17. Fragile

2.4K 338 28
                                    


Renjun langsung mencari kontak yang paling cepat ia lihat, berniat menghubunginya untuk meminta bantuan. Ia tak bisa terus-terusan seperti ini, ia benar-benar ketakutan. Beomgyu menjadi tujuannya sekarang, namun beberapa kali Renjun coba menghubungi Beomgyu, tak bisa. Renjun mulai mengerang frustasi, lupa kalau Beomgyu pasti sibuk dengan pekerjaannya. Tadi pagi saja ia berangkat begitu buru-buru, karena banyaknya pekerjaan anak itu.

Sementara sekarang ia tak bisa lebih lama lagi mencoba mencari pertolongan pada orang lain, karena Beomgyu tak kunjung menjawab panggilannya. Renjun melepas ponselnya, menangis sambil menutup telinganya. Lalu ia mulai berpikir dalam keadaan panik seperti ini, bagaimana caranya agar suara mengerikan dari langit itu berhenti terdengar oleh telinganya.

Dan matanya yang bergetar serta basah akan air mata segera terbuka, kemudian segera berlari mencari tempat yang tiba-tiba terlintas dibenaknya untuk dijadikan tempat yang bisa menghalau suara mengerikan itu.

Langkahnya ia seret menuju kamar mandi, menyalakan shower guna sedikit menyamarkan suara keras itu selagi ia menunggu bathup terisi penuh akan air. Renjun merintih sambil meremas pinggiran bathup dengan tangannya, air matanya mengalir menuruni pipinya sejak tadi.

Melihat bathup yang mulai terisi air, Renjun langsung memasukkan seluruh tubuhnya kesana tanpa pikir panjang. Ia menenggelamkan dirinya ke dalam air itu.

Disinilah ia tak bisa mendengar suara keras dan mengerikan itu.

Beomgyu melirik ponselnya yang menyala, kemudian ia mengerutkan dahinya begitu melihat kalau Renjun coba menelponnya beberapa kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beomgyu melirik ponselnya yang menyala, kemudian ia mengerutkan dahinya begitu melihat kalau Renjun coba menelponnya beberapa kali. Beomgyu diserang panik tiba-tiba, setelah mengingat keadaan Renjun semalam ia jadi mulai berpikiran kacau juga tentang Renjun. Ia takut.

Apalagi sekarang tengah hujan deras diikuti petir, walaupun agak heran jika sampai Renjun ketakutan padahal ada Jeno dan Jaemin. Beomgyu tetap khawatir. Karena Renjun coba menghubunginya tak hanya satu kali, seolah memang ada hal yang penting.

Maka dengan cepat, Beomgyu segera meninggalkan pekerjaannya. Mengendarai mobilnya menuju apartemen Jeno Jaemin, ia memasukkan pin begitu mendapati tak ada yang membuka pintu setelah ia menekan bel berkali kali sekalipun.

Ia mendapat pin itu dari Jeno dan Jaemin juga dulu, mereka berdua memberikan itu padanya untuk jaga-jaga jika Renjun mereka tinggal sendiri sementara Renjun selalu mengatakan tak apa jika tak ada siapapun. Jeno dan Jaemin selalu mengkhawatirkan Renjun.

"Renjun! Jeno! Jaemin!" Panggilnya dengan suara keras, ia heran kenapa apartemennya malah kosong. Kemana semua penghuni disini?!

Beomgyu semakin diserang kekhawatiran, maka ia menelpon Xiaojun untuk menanyakan Renjun. Dan yang ia terima justru kabar bahwa Renjun juga tak ada di rumahnya.

Setelah itu, Beomgyu keluar dari apartemen itu dengan langkah cepat. Ia panik luar biasa, apalagi Renjun sensiri yang malah tak mengangkat panggilannya. Ia kini mencoba menghubungi Jaemin, namun tak ada jawaban. Pada Jeno, nomor itu sedang dalam panggilan lain. Beomgyu lupa, kalau kedua dominan itu hanya akan cepat merespon panggilan dari Renjun saja.

at the end ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang