BAB 14
SAINGAN BARU DANANJAYA
***
Kabalan, 1378 Masehi
Sore hari telah tiba. Pendopo Keraton Kabalan yang tadinya dipadati para pejabat yang tengah melakukan pertemuan dengan sang rajakumari, mungkin kini telah kosong melompong. Cuaca bersahabat, burung-burung berkicauan dan tak terlihat awan mendung di delapan penjuru mata angin. Di saat itulah Kusumawardhani kabur lewat jendela ruangannya dan berjalan mengendap-endap.
Ia telah mengelabuhi Tustika sesaat yang lalu, mengutusnya untuk mengambil busana baru berwarna biru untuk ia kenakan esok hari ke penyedia pakaian di keraton. Dayangnya itu takkan cepat kembali, sebab Kusumawardhani memang memerintahkannya secara mendadak, tentu pihak pembatik keraton belum siap. Belum lagi, sang rajakumari meminta Tustika membawa Taraksa jika kesusahan membawa busana-busana baru, beserta perhiasannya. Taraksa adalah prajurit yang paling sigap dan memiliki mata kucing.
Kali ini Kusumawardhani benar-benar ingin pergi sendirian tanpa ada yang mengikuti. Ia akan pergi ke pasar sebentar, lalu pergi menuju Pura Tempuran. Di malam purnama ini, Bhre Kabalan hendak menunjukkan progresnya kepada Resi Makara.
Usahanya untuk bersembunyi dari dayang-dayang dan pengawalnya yang lain sukses. Ia bisa memerintah para penjaga gerbang untuk tidak membuka mulut tentang kepergiannya. Para penjaga gerbang tentu akan takut dengan kuasanya dan langsung tunduk kepada sang rajakumari, berbeda dengan Tustika dan Taraksa yang bebal dan lebih menakuti hukuman Maharaja Hayam Wuruk jika saja terjadi apa-apa kepada putri sulungnya yang jauh dari rumah.
Perempuan muda dengan tubuh semampai yang dibalut busana merakyat itu bersorak dalam hati ketika telah sampai di balik tembok keraton. Mungkin ini adalah kali pertamanya bisa benar-benar bebas dari pengamatan Taraksa yang ke mana-mana selalu mengekor dari belakang atau kejauhan. Ia tak heran dan baru-baru ini menemukan fakta bahwa prajurit bhayangkara terbaik asuhan Laksamana Nala itu dipilih langsung oleh sang ayahanda untuk melindunginya atas perintah Wikramawardhana.
Ia tak sengaja mencuri dengar perbincangan Tustika ketika dayangnya itu tengah berkongkalikong dengan Taraksa untuk menjaga sang rajakumari dari kejauhan saja setiap Bhre Kabalan keluar keraton, lalu sang pengawal menyatakan setuju asalkan Bhre Mataram masih bisa mendapat setiap berita mengenai kegiatan tunangannya. Sejak mengetahui fakta itu, jujur saja Kusumawardhani ingin menghindari Taraksa karena tak ingin setiap gerak-geriknya dilaporkan kepada sang sepupu. Wikramawardhana merupakan calon suami yang siaga, tetapi sekali lagi Kusumawardhani tak merasa terharu.
Mengenyahkan pikirannya mengenai sang tunangan, sang rajakumari melangkahkan kakinya dengan sedikit riang karena bisa merasakan kebebasan setelah sekian lama tak mendapatkannya. Untuk mencapai pasar, ia masih perlu menyusuri dinding keraton yang panjang. Namun, senyumannya luntur ketika tak sengaja bertemu dengan Nakula yang keluar dari keraton melalui sisi gerbang yang lain. Mata mereka bertemu. Kusumawardhani yang terkejut, mencoba tetap tenang. Ia tak bisa kabur, sebab netra sang rakryan kanuruhan sama sekali tak berpaling darinya dengan ekspresi yang amat sangat terkejut.
"Paduka Rajakumari?" Terdengar pertanyaan itu dari mulut Nakula yang sepertinya sama sekali tak mengharapkan bertemu dengan Bhre Kabalan di luar keraton. Irisnya menyusuri tubuh Kusumawardhani, amat terkejut mendapati sang putri mahkota memakai pakaian sederhana dan menanggalkan perhiasan emas, serta mahkota kebanggaannya. Menyadari tindakannya tidak sopan, lelaki itu buru-buru menjatuhkan pandangan ke tanah. Sang rakryan menelan ludah dengan susah payah. Dengan penampilan sesederhana itu, nyatanya kecantikan Kusumawardhani masih menyilau mata dan mampu membuatnya gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajakumari
Historical Fiction[Cakrawala Mandala Series #4] Hayam Wuruk tak rela melepas putri kesayangannya untuk memerintah di Kabalan, mengurung sang putri mahkota selama tujuh belas tahun lamanya di dalam Keraton Trowulan. Setelah diberikan kebebasan, Kusumawardhani ingin me...