[33]-Kebahagiaan Semuanya

126 32 4
                                    


Kebahagiaan adalah hal yang diinginkan oleh semua orang, entah kebahagiaan apa yang ia inginkan, mungkin saja kebahagiaan itu dapat mengubah hidupnya

Dua tahun berlalu, setelah pernikahan Jevan dan Nayla, mereka dianugerahi seorang bayi laki² yang sehat. Bayi laki² itu kini berusia satu tahun lebih, Zein sangat senang dengan lahirnya adeknya itu, ia pula yang juga menamainya dengan nama Muhammad Zahfiarsal dengan persetujuan Jevan dan Nayla

Kini dikediaman Zein, terlihat ia yang sedang bermain bersama adeknya dan juga kedua sahabatnya

"mau eskrim gak?" tanya Tezza kepada boneka beruang yang digendongnya, membuat semua tertawa. Faaz menepuk pelan pundak Tezza "kamu ada-ada aja Za, masa boneka ditawarin eskrim sih" ucap Faaz meledek Tezza

"apaan sih, aku cuma main² juga" gerutu Tezza kesal

"udah², berantem mulu kalian berdua, gak malu apa diketawain Zahfi" ujar Zein

"ohiya ya.. pokoknya Zahfi gak boleh ketawain Tezza, karena Tezza gak pantes diketawain" ucap Tezza dengan perasaan gemas kepada Zahfi

Mereka bertiga bercanda riang bersama Zahfi, setelahnya Zahfi tertidur lelap karena mengantuk, merasa bosan ketiganya nongkrong disebuah Cafe

"eum.. aku pesen kopi, kalau kalian?" tanya Tezza

"kopi" ucap keduanya bersamaan

"okeh, kopinya tiga ya" ucap Tezza lalu diangguki oleh pelayanan itu dengan ramah

"Selama dua tahun kemarin rasanya cepet banget ya, gak kerasa udah dua tahun berlalu" ujar Tezza

"iya Za, Alhamdulillah selama itu kita masih bisa ngumpul kayak gini" ucap Faaz

Zein terdiam mendengar obrolan kedua sahabatnya, selama mereka bertiga bersama, Zein belum pernah memberitahu sahabatnya mengenai penyakitnya yang memiliki masa hidup, masa hidup itu kini telah sampai pada batasnya, sejak beberapa hari kemarin Zein selalu muntah darah dan mimisan, namun ia tak pernah sekalipun memberitahu keluarga maupun sahabatnya, ia takut dikalau ia akan merusak suasana harmonisnya

Tiba-tiba saja darah mengalir dari hidung Zein, dengan sigap ia mengusap darah itu menggunakan tisu yang selalu dibawanya, sahabatnya tak sadar bahwa hidung Zein mengeluarkan darah dan hanya bertanya apa yang terjadi pada Zein

"kamu kenapa Zein?" tanya Tezza bingung

"aku gak papa kok, aku ke-toilet dulu ya" jawab Zein lalu diangguki keduanya
.

.

.
Sepulangnya mereka bertiga dari Cafe, Zein sedari tadi nampak murung, Faaz yang cemas pun bertanya pada Zein

"ada apa Zein? kok kamu kelihatan murung gitu? ada masalah?" tanya Faaz

Zein tersenyum tipis "emang kalau aku murung kenapa?" tanya Zein kembali

Faaz yang kesal dengan sikap Zein, hanya dapat memendamnya dengan kesabaran. Tezza yang melihat hal itu pun tertawa kecil

"makanya jangan sok perhatian Az, Zein lagi masa nyebelinnya tuh" ujar Tezza

"apaan sih Za, aku cuma nanya aja kok sama Zein, kalau Zein respon kayak gitu gak papa kali" ucap Faaz

"ck, kalau aku yang gituin kamu pasti kamu marah, tapi kalau Zein kamu langsung bisa sabar kayak gitu, hmp!" Tezza memalingkan wajahnya dengan kesal

Selamat Tinggal✔ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang