22. Their talk

2.5K 323 7
                                    


"Kak, aku tidak ikut!" Ini adalah kalimat yang entah keberapa kali Renjun ucapkan dalam satu hari.

Xiaojun dan Zia begitu bersikeras meminta Renjun ikut dalam liburan esok hari, liburan mereka memang dipercepat. Sementara Renjun pun tetap pada kemauannya sendiri yang tak mau mengganggu acara pasangan itu.

"Zia, liburannya kita batalkan saja."

"Iya, dari pada meninggalkan Renjun disini." Zia berujar tak keberatan.

Dan Renjun terbelalak mendengar ucapan kedua kakaknya itu. "Kenapa seperti itu?" Renjun mengerang frustasi. "Jangan membatalkan acara kalian karenaku."

Zia hanya melirik Renjun, pun Xiaojun yang tak meladeni ucapan Renjun.

"Aku benar-benar tak akan melakukan hal aneh, kak. Kalau kau takut aku mengiris lenganku lagi, kau bisa menyembunyikan semua benda tajam yang ada di rumah sebelum kau pergi." Ujar Renjun setelah mengingat-ingat alasan kedua orang itu begitu takut meninggalkannya sendirian.

Xiaojun menoleh pada sang adik. "Bukan hanya tentang itu, Renjun."

"Lalu apa? Katakan, dan aku akan yakinkan kalian kalau aku akan baik-baik saja kalian tinggal. Aku bisa meminta Beomgyu dan Soobin untuk menemaniku."

Mendengar hal itu, Xiaojun justru seolah diingatkan bahwa ada orang yang akan senang dititipi adiknya. Dan Xiaojun pun percaya juga apada orang ini.

"Aku akan meminta Jeno kemari."

"Kak!" Renjun memekik begitu mendengar ucapan Xiaojun.

Hubungannya dan Jeno sekarang tidaklah buruk, setelah percakapan mereka kala itu. Renjun memang tak memberikan jawaban pasti, tapi Jeno kembali menunjukkan keinginannya untuk bersama Renjun lagi. Bahkan, dominan itu kembali sering memberinya karangan bunga daisy yang sempat ia benci karena menjadikan Jaemin salah paham akan kesukaannya pada bunga itu.

Meski begitu, ia dan Jeno juga tak dalam hubungan yang sama seperti dulu. Jadi begitu mendengar kakaknya barusan hendak meminta Jeno kemari untuk menemaninya, Renjun agak takut. Takut kalau ia malah kembali bergantung pada Jeno, sementara ia sudah menolak segala perasaan ingin bergantungnya ia pada seseorang.

"Kenapa jadi memanggil Jeno? Lagi pula disini ada bibi dan paman Im juga, kak. Aku tak sendirian." Renjun bisa melihat kakaknya meraih ponsel dan mulai menghubungi Jeno.

"Jeno, kau di rumahmu?" Xiaojun tak mengubris Renjun yang sudah duduk cemberut ditempatnya.

📞 "Ya."

"Apa besok kau-jangan besok. Sekarang kau bisa kemari?"

"Kenapa dari sekarang? Ini sudah malam kak." Wajah penuh protes dari Renjun tetap tak membuat Xiaojun berubah pikiran.

Zia mengusap lengan Renjun. "Kita berangkat pagi-pagi besok, mungkin tak memiliki waktu untuk menitipkanmu pada Jeno, jadi lebih baik dari sekarang kita bertemu Jeno."

"Ya Tuhan, kak. Kalian benar-benar berlebihan terhadapku." Renjun menghembuskan napasnya.

Sementara Xiaojun yang telah selesai menghubungi Jeno, kini menatap Renjun. "Jeno akan kemari."

"Kak." Renjun tak tau ia harus bereaksi seperti apa, senang karena ia bisa melihat Jeno didekatnya lagi, atau justru sedih karena ia tak bisa melupakan bagaimana sakitnya ia ketika Jeno pergi darinya.

Jeno datang ke kediaman Huang itu agak telat karena memang ia tadi baru pulang dari kantor saat Xiaojun menghubunginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jeno datang ke kediaman Huang itu agak telat karena memang ia tadi baru pulang dari kantor saat Xiaojun menghubunginya. Ia harus membersihkan diri terlebih dahulu.

"Renjun sudah di kamarnya, sepertinya sudah tidur juga." Kata Xiaojun begitu melihat Jeno yang mengedarkan pandangannya begitu memasuki rumah.

"Ah, iya." Jeno tersenyum tipis saat kakak dari Renjun menyadari gelagatnya.

"Duduklah, aku perlu berbicara beberapa hal denganmu."

Jeno pun duduk tak jauh dari Xiaojun, mereka hanya berdua. Sepertinya kakak ipar Renjun pun telah terlelap. "Aku dan Zia sudah merencanakan liburan ini sejak lama, akan sangat keterlaluan kalau aku membatalkannya. Mengingat kami juga jarang ada waktu luang bersama."

"Sebelumnya kami tak ada rencana pergi dengan Renjun, tapi setelah melihat keadaannya baru-baru ini. Aku dan Zia tak akan membiarkannya sendirian disini, tapi Renjun menolak ikut. Jadi aku tak akan memaksa Renjun ikut, tapi aku meminta kau menemaninya disini. Tolong jaga ia selagi aku tak ada."

"Iya, kak." Jeno mengangguk paham, ia jelas senang mendengar permintaan Xiaojun ini. Ia bisa lebih leluasa mendekati Renjun lagi, dan ternyata Xiaojun masih menaruh kepercayaan padanya bahkan setelah tau hubungannya dan Renjun telah berakhir.

Ada jeda beberapa saat setelah itu, Xiaojun menatap Jeno kemudian. "Jeno, kau tau seberapa besar aku mempercayakan Renjun padamu dan Jaemin kan?" Tanyanya dengan sebelah halis terangkat.

Jeno merasakan napasnya tercekat mendengar nada bicara yang Xiaojun keluarkan, kentara sekali penuh protektif akan Renjun. Tak aneh, mengingat Xiaojun menyayangi adiknya itu sebegitunya. Jadi, Jeno pun sebenarnya sudah mempersiapkan diri bahkan semenjak kedatangannya tempo hari. Ia sudah berpikir, bahwa mungkin ia akan diusir dan dimaki-maki oleh Xiaojun setelah tau ia meninggalkan Renjun sebelumnya.

Namun ternyata, tak ada hal seperti itu. Xiaojun masih sama saat bertemu dengannya, tak terlihat marah. Tapi ada pandangan penuh selidik setiap menatapnya, mungkin Xiaojun takut jika ia akan kembali melukai Renjun.

"Aku bahkan nyaris tak percaya ketika mengetahui kalian berani meninggalkan Renjun yang mempercayai kalian sebesar itu." Xiaojun bahkan tau bagaimana Renjun yang terbilang bisa sembuh itu atas bantuan dua dominan itu juga. Dan sejak dulu, mereka yang menemani Renjun pula selama ia koma.

Jeno mengatupkan bibirnya, mendengar itu.

"Tapi Zia mengingatkanku kalau hubungan kalian memang hubungan rumit yang aku tak akan tau konflik yang kalian lewati seperti apa." Suara Xiaojun tak sesinis tadi.

"Dan sekarang aku malah masih percaya padamu, bahkan setelah tau kau pernah menjadi alasan Renjun menangis berhari-hari."

Jeno kembali diserang perasaan bersalah mendengar cerita bahwa Renjun seterluka itu.

"Karena aku juga tau, Renjun belum menghilangkan rasa itu." Lanjut Xiaojun.

"Aku juga masih mencintai Renjun, kak. Bahkan saat aku memutus hubungan, aku tak menghilangkan rasa itu sedikitpun." Ungkap Jeno, saat itu ia hanya mulai muak dengan Jaemin yang begitu menyebalkan dan malah berdampak pada Renjun juga.

"Hanya saja, aku ingin egois atas Renjun. Aku menginginkan Renjun sendirian, tanpa harus ada Jaemin juga di dalamnya." Jeno menatap Xiaojun yang balik menatapnya.

"Dan Renjun tak bisa seperti itu bukan?!" Xiaojun begitu mengenal adiknya.

_________

Maaf karena aku malah makin sering ngilang, dan jarang update...

Aku usahain update part depan secepatnya..

at the end ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang