33. Confusion

2.4K 311 9
                                    

Jeno kini mulai lebih sadar bahwa memang semua yang terjadi pada hubungannya dan Renjun serta Jaemin itu bermula dari keegoisannya sendiri. Ia mulai menerima saat perasaan menyesal menggerogoti hatinya, ini balasan atas apa yang ia lakukan. Bahkan ia sekarang bertanya-tanya apa hanya sebuah penyesalan saja cukup sebagai perbandingan kesakitan Renjun saat itu hingga saat ini?! Renjun tak hanya merasakan sakit hati karena patah hati, seperti yang Zia katakan. Mental Renjun terguncang karena orang-orang yang anak itu jadikan sandaran malah pergi dengan keegoisannya, tanpa berpikir apa yang akan terjadi pada Renjun setelah sandarannya tak ada.

Memang keinginan Jeno untuk hanya memiliki Renjun sendirian saja begitu besar, namun hal itu harusnya hanya ia simpan sendirian. Seharusnya ia cukup bersyukur dengan bisanya memiliki Renjun, walau harus berbagi sekalipun. Renjun adalah apa yang ia mau.

Sekarang, ia mendapati bahwa saat ia mengutamakan keinginannya sendiri ia justru berakhir kehilangan.

"Kak, aku minta maaf untuk semuanya. Aku bersumpah tak akan membiarkan Renjun sendiri lagi, tak akan membiarkan ketakutannya muncul lagi." Jaemin menggenggam tangan Zia disertai raut penuh permohonan.

Sementara itu, Jeno hanya diam melihat apa yang Jaemin lakukan. Namun Zia bisa melihat itu, sebuah penyesalan tergambar jelas dari mata Jeno. Bahkan Zia bisa menebak kalau selepas ini, Jeno pun akan lebih banyak merenungkan hal ini.

"Aku tak akan berhenti atas Renjun." Kali ini Jeno berujar pasti.

Jaemin ikut mengangguk menyetujui ucapan Jeno, lalu kembali memohon pada Zia untuk memberitaukan dimana Renjun.

"Jaemin, disaat penyebab Renjun tertekan itu adalah kita. Kenapa kau masih ingin menemui Renjun? Biarkan ia sedikitnya merasa lebih baik."

Zia mengangkat sebelah halisnya mendengar ucapan Jeno, ia tersenyum samar begitu mendapati Jeno benar mulai sadar atas salahnya.

Sementara Jaemin pun langsung menoleh pada Jeno, kemudian perlahan melepas genggaman tangannya pada Zia juga berhenti merengek meminta diberitau keberadaan Renjun.

"Benar, kita harusnya membiarkan Renjun menjauh sebentar agar kita juga kembali sadar bahwa kita telah menyia-nyiakan apa yang semesta berikan." Ujar Jaemin.

Helaan napas Jaemin terdengar, ia benar-benar harus menghilangkan segala sifat gegabahnya dalam mengambil keputusan. Juga harusnya ia tak ikut-ikutan mengatakan agar submisif itu kembali padanya saja, tanpa adanya Jeno sebagai pasangan Renjun lagi. Seharusnya ia tetap seperti dulu, menerima dan mengabulkan apa yang Renjun inginkan selama submisif itu bahagia.

Zia menangkap bagaimana kedua dominan itu terlihat lebih lesu, dan— pasrah? Mungkin, dilihat dari raut keduanya.

"Kak, kalau boleh beritau kami tentang keadaan Renjun kedepannya." Ujar Jaemin sebelum pergi meninggalkan Zia yang juga menatap Jeno yang mulai beranjak pergi juga.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
at the end ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang