Sebelum baca jangan lupa vote dulu ya bestie!
H A P P Y R E A D I N G!!
︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽
Senyum diwajahnya mengembang ketika seorang wanita disampingnya memberikan sweater tebal untuk dirinya. "Ini Eomma yang buat?"
Wanita itu tersenyum lembut, membelai pipi Namjoon dengan penuh kasih sayang, ia terenyuh.
"Disana pasti dingin. Maaf, jika Eomma tidak bisa memelukmu, Namjoon."
"Tidak Eomma, kau harus menjaga kesehatanmu. Nikmati masa tuamu, dan berhentilah mengajar, okay?"
Nyonya Kim tertawa. "Jadi, menurutmu Eomma sudah terlihat seperti Ahjumma samping rumah?"
"Bukan begitu maksudku, Eomma!" bela Namjoon ikut tertawa.
"Baiklah, Kim Namjoon kau harus mempercepat kegiatan mengemasmu."
"Masih ada waktu empat hari untukku, Eomma."
"Tidak usah menunggu empat hari untuk pergi, silahkan saja jika ingin pergi sekarang," lontar tuan Kim melempar amplop putih dalam genggamannya ke atas meja.
"Appa mengijinkanku?" tanya Namjoon dengan wajah berbinar.
Sementara nyonya Kim lebih tertarik dengan amplop tersebut. "Apa maksudmu, yeobo?" Seohyun menatap wajah suaminya dengan mata berkaca-kaca.
"Apa? Bukankah aku mempermudah kepergiannya?" jawab tuan Kim ringan.
Namjoon yang penasaran langsung menghampiri ibunya, melihat isi dari secarik kertas dalam amplop tersebut.
"Apa maksudmu Appa? Menyatakan bahwa Kim Namjoon telah meninggal?" tanyanya tak percaya.
"Memang seperti itu bukan? Anak keduaku yang cerdas telah mati karena mimpi yang terlalu besarnya," jelas tuan Kim tersenyum miris.
"Appa, aku masih hidup. Aku masih menjadi Kim Namjoon, anakmu."
"Pilihanmu yang membawamu kembali pada marga Hyun, Namjoon!" tegas tuan Kim.
"Sebegitu kesalnya kau padaku, Appa?"
"Kau pintar bukan?" tanya balik tuan Kim berlalu pergi.
"APPA! TUNGGU APPA!" panggil Namjoon mengejar pria bermarga Kim tersebut.
Langkahnya terhenti tepat pada sebuah ruangan dimana rasa luka dan trauma itu tercipta selama belasan tahun. "Appa, mau apa?"
"Kau Hyun Namjoon bukan? Biar ku permudah persiapan kepindahanmu. Hyun Namjoon, Hyun, nah!" pekik tuan Kim mengangkat salah satu piagam yang terbingkai cantik.
"APPA, HENTIKAN, KUMOHON!!"
Tuan Kim pura-pura tak mendengar, malah semakin mempercepat gerakannya untuk mencari Piagam serta Piala bernama Hyun Namjoon. Beberapa bingkai Piagam terjatuh membuat suara nyaring yang membuat Namjoon menangis.
"Appa, hentikan, Appa, hentikan, Appa, hentikan, Appa, kumohon hentikan, Appa?" pinta Namjoon bersujud pada kaki tuan Kim.
Sementara pria itu tertawa, menarik paksa tubuh Namjoon keluar dari ruangan tersebut hingga sampai ke depan gerbang rumah sebuah keluarga terpandang di Daegu.
"APPA, KUMOHON, MAAFKAN AKU APPA! APPA! APPA! APPA KUMOHON! APPA!"
Seolah tak mendengar, tuan Kim hendak berlalu pergi, tapi tangan milik Namjoon menahan langkahnya. Tuan Kim dengan kesal menendang tubuh Namjoon, memberikan beberapa tamparan beserta pukulan untuk pria muda tersebut. Sebelum mengakhiri dengan melempar Namjoon dengan pot bunga yang mengantung di langit-langit teras rumah keluarga Kim.
KAMU SEDANG MEMBACA
K I M
Teen FictionHanya kisah tentang masa lalu dan cerita dari ketiga pria bermarga Kim yang ditakdirkan bertemu dalam sebuah keluarga. Bersama luka, tawa, air mata, kecewa, suka, berkumpul membawa mereka menemukan jati diri mereka masing-masing. Pertemuan pertama...