Hasil imajinasi saya sendiri✔
Atlas adalah pria berdarah dingin yang sangat terobsesi dengan setiap hal yang berbau darah. Bukan, dia bukan psycopath atau mafia. Dia hanya menyukai darah. Menurutnya warna darah itu sangat cantik dan aromanya begitu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alena berjalan dikoridor dengan riang, ia sudah tidak sabar memakan bakso dengan kuah pedas serta minuman mangga yang menyegarkan. Membayangkannya saja membuat perut nya berbunyi. Tapi saat alena melewati lorong yang sepi, sebuah tangan besar menarik tubuhnya dan mengurungnya dibalik tembok. Gadis itu memberontak, hingga suara yang sangat ia kenali menghentikan aksinya tersebut.
"Diam, alena"
Tubuh alena menegang, menatap tak percaya laki-laki yang berada dihadapannya. Matanya berkedip-kedip memastikan bahwa ia tidak salah lihat, "Argus?" Cicit nya pelan.
Sosok laki-laki itu hanya terdiam, tidak berniat membalas ucapan alena. Mata tajamnya menelisik setiap inci wajah gadis tersebut.
Alena mendorong tubuh argus, wajahnya berubah menjadi datar. Entah kenapa, alena tidak suka saat laki-laki itu menatapnya seperti itu, "ada perlu apa?" Tanya alena.
Hening.
Argus tidak merespon, tapi ada sedikit raut sedih diwajah tampan itu. Alena pun merasa bingung dengan laki-laki tersebut. Apakah ia telah membuat kesalahan hingga argus mendatanginya dan ingin memarahinya? Tapi ia tidak terlibat masalah hari ini dengan alin.
"Kenapa diem? Lo bisu?" Ucap alena mulai jengah dengan situasi seperti ini.
Sebelum menjawab, argus menghela nafasnya, "...kenapa lo berubah?" Tanya nya.
Gadis itu mengernyit, "Setelah lo nyakitin gue berkali-kali, Lo tanya kenapa gue berubah? Gue gak salah denger?" Ucap alena, matanya bergerak naik untuk melihat wajah argus, "...sebenarnya otak lo terbuat dari apa?" Alena berekspresi dingin.
"Gu---"
"Bego banget gue suka sama cowok bajingan kayak lo" Alena memotong perkataan argus, tangannya masuk kedalam saku rok dan sebuah gelang berada di genggaman nya, "gue gak butuh lagi, malaikat gue waktu kecil udah hilang dan berubah jadi iblis" Alena melempar gelang itu tepat didepan wajah argus.
"Alena..." lirih argus, matanya menatap kosong gelang yang terjatuh dilantai tepat didepan sepatunya.
"Kita udah selesai, alena yang tergila-gila sama lo udah mati" ucap alena santai, tapi jauh di lubuk hatinya yang terdalam rasa sakit menggerogotinya. Bagaimana pun tidak akan mudah melupakan cinta pertama.
"Kenapa?"
Alena terkekeh, "gak ada jawaban untuk kata kenapa lo itu argus, karena semuanya udah jelas dan gue harap lo sekarang bersikap seperti gak pernah kenal gue seperti sebelumnya." Selesai mengatakan itu alena berlalu pergi meninggalkan Argus yang tampak menatap hampa kearah nya.
Tanpa mereka berdua sadar, ada sepasang mata memperhatikan semuanya dari awal sampai akhir.
AT!
Seorang laki-laki berjalan menghampiri alena yang tengah terduduk ditaman belakang sekolah. Laki-laki itu memandang wajah alena yang sangat jelas terlihat kalau perasaan gadis itu sedang tidak baik.
"Lo mikirin argus?"
Alena tak menjawab pertanyaan laki-laki itu, hal itu berhasil membuat sosok nya menghela nafas. Dia menaruh bekal makan di samping gadis tersebut, lalu ikut duduk disamping nya, "gue sedikit terkejut saat liat lo ada disini, tempat ini jauh dari kelas IPA, jarang ada yang tahu tempat ini selain teman-teman gue," ucap laki-laki itu, "ditambah kayanya lo lagi gak baik-baik aja..."
Alena mengangkat kepalanya, ia memandang sosok laki-laki itu yang saat ini menatap ujung sepatunya, "Argus itu anak yang aneh, dia jarang sekali tersenyum kecuali pada ibu, adik, dan nenaknya, dia gak menyukai orang lain selain kepada tiga orang tersebut, tapi anehnya hari ini dia menunjukkan ketertarikannya pada lo, Lo mungkin gak akan percaya, kalo gue bilang bahwa argus suka sama lo,"
"Gue percaya, dan gue tahu itu..." Sahut alena pelan. Ia menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya karena tiupan angin, laki-laki itu menoleh kearah alena, "Lo tau?" Ulang laki-laki tersebut memastikan.
Alena mengangguk.
"terus lo sekarang milih nyerah? Disaat lo tau dia suka sama lo?" Tanya laki-laki tersebut.
"...gue udah nikah, pantaskah gue merjuangin laki-laki lain disaat status gue sebagai seorang istri?"
Laki-laki itu terdiam, keadaan pun menjadi sunyi. Ada raut bersalah diwajah laki-laki tersebut.
"Gue...maaf"
Alena tersenyum tipis, ia menatap lurus ke depan, "cinta itu indah tapi juga menyakitkan, kalo boleh... gue pengen lahir tanpa hati" ucap pelan alena.
Laki-laki itu menatap alena dari samping, kemudian, "ah, gue sampe lupa" tangannya terulur mengambil kotak makan, lalu menyerahkan nya pada alena, "nih, gue tau lo gak pergi ke kantin"
Alena terdiam, menatap kotak makan itu dengan lekat. Lalu, menatap sosok laki-laki didepannya. Hatinya tersentuh, belum ada yang seperhatian ini padanya.
"kenapa lo baik sama gue?" Alena bertanya sambil menatap lekat manik biru laut yang terlihat bersinar cerah.
"Karena gue peduli, dan sayang sama lo..."
ATLAS TRANSMIGRASI! To be continue...
Ada yang bisa tebak, kira-kira siapa laki-laki itu?
Hayoooh tebakk siapa?(ノ゚0゚)ノ~
Hihi makasih buat para readers yang udah mau baca cerita lily, see you next part!!!!