"Apa apaan, aku akan menemui Renjun semauku." Jaemin jelas tak terima saat Jeno melarangnya bertemu Renjun.
Jeno menatap Jaemin dengan sinis. "Lakukan semaumu, dan aku juga akan berbuat semauku padamu."
Laki-laki bermarga Lee itu begitu kesal pada Jaemin, hingga lupa kalau ia juga jadi salah satu alasan sedihnya Renjun beberapa waktu sebelumnya. Dan mungkin jika dulu Jeno tak lebih dulu memutus hubungan dengan Renjun, keadaan macam ini tak akan ada.
Suara langkah cepat seseorang membuat Jeno melirik ke belakang punggung Jaemin, dan menemukan Jisung yang langsung berdecak begitu menyadari wajah dari dua laki-laki yang selalu memperebutkan Renjun ini kini terdapat beberapa luka kecil.
"Kak, ini rumah sakit yang benar saja." Jisung yakin, kedua orang itu tak dalam hubungan baik dilihat dari sorot mata keduanya yang tak bersahabat sama sekali.
"Bagaimana Kak Renjun?" Jisung berdiri di samping Jaemin.
"Aku bahkan belum melihatnya." Jawab Jaemin jujur, ia tadi hanya sekilas melihat sosok yang berbaring di ranjang. Tak sempat menilik wajah manis yang selalu membuatnya terpesona itu, karena Jeno keburu menghajarnya.
"Tidak usah, bawa ia pergi dari sini Jisung." Ucapan Jeno ini jelas membuat Jaemin tak senang, ia hendak nekat memasuki ruangan Renjun.
Namun Jisung yang bisa merasakan tatapan Jeno begitu kentara penuh permusuhan pada Jaemin, Jisung pun segera menahan bahu Jaemin.
"Kak, lebih baik obati lukamu dulu." Jika Jisung membiarkan Jaemin berbuat sesukanya, ia yakin Jeno tak akan segan membuat satu luka baru di wajah Jaemin. Jisung tau betul bagaimana dua orang itu dalam mengolah emosi mereka.
Jaemin sempat menatap Jisung penuh ketidak setujuan, namun ia sadar bahwa ia bahkan masih dalam kondisi lelah setelah melewati penerbangan dan begitu sampai ia mendapat kabar mengerikan soal Renjun. Lalu mendapat sambutan tak biasa dari Jeno pula, Jaemin akhirnya menuruti paksaan secara tak langsung dari Jisung untuk pulang saja. Memang Jisung tak mengatakan itu, tapi ia bisa mengerti hanya dengan merasakan cengkraman Jisung di bahunya.
Sementara Jeno kini kembali memasuki ruangan Renjun dengan napas yang coba ia atur, setelah tadi menyampaikan kekesalannya pada Jaemin.
"Aku yakin kau dan Jaemin hanya bertengjar seperti barusan karena Renjun saja." Dokter Park tau bagaimana baiknya pertemanan Jeno dan Jaemin sejak dulu, dan ia tau kedua orang itu tak permah terlibat pertengkaran keras seperti barusan. Kecuali itu berhubungan dengan Renjun.
Jeno bergumam sebagai jawaban.
"Lebih baik kalian temani Renjun untuk kembali sembuh dulu, turunkan sedikit egoisme kalian." Dokter Park tau tau soal keinginan kedua orang itu yang sama-sama menginginkan seluruh perhatian Renjun untuk sendiri-sendiri, tanpa mau berbagi. Ia bisa tau itu, hanya dengan melihat bagaimana setiap perseteruan kedua dominan dari Renjun tersebut.
Mendengar itu, Jeno tak menanggapinya. Lagi pula, ia dalam keadaan masih emosi. Akan kecil kemungkinan anak itu mendengarkan ucapan dokter Park barusan. Jeno bahkan tak menoleh pada dokter tersebut, dan hanya menatap lekat wajah Renjun.
"Kau sudah menghubungi Xiaojun?" Tanya dokter Park setelah beberapa saat.
Jeno baru ingat, ia belum memberitahukan keadaan Renjun pada kakaknya. Tapi mengingat Renjun pernah memintanya bungkam mengenai kondisinya pada Xiaojun, Jeno pilih tak akan bicara dulu untuk saat ini. Lagi pula ia akan pastikan Renjun pulih dulu, karena ia diberi kepercayaan pula oleh kedua kakak Renjun sebelum mereka pergi.
"Belum, nanti akan aku hubungi." Jawab Jeno.
Dokter Park mengangguk, kemudian. "Kau bilang tadi kalau kalian bertiga sudah tidak memiliki hubungan lagi, tapi barusan aku justru melihat kalian masih saja memperebutkan Renjun selayaknya kalian masih kekasihnya." Dokter tersebut menunjuk sosok Renjun yang masih memejamkan matanya.
Jeno terdiam mendengar itu. Iya memang dirinya bukan kekasih Renjun lagi, tapi kekhawatiran dan perasaannya masih sama seperti saat ia masih kekasih Renjun.
"Renjun tinggallah sampai kau pulih." Jeno mencoba menahan Renjun yang kukuh ingin pulang setelah satu malam dirawat disini.
"Aku sudah sembuh, Jeno. Jadi aku akan pulang."
Dokter Park yang ada disana memberi isyarat berupa anggukan kecil, mengizinkan Renjun pulang karena anak itu bersikukuh untuk pulang.
Saat Renjun izin ke kamar mandi, Dokter Park mendekat pada Jeno. "Bisa, jangan tinggalkan dulu ia sendirian di rumah? Kau tau, ia banyak melakukan hal membahayakan saat ditinggal sendirian disaat ia baru pulih lagi."
Itu yang dokter Park pesankan pada Jeno, karena ia sedikitnya tau kebiasaan Renjun setelah melewati hal-hal yang membuatnya ketakutan. Dengan Renjun yang berpura-pura baik-baik saja seperti sekarang, seolah kemarin tak ada hal mengerikan yang dilewati anak itu.
Begitu Renjun telah siap, Jeno berjalan disamping Renjun yang dari tadi hanya diam. Submisif itu teringat bagaimana Jeno sempat nyaris menyentuhnya seperti dulu. Dan Renjun tak bisa seperti dulu dalam menerima sentuhan, ia takut Jeno memiliki pikiran seperti Jaemin juga.
Renjun tertegun begitu ia sampai lobby rumah sakit, ia melihat Jaemin yang terlihat berjalan dari arah berlawanan. Secepat itu senyum lebarnya terulas begitu melihat Jaemin menatapnya, ia tak mau memperlihatkan rapuhnya. Dan malah berujung Jaemin mengasihani dirinya.
"Renjun—" Panggilan Jaemin terpotong, karena seruan Jeno yang sepertinya memang sengaja dikeraskan.
"Pulang dan istirahat dengan benar, itu yang dokter katakan padaku sebagai syarat kau boleh pulang." Jeno menuntun langkah Renjun agar segera keluar dari bangunan itu, dan menghindari Jaemin juga.
Begitu keduanya memasuki mobil Jeno, Renjun langsung menoleh pada Jeno. "Jangan katakan pada kak Xiao, lagi pula aku baik-baik saja."
Kan? Renjun tetap tak mau memberitahukan hal-hal macam ini pada kakaknya sendiri. Jeno bisa saja mengabulkan permintaan Renjun tersebut, tapi ia tak bisa tenang jika mengingat bagaimana histerisnya Renjun kemarin dan baik-baik sajanya anak itu saat ini.
Ini terlalu biasa-biasa saja untuk seseorang yang baru melewati peristiwa yang mengungkit traumanya.
Nanti, Jeno akan berbicara dengan kakak ipar Renjun lebih dulu.
"Iya." Jawab Jeno, toh ia memang tak berniat membicarakannya pada Xiaojun. Ia hanya akan berbicara pada Zia.
"Renjun, maaf karena tak bisa menolongmu dari ketakutanmu itu." Ujar Jeno penuh sesal, ia benar-benar merasa bersalah karena tak bisa melakukan apapun untuk menolong si mungil cantik itu.
"Maaf juga sempat menyentuhmu saat itu, ternyata sudah tak bisa lagi ya?" Pertanyaan Jeno hanya terucap dengan pelan, menyampaikan kekecewaannya pada diri sendiri karena tak bisa punya cara mengalihkan Renjun dari traumanya barang sekejap saja.
Dan juga Jeno merutuki dirinya sendiri karena saat itu begitu lancang hendak mencumbu Renjun, disaat diantara mereka tak ada hubungan jelas. Ia saat itu hanya mengikuti apa yang sempat ia perbuat pada Renjun dulu untuk sedikitnya mengalihkan ketakutan anak itu. Dan ternyata memang sekarang tak lagi sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
at the end ✔
Fiksi PenggemarNORENMIN JENO - RENJUN - JAEMIN [noren-jaemren] SEQUEL 'a lot like love' ⚠️⚠️⚠️ bxb mature