25 | Rencana Penghancuran

363 87 2
                                    

BAB 25
RENCANA PENGHANCURAN



***



Kabalan, 1379 Masehi

Wikramawardhana mendatangi Kabalan. Kali ini tanpa arak-arakan megah dan menaiki kereta kencana, melainkan menunggangi seeekor kuda tangguh yang juga mengantarnya ke Trowulan beberapa waktu yang lalu. Bhre Mataram memasuki Kabalan tanpa mengenakan mahkota kebesaran yang sengaja ditinggal di keratonnya. Penguasa yang menyamar menjadi rakyat biasa itu menyewa salah satu rumah warga yang tak dihuni sebagai tempat tinggal sementaranya. Tak ada seorang pun di Kabalan yang tahu jika Bhra Hyang Wisesa Aji Wikrama tengah mengunjungi nagari tempat tunangannya memerintah. Taraksa yang merupakan mata-matanya di Kabalan saja tidak diberi tahu. Segala sesuatu mengenai kedatangannya ke Kabalan sengaja dirahasiakan. Ia ingin melihat dengan mata kepala sendiri, sosok lelaki bernama Dananjaya yang katanya sudah lancang menjadikan calon istri Bhre Mataram sebagai kekasihnya.

Setelah melihat sekeliling, Wikramawardhana akhirnya menemukan kediaman Dananjaya. Pemuda itu sempat mengintip di pagi hari tadi ketika seorang lelaki menyeret Dananjaya pergi. Bhre Mataram dan satu-satunya pengawal yang mendampinginya pun membuntuti mereka, mencuri dengar pembicaraan kedua insan yang menurut Wikramawardhana sangat menarik.

Jadi, Dananjaya tidak tahu identitas asli dari Pusparasmi. Kusumawardhani menyembunyikan jati dirinya dari pengrajin emas malang yang hidupnya akan dihancurkan oleh Bhre Mataram tak lama lagi. Dan Wikramawardhana tebak, teman lelaki itu yang bernama Gandhi telah mengetahui hal yang selama ini dirahasiakan dari Dananjaya. Meski Wikramawardhana tak tahu apakah tunangannya hanya menjadikan Dananjaya sebagai mainan atau tidak, Bhre Mataram tak ingin Kusumawardhani berdekatan dengan lelaki lain. Sudah cukup lelah ia menanti terbukanya hati sang rajakumari, tak mau kecolongan jika sampai Kusumawardhani jatuh cinta betulan kepada Dananjaya.

Selepas keduanya membicarakan sesuatu yang penting itu, Dananjaya dan Gandhi kembali ke kediamannya masing-masing tanpa suara. Diam-diam, Wikramawardhana menampilkan sebuah senyum sinis di wajahnya. Ia telah merancang sesuatu yang bisa membuat Dananjaya sadar diri akan posisinya tanpa harus menghukum lelaki itu di depan para penduduk Kabalan, sehingga nama Kusumawardhani akan tetap bersih dan Wikramawardhana tak perlu repot memfitnah Dananjaya dengan kabar buruk yang kejam. Sebenarnya, bisa saja Wikramawardhana melakukan hal tersebut. Akan tetapi, pemuda itu tak ingin jika Kusumawardhani semakin membencinya karena menuturkan sebuah kebohongan besar di depan rakyat-rakyatnya sebagai calon pangeran pendamping rajaputri yang kelak bertakhta setelah Sri Rajasanagara mangkat.

"Mari kita kembali. Kita akan mengunjungi mereka selepas matahari naik sepertiga di langit," ajak Wikramawardhana kepada bawahan setianya yang selalu mengekor ke mana pun Bhre Mataram pergi, kecuali jika Wikramawardhana sendiri yang memerintahkannya untuk diam di tempat dan tidak mengikuti kepergian tunangan sang rajakumari.

Dengan patuh, bawahan Wikramawardhana mengangguk. Kedua pemuda gagah itu meninggalkan pinggiran hutan yang merupakan saksi bisu pertengkaran Dananjaya dan Gandhi atas Pusparasmi. Dari percakapan mereka berdua, akhirnya Wikramawardhana tahu identitas lain yang selama ini disembunyikan oleh kekasih hatinya. Sepanjang perjalanan kembali ke kediaman sementaranya, Wikramawardhana tiada henti tersenyum. Lelaki itu pun berbicara pada dirinya sendiri, tak mengacuhkan keberadaan kaki tangan kepercayaannya yang bisa mendengar segala ucapan Bhre Mataram.

"Pusparasmi, ya? Rupa-rupanya Adinda Kusumawardhani amat mengagumi Eyangnda Gayatri, sehingga memakai Pusparasmi yang merupakan panggilan lain sang rajapatni sebagai nama samarannya. Aku akan mendukung gadisku untuk menjadi pembesar hebat yang mengharumkan nama Majapahit sepenuhnya seperti Eyangnda Gayatri atau Eyangnda Tribhuwana. Akan kujadikan ia sebagai rajaputri terbaik yang pernah menduduki takhta di seantero Jawadwipa." Meski kesal, nyatanya Wikramawardhana menemukan sesuatu mengenai Kusumawardhani dari mulut Dananjaya. Belum lagi ia mendapati sebuah kabar menarik, mengenai ibu dari Nakula yang katanya sangat ingin berjumpa dengan sang rajakumari. Kecurigaan Wikramawardhana terbukti benar. Ibu dari Nakula pasti tahu jika putranya menyimpan rasa kepada Bhre Kabalan dan berharap mereka bisa bersatu, sekalipun Kusumawardhani sudah bertunangan dengan Bhre Mataram.

RajakumariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang