah."
*
Pagi ini adalah hari pertama Clarissa akan ikut bersama Weni untuk bertandang ke salah satu sekolah untuk membagi ilmu yang mereka dapatkan. Berbagi kebahagiaan bersama anak-anak yang kurang beruntung daripada dirinya.
"Sudah siap?" tanya Weni menanyakan kesiapan Clarissa.
Clarissa mengangguk dengan antusias. Menjadi seorang guru adalah satu dari sekian cita-citanya. Dia ingin membagikan apa yang dia punya kepada orang-orang karena melihat ilmu itu dapat tersampaikan menjadi salah satu kebahagiaan yang tidak ada tandingannya.
Mereka berdua sudah berada di dalam mobil dalam perjalanan menuju sekolah singgah itu. Setibanya di sebuah tempat yang menyerupai taman kana-kanak, Clarissa turun terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrites Love
RomanceSELESAI & LENGKAP | Clarissa adalah gadis berusia 17 tahun yang harus terjebak dalam sebuah insiden di mana membuatnya berurusan dengan seorang Argajati. Di masa SMA-nya yang seharusnya ia gunakan untuk menuntut ilmu agar mampu mencapai cita-citany...