-T E N T A N G K I M

358 39 114
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dulu ya bestie!

H A P P Y  R E A D I N G!!

︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽

Beberapa deret meja panjang tampak dirapikan oleh pelayan. Acara berkabung telah berakhir, menyisakan tumpukkan piring, gelas dan botol soju yang tampak berantakan.

Berbeda dengan ketiga pria yang duduk berhadapan di meja panjang yang sama. Dengan kemeja putih membungkus tubuh, mereka menanggalkan jas dengan tiga garis putih di bagian lengan tersebut.

“Wanita itu terlihat amat menyedihkan, persis sepertimu Hyung,” ujar seseorang menenggak gelas soju keduanya.

“Hentikan, tubuhmu tidak akan bersahabat dengan alkohol,” cegah seorang pria dengan wajah tampan memperingati.

Taehyung menggeleng setelah menandaskan cairan soju digelasnya, ia tersenyum lebar menampilkan deret rapi giginya sebelum berujar, “Bukannya meminum soju agenda wajib untuk acara berkabung?”

“Baiklah keras kepala,” putus Jin mengalah.

Pria berparas tampan itu kembali menengak gelas kelima sojunya setelah seseorang mengisi penuh gelas tersebut. “Kau tak minum?” tanyanya.

Namjoon menggeleng, masih dengan mata sembab ia bergumam, “Aku hanya tidak menyangka akan kehilangan cinta pertama secepat ini Hyung, padahal aku sudah berjanji padanya.”

Jin tersenyum lembut. Sementara Taehyung yang berada di samping Namjoon menepuk pelan pundak pria tersebut.

Hyung tenang saja, adikku yang tak bersalah sudah bahagia disana. Jangan sedih ya Hyung, aku bersamamu,” ungkap Taehyung yang sudah mabuk.

Namjoon hanya diam, lalu tersenyum memaksa sambil melihat pigura milik seorang gadis muda yang bersanding di samping foto ayahnya lalu netranya beralih pada seorang wanita tua dengan kimono hitamnya yang terus-terusan meneteskan air matanya.

“Aku tidak tau semua ini terasa sangat cepat terjadi,” ujar Namjoon menunduk.

Jin tertawa sebelum menenggak kembali minuman alkohol racikannya. “Harusnya kau senang, seseorang yang selalu mengekangmu telah pergi Namjoon,” jelasnya.

“Kau—Hyung, Kau—kau senang Appa mati?” tanya Taehyung setengah sadar.

“Menurutmu bagaimana?” tanya balik Jin.

Taehyung berdecak kesal. “Aku akan diam saja. Bagaimanapun darahnya mengalir di tubuhku,” jawab pria itu pasrah.

“Baiklah aku mengerti posisimu Hyungie,” goda Jin membuat Taehyung menenggelamkan wajahnya pada paha Namjoon.

Mereka terdiam sebelum akhirnya Jin kembali membuka suara. “Bahkan kita bertiga belum sempat menjenguknya tapi dia memilih pergi terlebih dahulu, egois.”

Taehyung bangkit duduk memandang tajam ke arah Jin dan Namjoon bergantian. “Kalian pabbo!”

Jin terkejut hampir menyiapkan mulutnya untuk memberikan  nasehat tapi segera ditahan oleh Namjoon.

Appa pergi karena merindukan kita,” jelasnya dengan wajah memerah.

“Merindukan kita? Setelah dia mengusirku dan kau?” tanya Namjoon meragukan, “Merindukan kita? Lalu, kenapa dia sekarang mati bersama gadis yang kucinta? Bukankah itu keterlaluan Hyungie?”

Taehyung terdiam ia tau fakta menyakitkan itu. “Baiklah selain kalian pabbo, Appa lebih pabbo,” ucapnya kembali menaruh kepalanya di paha milik Namjoon.

K I M Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang