Zia banyak berbicara mengenai Renjun akhir-akhir ini, sering ia sengaja mendatangi Winwin untuk membahas itu. Ingin tau apa saja yang Renjun ceritakan pada Winwin, ia bersyukur setidaknya Renjun bisa mengeluarkan keresahannya pada oranglain jika padanya masih merasakan ragu.Ini adalah hari kelima Renjun pergi dari rumah, juga hari keempat Xiaojun menemani Renjun disana. Zia mengerti kekhawatiran Xiaojun, maka ia pun tak keberatan Xiaojun memilih menemani Renjun. Zia juga yang meminta Winwin agar menemui Renjun setiap dua hari sekali.
Zia berencana menemui Renjun juga akhir pekan ini, karena ia juga penasaran ingin melihat langsung keadaan Renjun. Ingin tau apa raut sedih yang tempo hari ia lihat masih terlihat di wajah cantik Renjun, atau mulai terganti raut lega setelah beberapa hari ini. Juga Zia rindu adik kecilnya itu, dan sepertinya bukan hanya dirinya saja yang merasakan itu.
Dua orang yang kini berada di hadapannya juga beberapa hari ini sering membuntutinya untuk mengetahui dimana keberadaan Renjun, dan ia pikir bukan perasaan rindu saja yang dirasakan dua orang dominan ini. Raut frustasi kentara sekali muncul di wajah tampan keduanya, Zia juga menangkap raut memelas dari Jaemin. Sementara Jeno hanya menatapnya penuh permohonan.
"Kalian kadang begitu kompak saat itu menyangkut Renjun." Zia terkekeh mengingat keduanya yang selalu datang di waktu berdekatan saat menemuinya. Kalaupun salah satunya tak menemuinya, pasti yang satunya menghubunginya lewat telpon. Dan pertanyaan mereka hanya tentang dimana keberadaan Renjun.
"Kak—"
"Aku bisa muntah jika kau menanyakannya lagi." Ujar Zia, ia hanya sungguh mulai bosan mendengar segala pertanyaan dua mantan kekasih adiknya itu.
Jaemin yang ditatap Zia, langsung mengatupkan lagi bibirnya. Ia hanya tak sabar ingin tau dimana Renjun ia ingin menemui submisif itu lagi.
"Kalian sefrustasi ini setelah kehilangan Renjun, lalu kenapa dulu berpikir melepas dan meninggalkannya?" Raut Zia masih terlihat ramah, namun nada yang dikeluarkan mulutnya begitu penuh kesinisan. "Renjun pun merasakan kekacauan itu dalam dirinya, saat ia kehilangan pegangannya dan itu adalah Kalian." Lanjutnya sambil menatap bergantian dua orang itu.
"Dari dulu mentalnya sudah tak baik, dan dengan mendapati dua orang yang ia percaya untuk membahagiakannya pergi tiba-tiba. Jelas ia hancur."
"Ini bukan hanya tentang patah hati, mengertilah. Jangan buat ia semakin tertekan menghadapi kekeras kepalaan kalian."
Jeno kini menatap Jaemin dengan kesal. "Kalau kau tak meninggalkannya, ia tak akan jadi seperti itu dan berakhir kesakitan lagi."
Zia melihat Jaemin hendak memprotes, namun ia memotongnya dengan menegur Jeno. "Jeno, harus kuingatkan kalau kau memiliki andil besar juga dalam kesakitan Renjun, benar? Ia pertama kali patah olehmu, kemudian berakhir hancur oleh Jaemin."
"Kalau dari awal kau bertahan dengan Renjun, anak itu tak akan bersedih berlarut-larut kemudian membuat Jaemin berpikiran dirinya tak diinginkan kemudian meninggalkannya."
Jeno terdiam, bahunya yang tadinya tegang karena kesal. Kini melemas, begitu banyak disadarkan akhir-akhir ini.
"Dan sebenarnya perkataannmu yg mengatakan menginginkan Renjun untukmu saja, itu mengganggu Renjun. Kau sudah tau Renjun tak bisa seperti itu dan malah mengucap itu." Ujar Zia.
Jaemin yang tadinya merasa senang karena semua kesalahan ini Zia jatuhkan pada Jeno, kini tersentak saat Zia ganti menatapnya dan berkata. "Ditambah Jaemin mengucapkan hal serupa, kalian hanya berakhir membuat Renjun tertekan."
"Aku sarankan, berhenti menginginkan Renjun jika kalian hanya terus memberinya tekanan macam ini. Aku dan Xiaojun ingin ia sembuh."
Setelah Soobin yang saat itu mengatakan pada mereka untuk tak terus egois dan menerima pilihan mereka yang menginginkan Renjun. Ingatan mereka kembali pada bagaimana sejak dulu mereka yang menerima keadaan Renjun, namun malah berangsur mengutamakan keegoisan masing-masing.
"Ia bahkan sampai bertanya bagaimana cara menyembuhkan kecenderungannya akan hubungan polyamory, ia berpikir banyak yang salah dalam dirinya karena menginginkan hubungan yang jarang dimiliki orang-orang. Ia hanya terus memikirkan semuanya dari sudut pandang yang salah."
Jaemin mengingat bagaimana banyaknya Renjun sering menyalahkan diri sejak dulu, lalu kenapa bisa-bisanya sekarang ia kembali menjadi penyebab Renjun berlaku demikian lagi? Kenapa ia begitu sulit menghilangkan sifat gegabahnya.
"Aku ingatkan kembali, mental Renjun sudah tak baik sejak lama. Dan kelakuan kalian hanya membuat hal itu bertambah buruk, mengingat ia banyak menggantungkan kebahagiaannya pada kalian."
Jeno merutuk dalam hati, bisa-bisanya ia membiarkan Renjun tertekan akan permintaannya, perkataan dan keluakuannya. Kenapa tak ia pikirkan bagaimana perasaan Renjun yang sejak awal begitu rapuh. Kemarin-kemarin ia masih tak terima saat dijadikan orang yang disalahkan atas kekacauan yang terjadi dalam hubungan yang memang sulit.
"Berhenti disini saja, Jeno Jaemin." Perkataan Zia ini membuat kedua dominan itu menolak keras, tak mau mendengarkan perkataan terakhir wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
at the end ✔
FanficNORENMIN JENO - RENJUN - JAEMIN [noren-jaemren] SEQUEL 'a lot like love' ⚠️⚠️⚠️ bxb mature