-T: pecundang.

66 4 4
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dulu ya bestie!
H A P P Y R E A D I N G!!
︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽︽

"Kau benar-benar sudah menghubungi Hyung-mu?" tanya Jimin tak yakin memandangi sebuah gedung bertingkat di kawasan sibuk Seoul.

"Hei! Jangan tinggalkan aku!" lontarnya berlari menyusul langkah lebar milik Taehyung.

"Kau memang membantuku, bahkan memberiku tumpangan untuk menginap semalam, jadi, bisakah antarku saja tanpa perlu banyak berbicara?" kesal Taehyung berjalan memasuki area lobby HJ Coorporation. "Bisakah aku bertemu Bae Hyojoon?"

"Sebelumnya apa anda sudah membuat janji dengan beliau?" tanya balik sang resepsionis meragukan Taehyung dan penampilannya.

Taehyung mengangguk. "Aku sudah mengirimkan pesan padanya, dan sudah dibaca, ini!" jelas putra kandung tuan Kim tersebut menunjukkan benda pipih dalam genggamannya. "Seokjin adalah nama dari kedua orang tuaku. Hyung diangkat-"

"Tapi, sayangnya tuan Bae tidak menitipkan pesan padaku bahwa adiknya akan berkunjung. Lagipula, jika membicarankan soal keluarga harusnya kalian bertemu di tempat nyaman bukan di perusahaan dengan waktu sibuk ini."

"Kau meragukanku? Kau berfikir aku hanya berhalusinasi? Kau berfik-"

"Hentikan Taehyung," pinta Jimin merasa malu bahwa sepupunya itu akan membuat keributan. Dengan kekuatan yang tak seberapa , Jimin menyeret Taeyung untuk berjalan keluar.

Berdiri dengan raut putus asa memandangi beberapa orang yang tampak hilir-mudik memasuki gedung mewah tersebut. "mau sampai kapan kau terlihat menyedihkan, Taehyung?" sindir Jimin jengah.

Hembusan nafas berat dikeluarkan oleh Taehyung. Ia berteriak kesal menendang batu kerikil di dekatnya ke sembarang arah. Sedari tadi tak ada satupun panggilan telfon yang dijawab Jin. Tak ada satupun chat yang dibaca oleh Hyung-nya tersebut. Mengacak surai rambutnya frustasi Taehyung berjongkok menutup wajahnya yang malu oleh harapannya seorang diri. "Ya, Hyung!" panggil Taehyung.

"Apa? Kau memanggilku?" tanya Jimin heran.

"Menurutmu?" ketus Taehyung memandang jengah ke arah pria bertubuh lebih kecil darinya tersebut. "Mereka benar!"

"Siapa?" Jimin menyatukan kedua alisnya tak mengerti.

"Harapanku, tidak, kepergianku ke Seoul hanyalah pelarian. Pecundang bukan? Taehyung si pecundang," ungkapnya diakhiri tawa yang begitu memilukan. "Aku berfikir bahwa Seoul membawa kemudahan untukku. Bertemu Jin atau Namjoon, ah untuk bertemu dengan pewaris kaya raya itu saja begitu menyulitkan. Bagaimana deng-"

"Dimana Hyung-mu satu lagi tinggal?"
Taehyung menatap balik sepasang mata sipit milik Jimin. "Aku tidak tau pasti, tapi kuyakin disana kita pasti mendapatkan sesuatu."

Dengan secercah harapan dari perkataan Taehyung , disinilah akhirnya mereka berdua. Berdiri di depan gerbang masuk penjara pinggiran kota Seoul. "kau yakin?" tanya Jimin khawatir.

"Aku tidak bisa terus berlama-lama di apartemenmu. Kau bilang hanya cukup untuk satu orang bukan Hyung?" tanya balik Taehyung berjalan memasuki area penerimaan tamu.

"Ada yang bisa kubantu, anak muda?" sapa salah satu sipir.

"Aku kesini ingin mengunjungi tuan Hyun-"

"Kau siapanya? Apa kau tidak mendengar kabar?"
Taehyung menyatukan kedua alisnya kebingungan.

"Maksudmu? Aku Kim Taehyung. Teman dari putra tuan Hyun."

"Bagaimana kau bisa tidak ada di acara pemakaman? Pantas saja kau tidak tahu mengenai berita itu," jelas sipir itu semakin membuat pertanyaan dalam benak Taehyung membesar. "Tahun lalu, pada akhir bulan Mei tuan Hyun dieksekusi mati. Sesuai hukumannya, saat aku menghadiri acara pemakaman hanya ada anaknya dan beberapa sipir penjara yang hadir, termasuk aku. Hukum tetap hukum sekalipun ia adalah pria baik."

K I M Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang