Bab 3 : a Mansion

448 42 6
                                    

Bangun di dalam ruangan yang asing baginya membuat Yoongi bingung. Lampu ruangan cukup redup dengan arsitektur bergaya Eropa klasik. Kamarnya juga begitu luas yang jelas sekali bukan kamar miliknya.

Yoongi barushaa untuk bangun mendudukan diri namun punggungnya terasa sakit dan perih. Namun dirinya berhasil mendudukan diri dan bersabar pada kepala kasur. kemudian menyadari badanya terlilit perban begitupun kepala belakangnya.

Ceklek!

Pintu kamar terbuka menampakan Taehyung membawa nampan dengan satu buah mangkok dan air putih di atasnya.

"Sudah bangun?"

"Ah pak~"

Yoongi beringsut mundur merapat diri pada kepala kasur sembari menarik selimut sampai sebatas dada. Taehyung hanya terkekeh melihat Yoongi salting.

"Saya udah liat? Kamu fikir siapa yang buka baju kamu?"

"Eumm" Yoongi tertunduk malu.

"Ini sarapan dulu, nanti kamu harus ganti perban" Taehyung meletakan nampan di atas pangkuan Yoongi dan memindahkan air putihnya di nakas.

"Kemarin? Bapak ruangan bapak di bom" Tanya Yoongi ragu ragu.

"Iya, dan semunya sedang diselidiki  sekarang"

Yoongi mengangguk kecil dan mulai menyantap nasi instan dengan lauk instan juga nampaknya.

"Ngomong ngomong Phoenixnya cantik"

Yoongi tergugu, kali ini dia benar benar malu. Gimana Taehyung bisa liat tatto di atas selangkangannya.

"Makasih"

"Dapat dari mana?"

"Hadiah kelulusan sma pak"

"Kau pintar menyembunyikanya ya"

Wajah Yoongi memerah dirinya benar benar malu setengah mati. Ini kedua kalinya pertama dia malu sama orang  yang mentatonya disana sekarang bosnya sendiri? Bahkan om Donghae tidak tau bentuknya bagaimana walaupun dia yang bayar.

"Kalau gitu saya tinggal, nanti mandi baru saya ganti perbanya"

♠♠♠♠♠


Taehyung terlihat serius mendengar penjelasan orang dari sebrang telfonya. Dirinya tengah di ruang kerja massionya.

"Kami menemukannya pak, sepertinya bom itu di pasang seminggu lalu ketika ada perbaikan pipa"

Alis Taehyung bertaut mencoba mengingat perusahaan mana yang ia sewa untuk memperbaiki pipanya.

"Lalu?"

"Ia tidak punya tempat tinggal, dia tinggal bersama tunawisma di gedung terbengkalai district tujuh"

Sudut bibir Taehyung tertarik ke atas kemudian kembali bertanya pada orang di sebrang telfon.

"Saya kenal orang itu bukan?"

"benar pak dia orang yang sama dengan orang yang anda temui sepuluh tahun lalu"

Senyuman puas tercetak jelas di bibir Taehyung.

"Dia urusan saya, kamu cari tau siapa dalangnya"

Telfon dimatikan kemudian Taehyung tertawa kecil menggenggam sebuah pisau lipat di tanganya.

"Padahal sudah baik ku lepaskan, beraninya tikus got itu muncul lagi.  Tidak tau diri"

Taehyung menyimpan kembali pisau lipat tersebut kedalam laci meja kerjanya.

"Josua"

Teriak Taehyung tak lama lelaki dengan ukuran badan lebih kecil darinya dengan setelan jas rapih masuk dalam ruang kerjanya.

"Iya pak?"

"Mana kunci motor kamu?"

Joshua merupakan tangan kanan serta orang kepercayaan Taehyung yang selalu berada di sisinya. Ia berbeda lima tahun dari Taehyung orangnya tidak banyak bicara dan begitu patuh pada perintah Taehyung.

"Ini pak"

Di berikan yang kunci motor miliknya pada Taehyung. Walaupun dalam dirinya berkecamuk bayak perasaan khawatir. Kalau motornya sudah di pinjam berarti tuanya akan pergi tanpa dirinya.

"Kau temui Hobi"

"Baik pak"

♠♠♠♠

"Sudah bangun putri tidur?"

Seorang gadis kecil masuk kedalam kamarnya. Yoongi menatapnya heran apalagi dengan nada bicaranya yang ketus itu. Walaupun dia pemilik rumah ini itu tidak membenarkan dia berlaku tidak sopan pada orang yang lebih muda.

"Aku hanya mau antar ini, nanti papa akan ganti perbanya"

Yoongi yang baru kelar mandi dan membungkus dirinya dengan bathrobe hanya terheran memperhatikan siapa gadis kecil ini. Dugaannya dia anak dari tuanya? Sifat mereka sedikit mirip? Bagaimana angkuhnya gadis cilik satu ini.

"Kamu anak pak Taehyung?" Tanya Yoongi takut takut.

"Menurut mu aja"

Pintu kamar Yoongi kembali terbuka menampakan Taehyung dengan setelan santainya. Sebuah kaos lengan panjang dengan leher segitiga terlihat jantan sekali Yoongi jujur iri melihatnya.

"Kamu udah mandi?" Tanya Taehyung pada Yoongi.

"Papa aku keluar" Anaknya kemudian memotong lebih dulu.

"Iyaaa"

Gadis itu keluar dari kamar yang Yoongi tempati. Taehyung duduk di atas kasur menarik kotak p3k di pangkuanya.

"Kemari duduk biar saya ganti perbanya"

Yoongi menurut duduk membelakangi Taehyung. Luka besarnya ada di punggung sebelah kanan dan kepala belakang akibat sepihan kaca dan luka kecil dengan goresan pajang di bawa ketiak kirinya. Jadi Yoongi duduk membelakangi Taehyung karena lukanya di belakang.

Ia menurunkan bagian atas bathrobenya perlahan karena malu. Dirinya selalu di ajarkan oleh om Donghae untuk tidak menunjukkan tubuhnya dengan mudah pada orang lain. Jadi Yoongi benar benar malu sekarang. Tangan Taehyung mulai menyentuh pemukaan kulitnya membersihkan lukanya dengan alkohol.

"Pshhh" Rintih Yoongi.

"Besok akan lebih baik karena sudah saya kasih salep" Ucap Taehyung sambil memasang plaster di punggung Yoongi kemduian di susul di bawah ketiak Yoongi.

"Besok dokter akan datang untuk obatin kepala kamu, jadi kamu menginap sementara disini"

Apa? Kenapa bosnya pake repot segala urusin dia? Ah gak rasanya akan sangat merepotkan dan dia gak enak sama istrinya Taehyung. Masa tiba tiba ada asing tinggal di rumahnya.

"Gak usah gak enak, kamu terluka karena saya jadi kamu tangung jawab saya sampai sembuh"

Apa tadi? Taehyung benar benar bisa membaca pikiran orang ya? Sungguh menyeramkan.

♠♠♠












Kalo ada yang kenal adeganya emg ini ceritanya aku remake dari salah satu drakor. Cuman beda kisah intinya aja.











Pa pai

'NAKKA'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang