6 : Your Presence

117 89 64
                                    

Carisa yang tau kenapa sikap Feya begitu, mulai memainkan aksinya.

“Jay bagaimana kalau kita foto, kan sudah lama kita tidak bertemu,” ajak Carisa dengan wajah dewasanya.

Jay mengangguk pelan walaupun pandangannya masih tertuju pada Feya. Wanita berbadan ideal itu segera bangkit dari kursi lalu menghampiri Jay, tanpa rasa malu tangannya melingkari leher laki tersebut.

“1…. 2…. AWW‼” Sontak Carisa menjerit dengan sedikit menaikkan kaki kirinya yang kesakitan, ternyata Feya bangkit dari kursinya dengan kasar, sehingga kursi yang dia duduki mendorong ke belakang persis kedua lawan jenis itu sedang berfoto.

“Ups… soorryy,” ucap Feya dengan wajah memelas. Jay yang melihat perilaku atasannya itu, mulai menutup mulutnya dengan tawa kecil.

“Dasar bodoh, matamu buta apa??‼‼” Ketus Carisa.

Feya tidak mengubrisnya, lalu dia pergi ke toilet tanpa permisi.

“Jay‼ bagaimana kau bisa bekerja dengan wanita samp*h itu?”

Brakk‼

Jay mengebrak meja di depannya dengan sangat kencang. Hingga membuat tamu yang lain menatapnya. “Ingat nona Carisa, kita hanya rekan bisnis, tidak ada yang perlu dibahas selain pekerjaan! Dan ingat, nona tidak punya hak bekomentar tentang pekerjaanku!” Tegas Jay lalu dia pergi meninggalkan Carisa.

Wanita itu merasa malu diperlakukan seperti itu oleh Jay, dia pun menghubungi seseorang.

“Putuskan kontrak dengan restoran 7 star!” Ucapnya dengan nada emosi.

Lihat saja Jay, aku akan membuatmu bertekuk lutut padaku!” Batin Carisa seraya mengepalkan kedua tangannya.

Sedangkan di dalam toilet perempuan, Feya terus menggerutu tak karuan.

“Ck, menyebalkan sekali… lihat saja Jay, beraninya kau mentertawakanku tadi,” lirih Feya dengan sedikit mengerucutkan bibirnya.

Setelah dia keluar dari toilet, Jay sudah menunggunya di depan. Feya tidak melirik sedikit pun dan hendak melewati keberadaan Jay.

“Nona feya! Maaf atas ketidaknyamanan di restoranku,” ucapnya yang menahan tangan Feya.

“Kenapa?” Jawabnya ketus.

“Rekan bisnisku?”

“Huftt… I don’t care about that girl!” Ucap Feya seraya menepis tangannya.

Klien Feya juga cemas dan
menemuinya tepat mereka berdua bicara. “Penulis Feya, apa kau tidak apa-apa?" Ucap klien tersebut dengan halus, memang kliennya kali ini lebih muda dan tampan, tapi itu tidak membuat Feya tertarik sedikitpun.

Tampan juga, kalua gitu aku harus memanfaatkan keaadan,” batin Feya dalam hati .

“Tidak apa tuan, aku hanya sedikit haus,” balas Feya yang tak kalah lembut.

Laki itu menuntun Feya ke kursi yang  tadi mereka duduki. Jay yang melihat itu tidak bereaksi sedikitpun.

Why be jealous?
While we don’t put a heart


Setelah berbincang lama dengan klien, Feya menengok ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Jay. Klien yang daritadi bicara hanya dianggapnya angin kerena tujuan dia hanya untuk membalas koki pribadinya itu, ternyata dugaannya salah, Jay terlihat tertawa bersama dengan petugas keamaman restorannya.

“Menurut anda bagaimana?” Ujar klien tersebut memecah lamunan Feya.

“Oh ya, ya, bagus,” jawabnya singkat dan terus menoleh kearah Jay.

“Sudah sampai sini saja pertemuannya, ada hal yang harus aku urus,” lanjutnya lagi, tanpa basa-basi segera meninggalkan kliennya begitu saja.

“Eh-hh non…” Lirih klien dengan kecewa.

Dengan langkah berat, Feya menghampiri Jay. “cepat!” ucap Feya seraya menarik tangan Jay tiba-tiba.

“Mau kemana?”

“Sudah ikut saja.”

Feya melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi dan berhenti disuatu pantai yang sangat indah ditambah matahari yang akan segera terbenam.

“Keluar.”

Jay segara turun dan mengikuti langkah wanita itu.

“Ini pantai terakhir aku bermain dengannya,” lirih Feya yang masih menatap gelombang ombak yang terlihat cantik.

“Kenapa kau membawaku kesini?”

“Ketika aku sedih, marah dan kesepian. Aku akan selalu berada di tempat ini, tempat satu-satunya yang membuat diriku tenang,” angin pantai membuat rambut Feya berkibaran bebas. Terlihat wajah sayu yang menyerupai jeritan seseorang tanpa melihatkan kesedihannya secara langsung.

Great people are people
Who can cover their
Sadness without words.

Tanpa sadar Jay memeluk tubuh Feya dengan sangat tulus. Wanita itu mulai meneteskan air matanya dengan sangat deras, entah mengapa hatinya sesak. Merasa kesepian yang menyelimuti dirinya kini pergi begitu saja. Beban yang dia pikul dari lahir kini terasa ringan hanya dengan satu pelukan seseorang yang jelas baru beberapa hari lalu dia temui.

Mereka berdua saling bertukar cerita, Feya yang biasanya tidak pernah terbuka pada seseorang, kini dia merasa aman dan tenang ketika beraada di dekat laki itu. Karena malam sudah tiba, kedua orang itu memutuskan untuk bermalam di pantai untung saja dalam mobil Feya selalu siap perbekalan, dari daging beku dan minuman instant. Mereka hanya cukup membuat api unggun untuk memasak masakan tersebut.

Matahari mulai menyorot wajah cantik Feya hingga membuatnya terbangun. Ketika dia sadar Jay sudah tidak berada disampingnya, dia mulai memutar wajahnya mencari keberadaan laki itu.

“Kau sudah bangun?” Ucap Jay seraya menghampiri Feya yang masih duduk dengan membawa beberapa daging iris dan susu coklat hangat.

“Sarapanlah.”

Feya hanya mengangguk, wajahnya terukir senyuman yang sangat langka, pagi yang di suapi dengan wajah tampan dan beribawa melihatnya saja sudah cukup membuatnya kenyang.

“Makan lalu kita bergegas pulang,” ucapnya lagi.

“Kenapa pulang cepat?” ucap Feya.

“Apa kamu tidak mandi dan tidak rindu kasur?” Ledek Jay diiringi tawaan kecil.

Feya hanya mendengus kesal. Barusaja dia tersenyum dan sekarang dia harus memsang wajah badaknya lagi.

Kini Jay yang mengendarai mobilnya, dtitengah perjalanan ponsel Jay berdering.

“Halo?”

Ciitttt‼!

Mobil yang di kendarainya berhenti secara mendadak. Untung saja Feya menggunakan safety belt, jika tidak mungkin dia akan terbentur kedepan.

“Apa??‼! pembunuhan?? Baik aku segera kesana‼” Ucap Jay lalu memutar balik mobilnya.

“Pembunuhan?? Dimana?” Tanya Feya membuka mulutnya lebih duluan.

“Di perumahan rumah lamaku.”

“Kan hanya tetangga, bukan rumahmu yang kena kan?” Lirih Feya memutar malas bola matanya.

“Kalau dibiarkan itu akan membahayakan warga yang lain, tetap saja aku harus menjaga keamanan komplek milik ayahku,” jawab Jay dengan dingin.
Whatt?? Jadi itu perumahan milik ayahmu?”

Jay hanya mengangguk dan tetap focus pada jalan.

-------------

Hallo semuanya cerita gue yang update kalian bisa cek diinstagram gue @hannahurmu_
Untuk tahu tokoh dalam cerita ini, kalian bisa cek di@hanpadd disana juga banyak potongan-potongan dari cerita gue,
So don’t forget to always support my novels‼ ❤️

24HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang