.: Jangan Berhenti Bermimpi :.
Jati tersenyum senang karena hari ini adalah hari kepulangan Bara. Bayi itu sudah diperbolehkan pulang setelah menginap hampir 14 hari lamanya di rumah sakit. Laki-laki itu melirik kursi penumpang di sebelahnya, lalu benar-benar menatap Clarissa yang sudah duduk dengan Bara berada di dekapannya saat mobil berhenti di depan mini market karena Jati hendak membeli sesuatu.
Bara nampak menggemaskan dengan badannya yang terbungkus kain berwarna biru dengan mata terpejam. Sesekali mengolet membuat Clarissa tak kuasa untuk menjatuhkan ciuman pada pipi Bara.
"Aku tidak menyangka kita sudah sejauh ini. Kamu mau titip sesuatu?" tanya Jati sebelum dia turun untuk masuk ke dalam mini market.
Clarissa menggeleng. Tidak berniat untuk membeli sesuatu dan memilih untuk duduk di dalam mobil yang masih menyala.
Jati sendiri sudah bergegas masuk ke dalam mini market tersebut, mengambil beberapa minuman dingin dan jajanan. Setelah itu, Jati membayarnya. Tak lupa mengucapkan sama-sama dan memberi sebuah senyuman sopan saat petugas kasir berkata terima kasih.
Jati meletakkan belanjaannya saat sudah kembali ke dalam mobil. Melanjutkan perjalanannya untuk pulang di mana kedua orangtuanya juga sudah menunggu serta tak sabar menanti kehadiran Bara di rumah.
Selama Bara masih di rumah sakit, mereka bergantian menjenguk karena pada dasarnya semua memiliki tanggung jawab pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Seperti Banyu yang harus bekerja, begitu juga Jati. Laki-laki itu masih bekerja part time sampai akhir bulan nanti sebelum kembali pada kewajibannya sebagai mahasiswa baru. Dan hal itu menyebabkan Clarissa lebih sering ditemani oleh mamanya maupun Weni. Meski lebih sering sendiri.
Selama itu juga, baik Jati maupun Clarissa juga menyempatkan untuk berbelanja keperluan dan perlengkapan untuk Bara. Sesuai janji Jati, gaji itu dia gunakan sepenuhnya untuk dua orang yang kini mengisi kehidupannya.
Meski gaji itu tidak banyak, setidaknya bisa untuk membeli beberapa kebutuhan Bara walau tanpa sebuah stroller atau boks bayi karena tidak mencukupi. Terlampau mahal dan Jati pikir, Bara tidak terlalu membutuhkannya.
Jati mungkin sebenarnya mampu untuk membeli dengan cara meminta pada orangtuanya. Tapi dia tahu malu. Kini dia kepala keluarga, dan orangtuanya hanya berkewajiban membayar biaya sekolahnya serta memberi uang saku. Tidak untuk kehidupan rumah tangganya meski terkadang mama-papanya memberi, yang lebih sering ia tolak dan kini akan berakhir dengan limpahan kado untuk sosok Bara. Cucu pertama mereka.
Saat tiba di rumah, Clarissa terlebih dahulu turun dan masuk meninggalkan Jati yang membawa barang belanjaannya serta barang-barang di dalam mobil. Laki-laki itu sesekali tersenyum kecil, tidak menyangka bahwa semuanya akan seperti ini.
Jati menyesal? Tentu. Manusia mana yang tidak menyesal kalau dia pernah berbuat kesalahan? Jika dapat diulangi, dia lebih memilih semuanya dari awal walaupun harus melalui rintangan yang lebih panjang. Bukan dengan cara yang sebenarnya Jati sendiri masih ingin ketahui karena pernyataan Clara beberapa waktu silam.
Tapi di sisi lain, Jati juga merasa bahagia. Dia seakan semakin percaya bahwa hitam tidak selalu bermakna buruk. Jika menilik kejadian lampau, Jati sadar, hitamnya akan muncul pelangi di kemudian hari. Namun, sekali lagi, dia lebih memilih untuk hidup lurus tanpa warna hitam yang melintasi kehidupannya.
Sayangnya, takdir berkata lain. Hidup Jati tidak semudah yang banyak orang bayangkan. Dia tidak begitu saja tercipta dengan gemerlapnya yang saat ini banyak orang irikan.
Mereka tidak tahu, Jati pernah terjatuh. Terperosok sampai bibirnya terkunci rapat. Bayang masa lalu terus membayang pada bunga tidurnya sampai dia berani bangkit. Berdiri dengan tegak namun kembali terjatuh. Masuk ke dalam lubangnya yang kini ia coba tutup dan memulainya dengan sebauh awalan baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrites Love
RomanceSELESAI & LENGKAP | Clarissa adalah gadis berusia 17 tahun yang harus terjebak dalam sebuah insiden di mana membuatnya berurusan dengan seorang Argajati. Di masa SMA-nya yang seharusnya ia gunakan untuk menuntut ilmu agar mampu mencapai cita-citany...