7 | Impian yang Konyol

693 139 9
                                    

BAB 7
IMPIAN YANG KONYOL



***



Kabalan, 1376 Masehi

Sang rajakumari tak bisa menahan dirinya untuk tidak ikut melenggokkan tubuhnya sesuai dengan irama gamelan dan musik yang ditembangkan oleh sinden. Menari adalah hidupnya, sejak kecil sudah ditanamkan jiwa-jiwa seniman seperti itu oleh Hayam Wuruk dalam sukma putra dan putrinya. Meskipun Kusumawardhani juga pintar menembang, tetap saja keahlian utamanya terletak pada gerakan tubuhnya.

Para rakyat yang berada di pasar merasa terhibur, gadis-gadis muda lainnya tak malu untuk bergabung dengan rombongan seniman itu.

Kepingan gobog memenuhi wadah kayu, semua mengapresiasi mereka dengan memberi bayaran lebih.

Setelah itu, Kusumawardhani dan Tustika menghabiskan waktu hingga siang hari di pasar untuk mengulik berita-berita hangat dari mulut masyarakat dan membaur dengan mereka. Beberapa dari mereka membicarakan hewan ternak yang beberapa kali dicuri oleh orang di luar wilayah Kabalan, tetapi pelakunya berhasil ditangkap dan diberi hukuman yang setimpal setelah Rakryan Nakula merancang strategi agar para warga mengepung pencuri tersebut.

Ada pula yang mengkhawatirkan lahan pertaniannya yang dipenuhi hama, untung saja tidak sampai terjadi gagal panen. Sementara itu, yang lain membicarakan permasalahan rumah tangga mereka. Tidak ada yang janggal, Kusumawardhani benar-benar merasa jika Kabalan adalah tempat yang relatif tenteram dan jarang ditimpa masalah serius.

Ketika ditanya siapakah dayang muda yang mewawancarai mereka itu, Kusumawardhani selalu meminjam nama Tustika karena tidak mungkin menyebutkan miliknya sendiri. Dalam sekejap mata, Kusumawardhani sudah akrab dengan rakyatnya sendiri. Hal itu membuat Tustika tak berhenti terkagum. Ternyata begitulah kepribadian Kusumawardhani jika menyelinap keluar keraton dan sedang dalam mode penyamaran.

Sang rajakumari memiliki caranya sendiri untuk mendekatkan diri dengan masyarakat di bawah pimpinannya. Serta, Tustika kagum dengan dualitas Kusumawardhani yang membuatnya seperti orang berbeda. Anggun dan tegas ketika berada dalam lingkup keraton, juga banyak bicara ketika berada bersama dengan rakyatnya.

Siang harinya, setelah berjalan menyusuri tepi Sungai Amprong selama hampir satu jam, Kusumawardhani tiba di tempat yang ia maksud. Selama perjalanan, keduanya mencoba parfum yang baru dibeli oleh Kusumawardhani. Tustika tidak begitu menyukai aromanya, menolak ketika sang rajakumari hendak mengoleskannya di pakaian sang dayang kesayangan.

Alhasil, Kusumawardhani mengenakannya sendiri. Air Amprong surut karena musim kemarau sudah melanda selama beberapa waktu. Dewa yang sedari tadi mengikuti Kusumawardhani dari dekat pun memutuskan untuk duduk di sebuah batu besar di sungai tersebut. Ada beberapa lelembut lain di tempat itu, tak hanya dirinya yang merupakan sosok bangsawan.

Kini Dewa tahu kenapa para rakryan menolak ide Kusumawardhani untuk membendung sungai bagian ini. Ada sebuah alasan yang tidak bisa dikatakan oleh mereka, takut bencana akan datang jika mengusik wilayah ini. Dan, sayangnya Kusumawardhani masih belum mengetahui hal tersebut. Kemampuan spiritualnya masih belum bisa menembus dunia lain untuk bercengkerama dengan penunggu Sungai Amprong dan menjalin kerja sama.

Dewa melihat dua insan itu tengah memandang hingga kejauhan, mencoba mencari ujung dari Sungai Amprong yang tak terlihat. Mencoba menghalau silaunya sinar mentari, Kusumawardhani menjadikan tangan kanannya sebagai penutup mata. Kaki jenjangnya perlahan menuruni tanah dan menghampiri air sungai yang tingginya tidak sampai selutut dalam musim kemarau seperti ini.

RajakumariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang