"Lee Jeno, sudah aku katakan untuk pergi kemarin-kemarin sebelum musim gugur datang. Anginnya benar-benar kacau, kau tau?!" Jaemin menggerutu saat Jeno barusan mengatakan mereka hendak pergi melihat-lihat rumah untuk ditempati mereka bertiga.
"Aku mau hari ini, tapi kalau Jaemin tidak bisa tidak apa-apa. Aku dengan Jeno saja berdua." Renjun tersenyum setelah mengenakan jaketnya.
Jaemin yang melihat itu, langsung mengernyit. "Kenapa tidak katakan dari tadi kalau ini maumu?" Dan setelah itu, Jaemin langsung bangkit dari duduknya dan berlari cepat memasuki kamarnya.
Tentu saja ia tak akan melewatkan pergi dengan Renjun, dan tadinya ia memprotes itu ia kira kalau rencana pergi hari ini adalah mau Jeno dan bukannya Renjun.
"Tunggu aku mengambil jaket dulu." Jaemin berteriak dari dalam kamar.
"Ayo pergi." Jaemin segera mengenakan sepatunya begitu melihat Renjun dan Jeno menunggunya di dekat pintu keluar.
Renjun segera meraih lengan Jaemin untuk ia gandeng sementara tangannya yang lain bertautan dengan Jeno. "Padahal kalau tidak mau pergi tidak usah dipaksakan." Kata Renjun.
"Aku tidak mau pergi karena anginnya pasti membuatmu kedinginan, kau lebih baik diam di rumah yang hangat."
"Bukankah bagusnya keluar saat musim gugur? Daun-daun yang berguguran cantik untuk dilihat." Seru Renjun sebelum berjalan mengikuti langkah Jeno yang membukakan pintu penumpang depan mobilnya.
"Hari ini aku mau didepan." Renjun mengecup pipi Jaemin, sebelum memasuki mobil.
Biasanya memang Renjun selalu duduk di belakang, agar tak ada kecemburuan dari salah satu dari dominannya mengenai dengan siapa ia duduk. Namun semakin kemari, lebih tepatnya setelah ketiganya menyadari kalau kadang kesalah pahaman dan keretakan dalam hubungan dipicu karena hal-hal kecil. Ketiganya jadi lebih sering saling mengalah dan mencoba mengerti saat ada salah satunya yang keras kepala.
Walaupun kadang tetap saja, Jeno dan Jaemin berdebat kecil tentang Renjun dan segala perhatian submisif itu. Tapi rasanya itu seperti masihlah sebuah hal yang wajar. Seperti saat ini.
"Curang, aku tidak dapat kecupan." Kata Jeno begitu memasuki mobil.
"Itu kan ganti ia duduk denganmu, sementara aku duduk sendiri." Jaemin tak mau dianggap curang seperti yang Jeno sebutkan barusan.
Jeno berdecak. "Ini hanya duduk, bahkan kita tidak bisa berdempetan. Kau berlebihan."
"Berlebihan apanya, kau juga sering meminta Renjun agar duduk denganmu. Kalau itu berlebihan kau tak akan seperti itu, dan akan baik-baik saja saat ia denganku." Jaemin membela diri.
"Dan aku ingatkan, Lee Jeno. Kau tak akan hanya sekedar duduk, tanganmu akan merayap kemana-mana saat dengan Renjun." Lanjutnya.
Renjun menghela napasnya. "Yasudah, nanti pulangnya Jaemin yang menyetir dan aku tetap duduk disini."
"Tidak bisa, ini mobilku. Aku yang akan menyetir." Jeno tak mau sampai Jaemin yang mengambil tempat duduknya ini nanti, ia ingin tetap duduk dengan Renjun.
Renjun menatap Jeno, kemudian mendekat pada dominan itu untuk memberi kecupan singkat di pipinya. "Jeno, kau dapat juga. Sekarang impas. Mengenai pulangnya kita pikirkan nanti."
"Satu kecupan lagi dan aku akan setuju pulangnya gantian dengan Jaemin untuk duduk denganmu." Jeno menahan lengan Renjun.
Mendengar itu, ia melirik Jaemin minta persetujuan. Dan Jaemin hanya mengedikkan bahunya, tanda itu tergantung Renjun sendiri.
Dan Jaemin tak tau bahwa mungkin beberapa detik ke depan ia akan menyesali responnya sendiri barusan.
Renjun pun mendekat lagi pada Jeno hendak mengecup pipi Jeno, namun secepat kilat Jeno menggerakkan wajahnya membuat Renjun jadi mencium bibir Jeno. Jeno tersenyum saat merasakan bibir Renjun, ia pun segera melumatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
at the end ✔
Fiksi PenggemarNORENMIN JENO - RENJUN - JAEMIN [noren-jaemren] SEQUEL 'a lot like love' ⚠️⚠️⚠️ bxb mature