Budidayakan vote sebelum membaca.
Baca dengan teliti dan tandai typo.
Silahkan mengkritik jika ada kesalahan apapun itu, akan sangat senang jika kalian berterus terang dalam memberi komentar tentang cerita ini.
For plagiat, don't copy my story!
:
:
Thank You!
____________________AT!
Brakkk!
Seluruh pasang mata yang berada di ruangan UKS, tertuju pada seorang lelaki yang baru saja membuka pintu dengan cara tidak sopan. Mereka semua saling tatap, seolah sedang berbicara lewat pikiran.
"Kak Atlas? Ngapain lo di sini, bukannya bel udah bunyi?"
Ya, lelaki itu Atlas. Ia tidak menanggapi ucapan Stella--petugas PMR. Matanya hanya tertuju pada seorang gadis, yang tengah terbaring di brankar dengan wajah pucat.
"Pergi." Atlas berkata dengan datar, ia menukik halisnya tajam. Apalagi ketika melihat sosok Marvin yang tengah memegang tangan Alena-nya.
"T-tapi gue petugas PMR di sini, gue gak bisa ninggalin tanggung jawab gue... " Stella berkata lirih, dia menatap Atlas takut.
"Gue bicara sama dia." Atlas tidak menunjuk, tapi matanya tertuju pada Marvin.
"Kenapa gue harus pergi?" Marvin bangkit dari kursi, dia menghampiri Atlas dengan wajah yang menantang. Jika tidak ingat banyak yang sedang sakit di UKS ini, Atlas pastikan wajah itu akan hancur tak terbentuk.
"Emang harus ada jawabannya? Lo cuma mantan ketua PMR, kalo lo lupa." Sinis Atlas, ia memasukkan kedua tanganya pada saku celana.
"Terus gimana sama lo? Lo bukan siapa-siapa di sini, gue masih untung karena gue masih berhubungan sama PMR... " Marvin menatap remeh ke arah Atlas, dia bersedekap dada. Dagunya sedikit naik ke atas.
"Alena cewek gue." Atlas menyorot matanya tajam kearah lelaki di hadapannya. Bibirnya bergerak miring, seolah mengatakan 'Lo kalah telak'.
"M-maaf, bisa kalian jangan ribut di sini, kalian bisa menggangu kenyamanan murid-murid yang lagi sakit." Stella menyela, dia menatap Atlas dan Marvin dengan tak nyaman. Sesekali gadis itu meilirik pada anggota PMR yang lainnya, yang hanya terdiam menyaksikan kejadian itu. Memangnya siapa yang bisa menghentikan dua pria yang berpengaruh di sekolah?
"Bukan gue yang mulai." Marvin berkata dengan tak terima, dia menatap Atlas penuh permusuhan.
"Lo yang ngobarin api... " dingin Atlas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLAS TRANSMIGRASI! ( HIATUS )
FantasyHasil imajinasi saya sendiri✔ Atlas adalah pria berdarah dingin yang sangat terobsesi dengan setiap hal yang berbau darah. Bukan, dia bukan psycopath atau mafia. Dia hanya menyukai darah. Menurutnya warna darah itu sangat cantik dan aromanya begitu...