[18]-Balasan Keenan

144 36 7
                                    

-
Muncul dari lubuk hati terdalam, terpendamnya kekecewaan yang kuat, membuat siapa pun yang merasakannya akan menderita
-

Angin berhembus membuat suasana semakin nyaman, terlihat Tezza memandang keluar jendela, difikirannya saat ini hanya keputusannya dengan Fendra, ia memang membenci Zein, namun tetap saja Zein tak akan pernah lepas dari statusnya sebagai sahabat Tezza, itu membuat Tezza frustasi, entah apa yang harus ia lakukan sekarang, ia telah mendapatkan kepercayaan Fendra untuk mengikuti rencananya, dan tidak mungkin ia membatalkan rencananya yang hampir matang itu

"Ck! ngapain sih gue mikirin tuh bocah, diakan udah renggut Lyla dari gue, pokoknya keputusan gue harus bulat! ayo Tezza lo harus bisa andalin ego lo" gumamnya

Ceklek,,
"Tezza.."

Tezza berbalik, terlihat mamanya yang berada diambang pintu, lalu menghampiri mamanya

"mama? mama ngapain dikamar Tezza?"

"mama cuma mau ngasih sesuatu kekamu"

"apaan ma?"

"nih" Rarra menyodorkan sebuat undangan kepada Tezza, membuat Tezza heran kenapa mamanya memberikan undangan itu padanya

"ini undangan dari siapa ma?"

"itu dari keluarga Zein, dua hari lagi acara pernikahan orang tuanya"

Tezza melempar undangan itu keranjangnya "terus?" tanyanya mantap

"ya mama gak mau lah kepernikahan mereka, jadi kamu yang harus wakilin mama"

"tapi ma-" ucap Tezza terpotong

"pokoknya gak ada penolakan, mama juga gak enak kalau undangan itu sia sia, lagian ngapain juga sih, si Nayla itu ngundang mama, gak penting banget" Rarra berjalan keluar kamar Tezza "kamu harus jadi yang paling mencolok dari Zein.." ucapnya sebelum keluar dari kamar Tezza

"akh! mama apa-apaan sih! kok gue yang harus wakilin, mana gue disuruh mencolok lagi dari Zein, coba aja tuh perempuan bukan mama gue, udah gue pites²!" gumamnya kesal lalu menjatuhkan tubuhnya keatas kasur
.

.

.
Dikediaman Nayla..

"ma, tepat setelah acara pernikahan mama selesai, Zein akan ikut Faaz ke luar negri sekaligus lanjut sekolah"

"lho, kok gitu? emang kamu gak kesekolah yang biasannya sayang?"

"mama gak tau?"

"enggak, emang apa yang mama gak tau?"

"selama beberapa hari kemarin ini, Zein udah.. dikeluarin dari sekolah ma"

"ooh jadi itu yang buat anak mama sampai mau pindah keluar negri ninggalin mama.. cemen banget sih"

"eh, bukan gitu ma, Zein cuma khawatir berita Zein dikeluarkan dari sekolah, menyebar kesekolah lainnya yang ada di-indonesia, jadi Zein mutusin untuk sekolah diluar negri bareng Faaz.."

"tapi kamu yakin mau ninggalin mama nih? Papa kamu orangnya kasar lho.."

Zein memeluk Nayla erat "kalau papa sampai lukain mama, Zein sendiri yang bakal hukum papa dengan hukuman sebesar-besarnya. Jadi.. izinin Zein keluar negri ya.."

Selamat Tinggal✔ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang