15 : Case

69 45 12
                                    

Setelah sampai bandara, tepat sekali pesawat mereka akan segera berangkat.

"Selamat datang penulis Feya, mari saya tunjukkan tempat anda," ucap salah satu pramugari.

Jay sudah tidak heran jika hampir semua orang yang di temuinya kenal dengan Feya.

Dia duduk berada disebelah Feya lalu memandang ke segala arah.

"Kau sedang apa?" Tanya Feya dengan wajah datar.

"Apa pemberangkatan kita di undur?"

Feya menautkan kedua alisnya. "Apa maksudmu?"

Jay berdecak, "maksudku, kemana semua orang di dalam pesawat ini?"

"Ck, tentu saja aku sudah booking, jadi hanya ada kau dan aku," ucap Feya tertawa kecil lalu membaca bukunya.

"Apa?!" Pekik Jay tidak percaya.

"Apa semua orang kaya selalu boros?" Cibir Jay dalam hati.

"Jangan memakiku," lirih Feya yang masih sibuk membaca buku.

Selalu menjadi pertanyaan di pikiran Jay, kenapa wanita di hadapannya selalu bisa menebak isi pikirannya.

Pesawat mulai lepas landas. Cukup jauh jarak yang di tempuh sekitar 13 jam perjalanan dan karena menegatahui waktu selama itu, Jay dan Feya memanfaatkan waktu untuk beristirahat.

"Mari makan." Feya segera membuka bekal yang tadi di bawanya.

"Aku sedang tidak lapar."

"Ck, jangan sampai badanmu kurus, nanti semua orang mengira aku tidak memberimu makan," ucap Feya dengan nada bergema.

Jay hanya tertawa garing lalu mengambil buku yang berada di tangan Feya.

"Apa cerita ini bagus?"

Feya hanya mengangguk dan segera memasuki suapan pertamanya.

"Sebentar lagi aku akan terbitkan salah satu buku terbaru."

Jay mengangguk pelan. "Apa isi dari buku barumu?"

"Mana mungkin aku membocorkan rahasia buku terbaru!" Ketus Feya dengan wajah datarnya.

"Berhentilah bicara, aku ingin makan," ucapnya lagi.

Jay diam lalu fokus membaca buku itu lagi.

Feya mulai menyuap makanan tersebut, sangat terkejut ketika mencicipi masakan buatan ayah Jay, seperti sesuatu yang tidak asing di lidahnya.

"Kenapa masakan ayah sangat familiar di lidahku? Ah tapi tidak mungkin!"  Batin Feya dalam hati dan berusaha menghilangkan pikiran buruk itu.

Feya lalu membersihkan sudut bibirnya dengan tissue.

"Jay.." lirih Feya sedikit melirik wajah tampan yang berada di sebelahnya.

"Hmm?" guman pria itu seraya menaruh buku yang tadi di bacanya ke sebelahnya.

"Apa aku boleh tau penyakit apa yang membuat ibumu meninggal?" Ucap Feya dengan nada hati-hati.

Jay menautkan kedua alisnya dan wajahnya kini tidak bersahabat, seakan-akan setiap orang yang menyebutkan ibunya,  membuat emosi Jay tidak terkontrol.

"Apa itu penting untukmu?! Kalau pun aku jawab, kau tidak bisa membuatnya kembali hidup," jawab Jay dengan nada yang berayun.

Feya tidak dapat mengalihkan pandangannya pada kedua mata Jay, kini tatapan Jay benar-benar tidak dapat Feya tebak, seperti seseorang yang sudah memendam banyak sekali masalah kehidupan yang di lewatinya.

"Sorryy." Ucap Feya lalu menyilangkan kedua tangannya di dada tak lupa dengan wajah tengilnya.

Jay hanya mendengus kesal, lalu memijat keningnya yang terasa sakit.

"Maaf, bukan aku tidak mau memberi tahumu, karena.." ucapan Jay terpotong oleh jari yang menempel di bibinya.

"Sudahlah, aku tahu kau orang yang tidak mau membuat orang lain tersiksa dengan masalahmu, aku mengerti itu... Tetapi jika kamu butuh bantuan, jangan sungkan karena aku dapat membantumu dengan kemampuan yang aku punya," sela Feya diiringi senyuman yang sangat manis.

Jay menarik kedua sudut bibirnya lalu dia mengacak-acak rambut Feya dengan gemas.

"Si*l apa yang kau lakukan!!" Pekik Feya.

Jay tertawa lepas dan tidak berhenti-hentinya tertawa hingga membuat perutnya sakit. Feya yang melihat itu sangat kesal karena merasa dirinya di tertawakan.

"Apa kau sudah siap mati Jay?!" Geram Feya sedikit mengerucutkan bibirnya.

"Haha... Iya maaf," balasnya dengan suara yang lembut.

remember
happiness is simple

Setelah sampai di bandara yang terletak di komune Roissy-en-France, 25 km di timur laut Paris. Feya turun dengan di kawal beberapa orang begitu juga dengan Jay.

"Akan kemana sekarang?" Tanya Jay yang membelakangi tubuh Feya.

"Makan siang."

Jay menganggukkan kepala lalu melihat ponselnya.

"Kau sedang apa?"

"Mencari taxi," Jawab laki itu yang masih memainkkan ponselnya.

"Ck, apa kau lupa siapa aku Jay?? Wanita terkaya!" Ketus Feya seraya bercakak pinggang.

Jay hanya tertawa miris, tak menunggu waktu lama, mobil yang cukup mewah menghampiri mereka.

"Wah"  Jay berdecak kagum setelah melihat mobil bewarna hitam tersebut.

"Cepat."

Mereka berhenti di sebuah restoran yang berdiri megah dan bisa di bilang restoran ternama di Prancis yaitu 'Il était un square'.

"Selamat datang nona Feya, mari saya antar ke tempat nona," ucap ramah salah satu pelayan.

"Sekarang kamu ke dapur dan masakkan masakan untukku," ucap Feya.

"Hah apa?!" Pekik Jay dengan wajah tidak percaya.

"Apa kau tahu tujuan membawamu? Tentu saja untuk chef pribadiku dan ingat aku tidak bisa memakan makanan yang tinggi karbohidrat," gerutu Feya.

"Bahkan saat berada di tempat makan pun, aku tetap yang memasak? Kenapa tidak di hotel saja sekalian?"
Jay menghela nafas panjang lalu segera berlalu pergi ke bagian dapur restoran. Feya yang mendengar itu hanya bisa tersenyum manis dengan wajah tak bersalah.

"Ada yang bisa kami bantu tuan?"

"ini perintah penulis Feya siapkan beberapa bahan untuk  aku memasak," jawab Jay yang mulai menggunakan pakaian khusus.

"Baik tuan."

---------------

Hallo semuanya cerita gue yang update kalian bisa cek diinstagram gue @hannahurmu_
Untuk tahu tokoh dalam cerita ini, kalian bisa cek di@hanpadd disana juga banyak potongan-potongan dari cerita gue,
So don’t forget to always support my novels‼ ❤️

24HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang