15 | Datang Tak Diundang

464 109 2
                                    

BAB 15
DATANG TAK DIUNDANG



***




Kabalan, 1378 Masehi

"Bhre Mataram datang ke Kabalan! Bhre Mataram datang ke Kabalan!"

Teriakan itu menggema ke seluruh pelosok nagari Kabalan. Seorang rakyat melihat kereta kencana Wikramawardhana yang melintasi perbatasan Tumapel dan Kabalan beberapa waktu yang lalu. Secepat kepakan sayap burung elang yang tengah mengintai mangsanya, kabar tersebut sampai di telinga Kusumawardhani tepat sebelum tunangannya memasuki gerbang Keraton Kabalan yang sering dijadikan tempat tinggal impian oleh masyarakat dan kawula alit.

Para rakyat bersorak kegirangan, mengira pernikahan agung pewaris takhta akan segera terlaksana. Dan memang, itulah salah satu tujuan Wikramawardhana. Tak mungkin Kusumawardhani mengabaikan seruan hati rakyat-rakyatnya yang menginginkan pernikahan kerajaan terlaksana setelah dua puluh satu tahun lamanya semenjak pernikahan Sri Rajasanagara dan Sri Sudewi.

Sang rajakumari yang tengah melakukan pertemuan dengan para rakryan di pendopo keraton, benar-benar terkejut. Ia tak menyangka bahwa sepupunya itu akan datang tanpa pemberitahuan. Dan lagi, ia masih mengingat bahwa Wikramawardhana baru akan berkunjung ke Kabalan jika mendapatkan undangan darinya. Ucapan sesepele itu saja dilupakan, Kusumawardhani tak bisa menghargai Bhre Mataram jika begitu. Wikramawardhana di matanya berubah menjadi seorang pemuda yang tak mampu memegang teguh ucapannya sendiri.

Kusumawardhani tak bisa mempersiapkan apa-apa untuk menyambut kedatangan calon suaminya yang tak diharapkan itu. Bahkan ia hanya sempat bangkit sebelum berlari ke gerbang keraton. Pergerakannya terlambat, sebab Wikramawardhana dan rombongannya tengah memasuki pekarangan pendopo dengan senyum yang tak lagi bisa ditahan. Rasanya baru satu hingga dua bulan saja mereka tak berjumpa, tetapi rasanya seperti ia telah menua. Para rakryan sontak bangkit dan menghaturkan sembah sungkem kepada Bhre Mataram yang ketangguhan, ketampanan, dan kepiawaiannya dalam dunia perpolitikan sudah tidak diragukan lagi kehebatannya.

Mata dan sudut bibir Nakula berkedut. Ini adalah kali pertama dirinya berjumpa dengan saingannya dalam memperebutkan hati Kusumawardhani. Namun, sedari dulu, ia memang tahu bahwa kekalahan adalah takdirnya. Andai saja ia dilahirkan sebagai seorang pangeran atau minimal lelaki dalam Wangsa Rajasa, pasti ialah yang akan memenangkan pertarungan sengit itu. Ia merasa tersudutkan dengan keinferioran Bhre Mataram. Baru saja beberapa hari yang lalu dirinya bisa dekat dan mengetahui sisi lain Bhre Kabalan. Rupanya, Sang Hyang Widhi memang tak ingin membiarkan pemuda itu terlalu larut dan merasa bahagia dalam kisah cinta yang tak mungkin terjadi. Mungkin. Mungkin saja terjadi, jika Wikramawardhana mangkat terlebih dahulu sebelum keduanya sempat menikah dan memiliki keturunan. Ingin sekali Nakula menggunakan cara licik untuk memenangkan duel tersebut. Namun, ia tak ingin kejahatannya terungkap. Karena jika itu terjadi, tak mungkin Maharaja Hayam Wuruk memberi restu kepada cintanya terhadap sang rajakumari.

"Kangmas!" panggil Kusumawardhani kecil.

Ada kegeraman yang tersembunyi di hatinya, menilai Wikramawardhana tidak sabaran dan terlalu terburu-buru. Apa lelaki itu melupakan seluruh percakapan mereka di malam peringatan pernikahan Gauri dan Hayam Wuruk, di mana Kusumawardhani membicarakan bahwa ia baru memiliki muka untuk mengundang Wikramawardhana ke Kabalan jika sudah berhasil menata nagari tersebut menjadi lebih baik? Oh baiklah. Kusumawardhani harus mengingat bahwa ia sendiri yang meminta agar keduanya menganggap pertemuan malam itu tak pernah terjadi.

RajakumariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang