AT! 01

11.4K 805 20
                                    

AT!

Daun-daun di jalanan bertebrangan kala sebuah mobil sport melintas, di sepanjang jalan hanya ada beberapa pohon besar dan rerumputan liar, suasananya sunyi dan segar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daun-daun di jalanan bertebrangan kala sebuah mobil sport melintas, di sepanjang jalan hanya ada beberapa pohon besar dan rerumputan liar, suasananya sunyi dan segar.

Di dalam mobil sport tersebut, terdapat seorang pria yang tengah mengemudi, kedua tangannya mencengkeram erat stir mobil, mata dengan manik hitam segelap malam menatap tajam kedepan, seragam sekolah yang melekat di tubuhnya tampak berantakan tak terbentuk.

Atlas namanya, pria itu tidak akan lupa bagaimana dirinya bisa berada di dunia novel. Jangan tanya darimana dirinya tahu, pria itu sudah bertemu dengan sang pemilik raga. Ia awalnya tidak percaya, namun setelah memastikannya beberapa kali akhirnya ia benar-benar percaya.

Laju mobil memelan, pintu depan mobil di buka lalu kembali di tutup keras, bisikan serta decakan kagum mengalun sayup di telinga atlas, ia menatap datar siswa/i Samudra High School(SHC).

"Atlas saranghae"

Kata itulah yang terus di dengar atlas saat di sepanjang perjalanan, untuk sesaat keadaan berubah sunyi. Dahi atlas tampak mengernyit, menatap seksama siswa/siswi yang tampak mengerumuni sesuatu.

Atlas menerobos kerumunan, dapat ia lihat seorang gadis tengah memaki gadis lain yang terduduk di lantai dengan berderaian air mata. Atlas tahu siapa gadis itu, Alinka Altafasya sang protagonis wanita. Sedangkan gadis yang tengah memaki adalah Alena Vreondya sang antagonis wanita.

"ALENA!"

Suara menggelegar mengalihkan perhatian semua orang termasuk atlas. Atlas melihat seorang pria berjalan kearah alena dan alin dengan rahang mengeras dan tangan mengepal. Di belakang pria itu terdapat tiga pria lagi, mereka tampak lebih santai daripada pria yang berjalan paling didepan.

Atlas tebak, pria yang berjalan dengan emosi adalah protagonis pria Argus Castor, dan ketiga pria di belakangnya adalah sahabat argus. Pria yang di kanan bernama Aristide Favian, yang di kiri bernama Kafeel Heraksel, sedangkan yang di sebelah tengah bernama Pamungkas Dhefin Adibrata.

Atlas kembali memusatkan perhatiannya kearah alena dan alin. Ia menatap lekat alena, seperkian detik hembusan nafas kasar keluar dari bibir atlas. Ia jadi teringat akan ucapan raga ini.

Atlas terkesiap kala argus akan melayangkan tamparan kearah alena,"...hanya pecundang yang berani bermain tangan pada seorang perempuan" suara berat bagai di hantar angin berhasil membuat jantung seluruh murid di sana berdetak dua kali lebih cepat.

Argus terdiam, menepis kasar tangan atlas yang menahan pergelangan tangannya. Dia menatap tajam atlas, sedangkan yang di tatap tampak tenang. Argus mendengus,"ini urusan gue, jangan ikut campur" ucapnya.

"jelas gua ikut campur, ale cewek gua" jawab atlas, lalu matanya mengarah kearah alin yang masih terisak,"mending lo urus cewek lo, liat...dia udah kayak jalang kurang belaian" sinis nya.

Semua orang menutup mulutnya tak percaya atas perkataan atlas. Argus menarik kerah seragam atlas. Rahangnya tampak mengeras,"cewek gue bukan jalang kayak alena, sialan!" Gertak nya.

Atlas berdecih sinis, menepis kasar tangan argus, menepuk-nepuk kerah nya seolah argus adalah kotoran yang menjijikkan,"kalo cewek gue jalang, cewek lo apa? Ah atau wanita lo?" Smirk nya.

Argus mengepalkan tangannya kuat, bersiap untuk menghantam wajah atlas, tapi suara aris lebih dulu menyela,"udah ar, mending sekarang kita bawa alin ke uks" ucapnya.

Argus berdecak, berjalan melewati atlas, dengan sengaja menyenggol bahunya. Atlas tersenyum sinis melihat kepergian argus dengan alina yang berada di gendongannya, serta ketiga sahabatnya yang setia membuntuti argus seperti seorang budak. 

Alena yang melihat kepergian argus berniat ingin mengejarnya, tapi tangan atlas lebih dulu mencengkeram kuat pergelangan tangannya.

"lo ikut gue"

AT!

Atlas dan alena kini berada didepan pintu toilet wanita, alena menatap penuh tanda tanya kearah atlas. Atlas berdecak saat tau apa arti tatapan alena, ia menggapai  tangan alena lalu meletakkan sebuah seragam sekolah.

"Ganti seragam lo, lo mau sekolah bukan mau ngejalang" sarkas atlas menatap datar alena.

Alena mencebik kesal, ia memasuki toilet dengan menghentak-hentakkan kakinya. Atlas yang melihat itu terkekeh geli, ia baru tahu bahwa tunangan raga ini sangat menggemaskan.

Sedangkan alena didalam toilet terus menggerutu, ia tidak habis pikir dengan atlas yang dengan enteng nya menyebut nya jalang,"dasar atlas nyebelin, tadi aja bela belain gue didepan argus eh sekarang malah ngatain gue jalang awas aja nanti gue aduin ke bunda" ceroscosnya.

Alena menatap cengo pantulan dirinya didalam cermin, baju ke besaran, rok dibawah lutut, benar-benar seperti cewek cupu,"gila! Apa kata orang-orang nanti? Seorang queen of bullying kayak cupu! What the! Gak bisa nih, gua har-"

"Jangan pernah coba-coba ganti bajunya lagi, kalo gak mau gue perkosa disini" ucapan frontal menyela perkataan alena.

Alena terkejut saat melihat pantulan diri atlas dicermin, bulu kuduk nya tampak merinding saat melihat seringai tipis di bibir atlas yang sialnya sangat sexy itu.

Alena berbalik, menunjuk wajah atlas dengan mata membola besar,"lo! Ngapain masuk! Ini toilet cewek! Kalo ketahuan orang lain gimana!" Teriak alena tampak panik.

Atlas mengangkat bahunya acuh,"gue gak peduli, lagian kalo ketauan paling cuma dikawinin" ucapnya enteng,"eh gue lupa, kita kan udah nikah" Lanjutnya bersedekap dada.

Alena menatap nyalang atlas,"lo mau mati?" Geramnya.

Atlas terkekeh,"nanti aja, kalo udah bikin anak, gimana?" ucapnya menaik turunkan halisnya.

Alena menatap jengkel atlas, dengan perasaan kesal ia keluar dari toilet dan dengan sengaja menutup pintunya dengan keras. Lagi, atlas terkekeh geli melihat tingkah menggemaskan alena.

"lucu"

ATLAS TRANSMIGRASI!
To be continue...

ATLAS TRANSMIGRASI! ( HIATUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang