5 : What's wrong?

123 91 35
                                    

Baru saja Feya hendak keluar ruang VIP-nya, dilihatnya pria bertubuh ideal yang sedang menunggunya di depan pintu.

"Kau belum pulang?"

"Aku akan mengantarmu," ucap Jay.

"H-hha tidak perlu, aku akan pulang sendiri tapi...  Apa kau khawatir padaku lagi?" Tanya Feya yang kini polos walaupun nada bicaranya masih datar.

"Jangan terlalu percaya diri ini karena aku mengingat kau seorang wanita ceroboh dan sekarang sudah larut malam lagi pula tempat tinggal kita berdekatan," lirih Jay yang membalikkan fakta, sebenarnya dia memang khawatir kondisi Feya yang tangannya masih dibaluti perban dan tambah khawatir lagi jika ini semua disebabkan dirinya.

Feya hanya mendengus kesal. Sepanjang jalan dia terus menggerutu tak karuan, Jay yang melihat wanita itu tidak tahan berada disampingnya.

"Kau ini kenapa?"

"Kau buta?? Lihat wanita sempurna sepertiku berjalan kaki... H-hh kau benar tidak berperasaan," maki Feya.

Jay hanya diam seraya menggaruk telinganya yang tidak gatal, jujur dia sangat bingung dan tidak tahu apa yang disukai wanita atau kata lain tidak peka. Maybe ini karena dia tidak pernah menyukai seseorang.

Tak!

Heels yang digunakan Feya lepas dan membuatnya sangat malu dan sedih karena heelsnya yang sangat dia sayangi kini sudah pupus.

"Sial sepatuku‼" Gerutu Feya. Tiba-tiba dia terasa tubuhnya melayang dan jatuh di tangan seseorang.

Jay menggendong Feya tanpa sepatah kata pun.

"K-kau sedang apa kau? Turunkan aku!" ucap Feya meronta-ronta.

"Diamlah atau aku lempar kau ke sungai," seru Jay dengan wajah flat.

Feya terdiam dia pun menenggelamkan wajahnya di badan Jay. Tak sadar jantungnya berdegup kencang dengan pipi yang merona seperti tomat.

Hangat, bantinnya dalam hati.

Setelah berjalan cukup jauh, kini Jay dan Feya sudah sampai di apartemen mereka. Jay menurunkan tubuh Feya dengan sangat berhati-hati.

"Maaf atas lukamu," lirih Jay.

"Hah? Oh ini? Aku sudah biasa ini bukan karenamu," balas Feya terbata-bata karena dia masih saja merasa jantungnya sedang tidak aman.

"Senang mendengarnya, tapi mengapa kamu melukai diri sendiri?"

"A-aku...kau tidak perlu tahu karena bukan urusanmu," jawab Feya seraya menyilangkan kedua tangannya di dada. Jay menghela nafas dengan kasar.

"Baiklah, selamat istirahat nona Feya."

Feya hanya mengangguk dan menunggu Jay benar-benar masuk ke dalam apartemennya. Setelah hari yang panjang Feya merebahkan dirinya di atas kasur yang empuk dan dia pun tertidur.

Tengah malam Feya mendapat mimpi buruk, ia melihat seorang wanita dengan baju serba hitam dan kuku yang sangat panjang, di dalam mimpinya wanita misterius itu terus mengejarnya seraya membawa pisau yang tajam. Feya tertangkap dan dia melihat jelas siapa orang itu dan ternyata adalah ibunya sendiri. Feya terbangun dari mimpinya dengan keringat yang mengalir deras di wajahnya dan nafas yang terengah-engah. Sekarang ibunya menjadi trauma untuk dirinya. Badannya gemetar dan terus mengingat-ingat semua kejahatan ibunya.

Kini sinar matahri pagi menembus jendela dan menerangi apartemen milik Feya. Suara bel apartemennya juga tak henti-henti berbunyi.

"Ck, akan aku bunuh orang yang menganggu tidurku!" Sarkas Feya dan dia segera bangkit dari kasur besarnya.

24HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang