38. at the end

3.5K 273 35
                                    

Pagi itu Renjun bangun saat mendengar suara Jeno dan Jaemin yang terdengar berdebat, entah apa yang menjadi alasan keduanya seperti itu. Renjun pun tak bisa mendengar jelas, karena kedua dominan itu sepertinya tengah berada di dapur mengingat suara mereka agak jauh dari kamar.

Renjun segera mandi untuk bisa menghampiri kedua dominannya itu, guna tau apa permasalahannya. Saat ia keluar dari kamar, ia berpapasan dengan Jaemin yang malah mendorongnya masuk lagi ke kamar. "Ganti pakaianmu, ya?" Renjun mengerutkan dahinya mendengar itu, apa yang salah dengan kaos dan celana rumahannya? Toh ia tak akan pergi keluar hari ini. Ah, atau Jaemin memang mau mengajaknya berpiknik seperti permintaan Renjun semalam ya?! Renjun tersenyum seketika memikirkan hal itu.

"Setelah ini kita sarapan." Kata Jaemin sambil memberikan kemeja putih dan celana kain padanya.

"Kita akan kemana Jaemin?" Pakaian yang Jaemin berikan padanya terlalu formal untuk acara piknik, dan Renjun pun baru menyadari kalau Jaemin pun memakai setelan formal. Bukankah hari ini bukan jadwal Jaemin ke kantor? Atau mereka sebenarnya hendak menghadiri suatu acara?!

"Ke suatu tempat." Jawab Jaemin singkat, kemudian setelah Renjun selesai mengganti pakaiannya Jaemin segera menariknya menuju ruang makan.

Dan dugaan Renjun semakin kuat soal mereka yang hendak pergi ke suatu acara, begitu melihat Jeno pun sudah rapih dengan setelan formalnya.

"Jeno, sebenarnya kita akan pergi kemana?" Meskipun ia hendak pergi dengan dua dominannya, tapi entah kenapa kali ini ia agak khawatir.

Sepertinya Jeno menangkap gurat khawatir di wajah Renjun, kemudian ia menaikkan dagu Renjun untuk ia beri kecupan pada bibir kemerahan itu. "Renjun, kau percaya padaku bukan?" Tanyanya setelah acara kecupan itu selesai.

Renjun mengangguk, sambil melirik Jaemin yang juga menatapnya. "Nah, kalau begitu sekarang cepat sarapan." Ujar Jaemin.

Yang membuat perasaan Renjun agak resah adalah baik Jeno ataupun Jaemin, tak ada satupun yang menjawab pertanyaannya soal kemana tempat tujuan mereka sebenarnya. Bahkan saat ketiganya sudah dalam perjalanan sekalipun, kedua dominan itu tetap merahasiakan tujuan mereka.

Hingga saat mobil Jeno berhenti tepat di depan sebuah gedung dengan beberapa hiasan khas acara Pengikatan janji Renjun langsung lemas seketika. Kenapa kedua orang ini malah membawanya pada acara macam ini?! Dulu saja saat acara pernikahan Xiaojun. Renjun tak bisa berlama-lama berada disana, dikarenakan tubuhnya merespon cepat hal-hal yang berhubungan dengan masa lalunya.

"Kenapa membawaku kemari?" Renjun mencoba lepas dari Jeno yang memeluk pinggangnya erat, sambil membawanya memasuki gedung.

"Jaemin, pulang." Renjun menatap Jaemin yang berjalan di sisinya.

"Renjun, kau pernah mendengar kalau kau akan sembuh denganku dan Jeno. Dan sekarang, coba ganti segala ingatan burukmu dulu dengan ingatan baik."

Renjun tak mendengarkan ucapan Jaemin, yang ada di kepalanya kini adalah seberapa tega kedua dominan itu menyeretnya dengan paksa pada hal yang ia benci. Air matanya turun seketika, menyadari ia tak bisa apapun sekarang karena tubuhnya lemas semenjak menginjakkan kakinya di gedung ini.

Ia bahkan tak menyadari saat Jeno membawanya pada ruangan lain di dalam gedung itu.

"Jangan menangis." Jaemin menghapus air mata yang membasahi pipinya, sementara Renjun kini memejamkan matanya mulai ketakutan akan kemungkinan yang akan terjadi setelah ini.

"Kak Xiao!" Isakan Renjun makin keras, membuat Jaemin kewalahan dengan itu. Ia sebenarnya tak tega juga melihat keadaan Renjun.

"Renjun, hey." Suara dari orang yang baru saja Renjun panggil, membuatnya membuka matanya seketika.

at the end ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang