17.ANGKA 8

84 7 0
                                    

Bell istirahat melengking kuat menandakan semua aktifitas ngajar mengajar dihentikan sementara. Iyan melangkahkan kakinya keluar kelas menuju kantin.

Namun ia mengurungkan niat nya melihat kantin yang sangat ramai seperti pasar hingga membuatnya sesak dan memilih pergi kebelakang sekolah, berjalan perlahan hingga akhirnya ia duduk dibawah pohon beringin tua yang cukup besar nanrindang.

Ia bersandar pada pohon tersebut, memejamkan matanya dan menarik nafas dalam menghembuskanya kasar merasakan hembusan angin yang menyejukan, "Capek.." Ucapnya.

"Ngapain disini?"

Iyan membuka mata perlahan melihat Nathan yang berdiri dihadapanya "Kak Nathan,ngapain disini?" tanya Iyan sembari mengucek kedua matanya.

"Malah nanya balik, " Nathan terkekeh. "Gua tadi dari kantin beli jajan,terus nyari tempat yang tenang yaa kepikiran aja sama ni pohon." Ujar Nathan menunjuk pohon beringin tua.

"Lo sendiri ngapain disini?" Tanya Nathan kini duduk disebelah Iyan.

"Gk ngapa ngapain." Jawab Iyan menatap kosong kedepan.

"Gk usah dipikirin tentang Karin, dia kaya gitu karena suatu alasan. Hidup Karin lebih berat dari yang kita bayangkan Yan." Ujar Nathan menatap Iyan dalam.

"Maksudnya kak?"

Nathan menghela nafas, "Gua gk tau ini boleh diceritain atau enggak dan juga gk tau harus mulai dari mana." Ucap Nathan menyenderkan kepalanya kepohon dibelakang mereka.

"Cerita aja kak gk ppa gua bisa jaga rahasia cerita pelan pelan aja." Ucap Iyan penasaran entah kenapa tiba tiba jiwa gosipnya membara.

"Ini gk rahasia sih, it's just not our business tapi gk ppa gua ceritain intinya aja ya. Jadi pas itu.." Nathan mulai bercerita tentang bagaimana dia bertemu Karin yang berkerja disuatu caffe, bagaimana kehidupan Karin hingga mengapa ia selalu giat mempertahankan peringkat nya disekolah hingga mengikuti berbagai lomba dan olimpiade.

Iyan mendengar cerita Nathan dengan mata yang berbinar ada air yang sedari tadi ia tahan agar tidak jatuh. "Sekarang kamu tahukan kenapa dia gk suka kalau rekan nya main main atau gk serius kalau sedang berlatih?" Tanya Nathan mencubit hidung Iyan.

"E'eh?! Kok kamu nangis Yan?" Nathan membulatkan matanya lebar melihat Iyan yang sedang sesegukan dan menyeka air mata.

"Hik.hiks ..e'eng hik gak kak gu'gua lagi salto, pake ditanya lagi!" Iyan berdiri menyeka air matanya kemudian berjalan beberapa langkah namun ia berbalik lagi menuju Nathan dan mengambil roti cokelat di tangan kk kelasnya itu, "Makasih kak." Ucap nya dan berlari menuju kelas.

Nathan hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya menatap punggung Iyan yang semakin menjauh dan hilang ditikungan.

🐼

DILAIN TEMPAT

Pada malam hari Pukul 19.30. Di kota besar padat dan penuh pendatang beradu nasib untuk menantang keras nya kehidupan, ya dikota metropolitan yang banyak kendaraan berlalu lalang membuat pemandangan indah dari atas gedung karena cahaya kendaraan. Tepatnya disebuah hotel bintang 5 yang punya nama besar diJakarta.

Disebuah meja bundar yang terdapat minuman dan buah kini berkumpul lima orang sedang berbincang mengenai bisnis.

Menghisap tembakau ditanganya,"Jadi bagaimana tentang kerja sama kita mengenai 10 Villa yang akan dibangun diBali Pak Rael?"

"Oh tentu saja itu akan menjadi bisnis kita yang utama Pak Tono. Saya dan Pak Anton sudah menentukan lokasi lokasinya, bahkan 5 Villa sudah mulai dibangun." Ucap Pak Rael

Under ageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang