02.RASA APA INI?

422 35 1
                                    

Di meja makan. Kini sedang berkumpul sebuah keluarga yang bisa dikatakan harmonis. Memulai sarapan hari ini, lengkap tidak seperti biasanya yang hanya ada Amalia,Bastian,dan Anton.Tapi kini sibungsupun ikut ada disana.

Bastian menatap heran kepada Iyan."Tumben banget kamu ikut sarapan, biasanya selalu sarapan disekolah." ujarnya dan spontan diangguki oleh papah maupun mamahnya.

Iyan memang jarang sarapan dirumah dengan alasan takut terlambat kesekolah,ya meskipun sudah terburu- buru tetapi masih saja terlambat. Iyan yang melihat reaksi berlebihan dari keluarganya tersebut lantas memasang wajah kesal.

"Gk ppa kali. Sekali-sekali Iyan juga pengen sarapan bareng, kita kan keluarga Cemara." Sahutnya.

"Iya kirain kamu pikun lupa kalau rumah kita ini ada Dapurnya." Ucap Anton kepada putera bungsunya.

"Inget dong gk mungkin yansyah lupa,apalagi Papah baru pulang dari Jakarta. Gimana Pah, Papah udah gajiankan? jangan lupa Uang jajan Iyan ya Pah." Sembur Iyan semangat.

"Oh jadi kamu ikut sarapan cuma mau minta uang jajan sama Papah." Sahut Bastian menatap jengah sang adik.

Melihat tingkah ketiga lelakinya yang saling beradu argumen itu, lantas membuat Amalia geram dan menjewer kedua telinga anaknya.

"Udah cepat lagi habiskan Sarapan kalian jangan sampai Mamah potong uang jajan kalian!" Titah Amalia,dan Anton hanya memegang jidat nya melihat drama pagi hari ini dikeluarganya.

🐼

"Mas aku bareng kamu ya." Ucap Iyan mendekati Bastian.

"Enggak-enggak gua mau jemput cewek gua dulu, emang motor lo kenapa?"Sahut Bastian menatap heran adiknya itu.

"Ih bulol banget sih mas,motor Iyan habis bensin kemarin lupa ngisi."

"Idih bilang aja iri lokan sama gua.Yaudah sana naik Ojol aja sini gua pesenin."Ucap Bastian malas.

Iyan yang mendengar itupun lantas kesal akan perlakuan Kakak nya tersebut yang dinilai lebih memilih pacarnya dari pada adiknya ini.

"Yaudah deh tapi Mas ibas yang bayarin ya Ojolnya hehe." Harap Iyan dengan mata yang berbinar,ah sungguh Manis wajahnya saat memohon siapapun tidak akan tega menolaknya.

"Yaudah iya..udah gua pesan.Nih uang nya,gua pergi duluan." Pamit Bastian menaiki Sepeda Motornya dan keluar dari halaman rumah meraka.

Iyan yang sedari tadi menunggu Ojolnya itupun akhirnya menatap lega saat Abang Ojol yang sudah berada didepan rumahnya, dengan cepat dia naik keatas motor dan langsung melaju membelah jalan pagi hari ini .

"Ih ngeselin banget sih ini Lampu Merah,mana macet banget lagi."Batin Iyan.

Dikarenakan macet yang cukup parah dan Jam yang sudah menunjukan Pukul 7.10, Iyan sudah pasrah dan berserah diri kepada Tuhan.

Tiba-tiba saja mesin Sepeda motor itu mati dan membuat Abang Ojek itu meminggirkan motornya dipinggir Trotoar.

"Kenapa bang? kok berhenti sekolah saya masih jauh."Ujar Iyan kebingungan.

"Maaf dek,Ini motornya mogok saya juga gk tahu kenapa."

"Yah bang terus saya gimana ini kesekolahnya."Iyan sekarang hanya bisa pasrah.

"Kamu naik angkot aja ya" Ujar Abang ojol.

Iyan berfikir sejenak menatap kosong kedepan. "Yaudah deh, ini bang uang nya." Ia menyodorkan sejumlah uang.

"Tidak perlu, anggap saja itu tanda minta maaf saya karna tidak mengantar kamu sampai tujuan." Ujar nya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Iyan tidak enak hati namun ia juga sangat membutuhkan Uang itu untuk manaiki angkot nanti. Dengan rasa tidak enak Iyanpun mengangguk "Makasih ya bang." Ucapnya.

Setelah semua kesialan yang menimpanya di pagi hari ini ia berdoa agar hari ini ada seseorang yang akan membuat moodnya membaik.

Iyan berjalan menuju halte, lama dia menunggu tidak ada satupun angkot yang datang dihadapanya.

"Ck, entah dosa apa yang udah gua lakuin." Batinya kesal.

🐼

Disisi lain seorang pria berumur 22 tahun sedang mengendarai Mobilnya dengan kecepatan normal membelah jalan raya dipagi hari ini.

Pria itu melihat seseorang yang ia kenal sedang menunggu disebuah halte dengan kepala yang tertunduk menatap sepatunya.

Iyan yang sibuk melamun memikirkan masa depan Negeri konoha nya ini tiba-tiba saja terkejut sesaat sebuah mobil yang mengklakson nya dipinggir trotoar tepat disebelahnya.

Merasa hanya dia yang ada dihalte iapun menghampiri mobil itu dengan rasa bingung dikepalanya.

Perlahan kaca Mobil turun, Iyan menatap senang ketika melihat Pak Vino didalamnya.

"Mau bareng gk?" Tanya Pak vino.

"Emang boleh Pak?" Sahut Iyan penuh harap mendapatkan tumpangan.

"Kalau enggak boleh gk mungkin saya nawarin kamu." Ujar Pak vino sambil menggelengkan kepalanya.

"Yaudah buruan masuk." Lanjutnya.

"Baik pak." Turut Iyan dan bergegas masuk kedalam mobil tersebut.

Di perjalan Pak Vino hanya fokus pada Jalanan yang ada didepanya, sedangkan yang disebelahnya sedari tadi menatap kagum akan wajah gurunya tersebut. Ia kagum akan ketampanan orang disampingnya ini.

Mata nya melihat bola mata Pak Vino yang berwarna coklat terang dengan kulit sawo matang dan surai yang hitam legam tertata rapi dikepalanya, lalu mata Iyan melihat tangan Pak Vino yang kekar dengan urat yang menonjol disana. Kemudian bergeser melirik ke arah leher gurunya itu yang membuat Iyan meneguk ludahnya sendiri.

Setelah aksi mesumnya itu dia menghirup aroma wangi dari Parfume gurunya dan tersenyum,ya wangi citrus yang sangat maskulin dipenciuman Iyan.

Tidak sadar Iyan sudah meneguk ludahnya lagi dan dia tidak tahu mengapa detak jantungnya berdetak cepat ditambah lagi ada rasa aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya."Rasa apa ini dan kenapa jantung gua? apa gua sakit jantung?" batinya bingung.

"Udah ngeliatin saya nya?" Ucap Pak Vino lalu mentap sekilas kepada bocah mesum disampingnya itu.

Iyan yang terkejut langsung memalingkan wajahnya menahan malu.

Pak Vino yang melihat wajah Iyan memerah hanya terkekeh, "Manisnya." Batin Pak Vino.

Tidak terasa mereka berdua sudah berada didepan gerbang sekolah.

"Sudah minggir saja pak, saya jalan saja dari sini." Ucap Iyan

"Tidak usah kamu ikut masuk saja sampai parkiran, saya tidak mau melihat kamu dihukum Bu dewi." Ujar Pak Vino.

"Dan berakhir dikantin." Lanjutnya.

"Kok Bapak tahu?" Tanya Iyan bingung mentap serius Pak Vino.

"Saya lihat kamu kemarin saat lari dilapangan dan menuju kantin." Ujar Pak Vino lalu menyentil jidat Iyan gemas.

"Hehe ya maaf Pak khilaf, makasih ya Pak tumpanganya." Ucapnya sambil tersenyum lebar hingga menunjukan gigi putihnya lalu Iyan keluar dari Mobil dan meninggalkan area parkiran itu menuju kelasnya.

Sedangkan Pak Vino masih didalam mobil dengan bibir yang melengkung diwajahnya menatap pundak Iyan yang perlahan menghilang didepan sana.

.

.

.

.

.

To be continued...

HI boyfie here!

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa..

dengan vote and komen :)

saran and kritik..

Under ageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang