18. Brother's worries

2.4K 335 21
                                    

Perasaan Beomgyu dan Soobin saat ini benar-benar tak tenang, melihat Renjun yang jatuh pingsan setelah terus menangis ketakutan dengan wajah pucat itu. Renjun yang sekarang mereka lihat adalah Renjun yang persis saat anak itu ditinggal Xiaojun. Rapuh dan penuh kesedihan.

Soobin baru saja menutup gorden kamar Renjun, karena hari memang mulai sore juga diluar masih hujan meskipun petir sudah tak saling bersahutan seperti tadi. Beomgyu tengah menyeduh minuman hangat untuk mereka setelah mencari baju gantinya dengan susah payah dari lemari Renjun.

"Apa dokter Park tidak bisa kemari?" Beomgyu memasuki kamar Renjun sambil membawa nampan berisi tiga cangkir berisi minuman hangat.

"Ia bilang akan kemari, jalanan menjadi sulit dilewati saat cuaca seperti ini."

Benar, dan Beomgyu bersyukur kalau tadi ia masih bisa mengendarai mobilnya tanpa hambatan untuk kemari. Jika sampai ia telat datang menemui Renjun, ia tak tau apa yang akan terjadi pada Renjun.

"Kak Xiaojun?" Beomgyu menyimpan satu cangkir di dekat ranjang Renjun, agar memudahkan jika nanti Renjun bangun.

"Ia dalam perjalanan juga kemari, ia panik juga setelah kau tadi menanyakan Renjun padanya." Baru saja Soobin menyelesaikan kalimat itu, suara erangan Renjun terdengar membuat keduanya segera beranjak dari kursi yang mereka duduki dan mendekati Renjun.

Renjun belum membuka matanya, namun isakan samar dapat mereka dengar. Isakan demi isakan terus keluar dari mulut Renjun, Beomgyu dan Soobin yakin kalau anak itu kembali diserang mimpi buruk. Itu yang selalu terjadi pada Renjun, saat traumanya sempat muncul lagi.

"Kak!" Beomgyu lega menemukan Xiaojun memasuki kamar Renjun diikuti Zia.

Xiaojun melihat adiknya yang tidur dengan tidak tenang, ia meraih pipinya dan mengusapnya. Hal itu membuat Renjun terbangun cepat, ia menatap sang kakak dengan mata berkaca-kaca.

"Dimana Jaemin? Kenapa kau sendirian dengan ketakutanmu?" Xiaojun memeluk Renjun yang mulai menangis lagi.

Renjun yang mendengar pertanyaan sang kakak, hanya mampu menangis tergugu sambil menggelengkan kepalanya. "Mereka berdua pergi." Kata Renjun dengan tangisannya.

Zia mengerutkan dahinya, begitupun Beomgyu serta Soobin. Zia baru mengetahui kalau Jaemin pun pergi dan menyerah akan hubungan polyamory mereka seperti Jeno yang telah menyerah lebih dulu.  Sementara Soobin dan Beomgyu, mereka bahkan baru mengetahui kalau Renjun kini tak dengan siapapun.

Pantas saja, Renjun seterguncang ini. Orang-orang yang anak itu jadikan pegangan memutuskan pergi darinya, sementara Renjun tak memiliki persiapan apapun soal semua itu. Soal traumanya yang bisa muncul kapan saja. Sementara sandarannya hilang. 

"Kenapa malah pindah kemari? Kita pulang ke rumah, aku dan Zia tak akan membiarkanmu sendirian." Perkataan Xiaojun tak mendapat respon dari Renjun, anak itu sudah tak menangis namun masih memeluk tubuh Xiaojun dengan erat.

Beberapa menit kemudian dokter Park datang dan langsung memeriksa keadaan Renjun. "Renjun, berapa lama kau berada di dalam air?" Tanya sang dokter.

Beomgyu juga ingin tau mengenai itu, karena tadi saat ia datang tubuh Renjun sudah nyaris beku karena berada di air dingin. Namun sayangnya Renjun tak menjawab juga, anak itu tetap diam tak mau membuka suara.

Xiaojun diam-diam menghela napas berat, ia tak mengerti kenapa adiknya memiliki inisiatif menghilangkan ketakutannya dengan menenggelamkan diri ke dalam air? Jika tadi Beomgyu telat menghampiri adiknya itu, mungkin justru ketakutan Xiaojun yang akan terwujud. Adiknya mungkin sudah kehilangan napasnya.

"Setelah ini ayo pulang." Xiaojun tak akan mengizinkan Renjun tinggal sendirian lagi.

Xiaojun meraih kunci kamar Renjun, dan membawanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xiaojun meraih kunci kamar Renjun, dan membawanya. Ia tak akan membiarkan Renjun memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktunya sendirian, ia tak mau membuat peluang untuk anak itu menyakiti dirinya sendiri lagi.

Tadi ia telah berbicara dengan Zia mengenai Renjun, Xiaojun mengungkapkan ketidak habis pikiran akan langkah yang Renjun ambil untuk menghilangkan ketakutannya itu.

"Orang dengan trauma seperti Renjun, pasti selalu mencari cara cepat untuk 'menghadapi' traumanya. Kita tau sendiri, semua luka lama Renjun sembuh karena Jeno dan Jaemin. Setelah kedua orang itu pergi dari Renjun, luka lama Renjun seolah 'dibuka' lagi. Trauma yang biasa tertangani, kini tak bisa Renjun hadapi lagi."

"Traumanya akan kembali menghampirinya dengan mudah, mengingat sebanyak apa dulu ia mempercayakan kesembuhan dirinya pada orang-orang yang menemaninya. Jeno dan Jaemin."

Trauma Renjun tak hanya soal suara keras, Xiaojun tau itu. Anak itu bahkan sempat mengalami perundungan di sekolahnya dulu, entah kekerasan ataupun ucapan menyakitkan. Dan Zia benar, mungkin akan banyak trauma Renjun yang bisa kambuh lagi jika anak itu kembali di hadapkan akan kejadian-kejadian yang membawa ingatannya pada peristiwa mengerikan yang sempat dialami Renjun.

Xiaojun khawatir akan semua itu.

"Tidur, Renjun. Aku akan tidur disini." Xiaojun berbaring di sofa lebar yang berada di kamar Renjun, untuk malam ini ia tak akan membiarkan Renjun tidur sendirian juga.

Walaupun sekarang mereka sudah berada di rumahnya, tetap saja Xiaojun masih teringat bagaimana cerita Beomgyu yang menemukan Renjun dalam keadaan pucat siang tadi. Xiaojun tak mau jika saat ia kembali kr kamarnya dan Zia, hujan bisa saja kembali turun mengingat di luar pun masih gerimis. Lalu kembali muncul petir, dan membuat Renjun ketakutan lalu memutuskan untuk melakukan hal yang sama seperti tadi. Xiaojun tak mau itu.

"Kak Xiao, kak Zia kasihan tidur sendirian." Ujar Renjun.

"Ia tak keberatan sama sekali." Jawab Xiaojun.

Renjun pun menghela napas dan menyerah mengusir sang kakak dari kamarnya, karena kakaknya begitu kukuh akan itu. 

___________

Tenang aja dulu..😊

at the end ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang