AT!
Atlas berjalan dikoridor dengan pandangan lurus kedepan, tangannya dimasukan kedalam saku, dasi nya tersingkap keatas, dua kancing seragam terbuka hingga memperlihatkan dada bidang yang menggoda iman. Sayangnya tidak akan ada yang melihat pemandangan yang mempesona ini, karena jam sudah menunjukan waktunya pelajaran dimulai.
Atlas berdecak kala melihat alin keluar dari perpustakaan dengan membawa setumpuk buku. Atlas yakini dia akan terjatuh, lihat saja ia akan menghitung sampe tig-
Bruk!
Lihat, belum saja atlas menghitung dia sudah terjatuh. Atlas memutar bola matanya malas, memilih abai dan melanjutkan langkahnya lagi. Tapi ketika akan melewati perpustakaan, tangannya ditahan oleh alin.
"K,kak...boleh minta bantuannya? Alin gak bisa bawa buku sebanyak ini" pintanya menatap atlas dengan memelas.
Atlas menepis kasar tangan alin, menatap tajam gadis itu,"kalo gak mampu bawa banyak buku gak usah sok keras, caper" sinis atlas.
"T,tap-"
"Bacot" datar atlas, lalu kembali melangkahkan kakinya, tapi sebelum pergi atlas menendang buku yang berserakan dilantai itu dengan santai.
Alin menatap nanar buku yang ditendang oleh atlas, ia menatap sendu punggung atlas yang sudah menghilang ditelan bayangan.
Alena keluar dari balik tembok. Ya, ia menyaksikan semuanya, ia juga terkejut dengan sikap atlas yang berbeda. Biasanya atlas akan diam bukan membalas dengan ucapan pedas, tapi alena puas melihat itu.
"Ck, gue kasian sama lo, udah rebut pacar orang eh sekarang mau rebut suami orang, segitu rendahnya harga diri lo" celetuk alena menatap sinis alin.
Alin terkejut kala melihat kehadiran alena, tapi sedetik kemudian tatapan tidak suka alin layangkan,"Aku akan rebut atlas dari kamu" ucapan tak tau diri dari alin membuat tawa alena mengudara. Ia menatap alin seolah dirinya sedang melawak, alin yang melihat itu mengepalkan tangannya.
"Mimpi lo! jalang kayak lo gak pantes bersanding sama atlas yang sempurna, ngaca alin lo itu kaya gelandang yang mencoba menjadi ratu haha lawak anjing! Sampah akan tetap jadi sampah!" Setelah mengatakan itu, alena pergi meninggalkan alin dengan emosinya.
AT!
Angin sepoi-sepoi menerpa wajah tampan atlas yang bak dewa yunani, ia tengah berada dibelakang sekolah yang di rumorkan horor. Atlas tidak takut hantu, karena dia tidak percaya hantu itu ada, dia hanya percaya dengan keberadaan alien yang sudah terbukti oleh sains.
Atlas membuka matanya yang sempat terpejam, manik hitam segelap malam itu menatap tajam kedepan memancarkan obsesi yang besar. Perlahan sebelah sudutnya tertarik keatas membentuk sebuah seringaian yang mengerikan,"alena, alena, alena" gumam nya.
Atlas terkekeh,"baru aja ketemu, gua udah jatuh dalam pesonanya, kayaknya gua udah jatuh cinta sedalam-dalamnya sama istri lo... atlas lycus" ucapnya, ia tersenyum miring saat mengingat tingkah menggemaskan alena. Rasanya atlas benar-benar gila, sampai-sampai ia ingin mengurung alena hanya untuk dirinya saja.
Tatapan atlas menjadi dingin kala mengingat alena mencintai argus,"kayaknya gua emang harus ngurung lo ale, kalo perlu gua rantai, atau gua bunuh cowok sialan itu?" Atlas tersenyum lebar,"bukan ide buruk" gila, atlas memang segila itu jika menginginkan sesuatu.
Atlas menyenderkan punggungnya ke batang pohon, mendongak ke atas menatap daun-daun yang berjatuhan, perlahan mata itu terpejam kembali, menikmati semilir angin yang menenangkan,"gua pengen darah" gumamnya.
Sedangkan disisi lain alena tengah mencari keberadaan atlas, ia terus menggerutu kala tak menemukan atlas dimanapun. Lalu pikirannya tertuju ke rooptof, dengan berlari cepat alena menuju rooptof. Tapi ketika ia berada dilorong sepi, langkahnya memelan, dadanya berdetak kencang, air mata luruh begitu saja.
Disana ia melihat argus tengah berciuman dengan alin. Menutup mulutnya, alena berjalan mundur lalu membalikkan tubuhnya dan berlari dengan dada yang sesak. Siswa siswi yang melihat alena berlari dengan isak tangis menatap penuh tanda tanya, sedangkan alena tetap berlari ia tidak peduli apa pendapat orang-orang nanti, yang ia butuhkan sekarang adalah menenangkan diri.
Alena berhenti dibelakang sekolah, tubuhnya luruh ke tanah, memeluk kedua lututnya dan terisak pelan. Dadanya sakit, seperti dihantam beberapa ton besi. Tolong siapapun, ini menyakitkan, alena tidak kuat.
Atlas yang sedang tertidur merasa terganggu kala mendengar suara isak tangis, dengan perasaan kesal ia mencari asal suara, hingga matanya menangkap keberadaan alena. Atlas terdiam sebenar, lalu berjalan pelan menghampiri alena. Ia menyentuh pundak alena yang bergetar,"ale, kenapa?" Tanyanya.
Alena tersentak kaget saat ada yng menyentuh pundaknya serta suara seseorang yang ia kenali. Perlahan ale mendongak, air matinya luruh dengan deras,"Atlas, sakit" adu nya.
Atlas terdiam tidak tahu harus apa, dia tidak tahu cara menenangkan seseorang saat menangis apalagi perempuan. Ia pun lebih memilih menarik tubuh alena kedalam dekapannya, dengan kaku atlas mengusap punggung alena. Alena semakin terisak, atlas pun mengeratkan pelukannya.
Dirasa alena sudah berhenti menangis, atlas melepas pelukannya, mengusap lembut sisa air mata di pipi alena,"Kenapa nangis hm?" Tanyanya.
Alena terdiam, air matanya kembali luruh, atlas panik saat alena kembali menangis, ia kembali membawa alena ke pelukannya. Alena membalas pelukan atlas,"a,argus jahat hiks...argus jahat, sakit atlas hiks..." racau alena.
Atlas mengepalkan tangannya kala mendengar nama argus, rahangnya mengeras. Berani sekali argus menyakiti alenanya, sepertinya ia benar-benar harus membunuh argus.
"atlas, laper~" celetuk alena menatap atlas dengan puppy eyes nya.
"Oh Shit!"
ATLAS TRANSMIGRASI!
to be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLAS TRANSMIGRASI! ( HIATUS )
FantasíaHasil imajinasi saya sendiri✔ Atlas adalah pria berdarah dingin yang sangat terobsesi dengan setiap hal yang berbau darah. Bukan, dia bukan psycopath atau mafia. Dia hanya menyukai darah. Menurutnya warna darah itu sangat cantik dan aromanya begitu...