Feya sudah selesai membersihkan dirinya begitu juga dengan gadis kecil tersebut. Mereka berdua pun duduk di sofa dengan jarak satu meter. Tanpa ada suara yang keluar dari mulut mereka. Anak itupun memulai perbincangan lebih duluan.
"Kak..."
Feya hanya melirik gadis itu dengan wajah datar dan tangan yang memegang buku.
"Apa kau tinggal sendirian? Dan apa kakak Jay juga?" Tanya gadis itu dengan kepala sedikit menunduk.
"Ya," jawab Feya dengan singkat.
"Apa kalian pacaran?"
"Uhuk!!" Feya yang baru saja mau meminum teh yang dipegangnya tersedak dengan pertanyaan gadis itu.
"Kenapa kau menanyakannya?" Ketus Feya dengan mengerutkan keningnya.
Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Ck, ingat gadis kecil... Kau tidak pantas bertanya itu padaku," ujar Feya seraya meminum tehnya.
Gadis itu menggigit bibir bawah dan menggenggam erat ujung bajunya.
Bel apartemennya pun berbunyi. Jay lalu masuk dan membawa beberapa kotak makan. Dia merasa suasana di tempat mereka berkumpul terasa mencekam.
"Apa aku melewatkan sesuatu?" Ucapnya memecah keheningan. Tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan Jay, dengan segera Jay mengeluarkan makanan yang tadi dibawanya.
"Mari makan," ajaknya.
Mereka pun mulai memakan masakan tersebut. Feya merasa tidak nyaman karena gadis itu terus menabrakkan sendok dan piringnya hingga membuat suara yang tidak enak di dengar.
"Kau ingin makan atau tidak??" Geram Feya yang sudah hilangan kesabarannya.
"Feya," Ujar Jay dengan sedikit menaikkan nada suaranya.
"Apa?!" Balas Feya dengan sorot mata tajam. Jay tidak menggubris wanita itu.
"Ly kamu mau apa?" Tanyanya halus.
"Aku tidak mau tinggal bersama penyihir ini ka," lirih gadis itu.
Brakk!!
Feya memukul meja makan dengan keras.
"Berani kau menyebutku penyihir??!" Ucap Feya dengan tatapan tajam pada gadis itu.
Namanya adalah Lily anak yang dikenal pendiam dan suka menyendiri. Baru lima bulan keluarganya pindah ke tempat perumahan milik ayahnya Jay. Bahkan keluarganya juga enggan bergaul dengan tetangga, mereka sering mendapat cemoohan dari warga setempat.
"Feya!! Dia hanya anak kecil!" Ucap Jay.
Feya semakin lama semakin kesal dengan pembelaan Jay kepada Lily. Tapi saat dia melihat wajah anak itu, Feya mengeluarkan senyum sinisnya.
"Kak... Aku mau tinggal dengan kakak saja... Kan kakak tetanggaku, bahkan aku juga belum tahu siapa kakak ini," tunjuk Lily ke arah Feya.
"OMG?!! Kamu tidak tau siapa aku??! Penulis terkenal dan kaya raya!! Pasti kau tidak tau dunia maya," ketus Feya seraya membuang muka dengan wajah kesal.
"kak...." Ucap anak itu lagi dengan ekspresi memelas seraya menarik baju Jay.
"Sangat manipulatif," batin Feya diiringi senyum tipis.
"E-ehh.... Boleh Lily.." balas Jay dengan senyuman hangat.
Feya mengepalkan kedua tangganya dengan wajah memerah.
"Sabar Fey!! Kau harus lihat langkah apa selanjutnya gadis ini," batin Feya lagi.
Jay menatap Feya dengan penuh arti.
"Kalau kalian satu apartemen, maka aku akan ikut bersama kalian! Ingat walaupun kau anak kecil, tetap saja kau wanita," ucap Feya seraya menopang dagunya dengan kedua tangan.
Jay yang mendengar itu mengeluarkan senyumnya. Sangat senang karena Feya dapat membaca apa yang dia inginkan. Gadis itu hanya menunduk tanpa mengucapkan apa-apa lagi selama mereka pindah ke apartemen milik Jay.
Di dalam apartemen Jay ada tiga kamar tidur jadi mereka memiliki kamarnya masing-masing.
"Kalian tidur saja duluan... Aku mau menyelesaikan beberapa pekerjaanku dulu" ucap Jay kepada dua wanita itu.
Feya mengangguk dan berjalan menuju kamarnya begitu juga Lily.
Jarum jam menunjuk di angka dua pagi, dia merasa lelah dan sedikit pegal di bagian lehernya. Karena haus Jay mulai mengambil air di dalam kulkas. Entah mengapa dia merasa ada yang sedang mengawasinya.
"Fey?" Ucap Jay dengan suara pelan.
Tidak ada satupun balasan. Dia menaikkan bahunya tanda tidak peduli.
"Mungkin hanya perasaanku," batinnya.
Dia merasa tidak tenang karena baru pertama kali tempat yang dia tinggali ada seorang wanita.
Feya lagi-lagi di datangi mimpi buruk dan mimpi yang sama seperti kemarin. Keringat mengucur deras di tubuhnya dengan nafas yang tersengal-sengal. Dia mulai mengucapkan sesuatu.
"Jangan mendekat! Jangan mendekat!!" Ucap Feya masih dalam keadaan mata tertutup. Hingga membuat Jay menerobos masuk ke kamar Feya.
Jay lalu mengelus rambut Feya dengan lembut dan memegang tangan Feya. Perlahan gerakan Feya mengurang dan kembali tertidur. Dahinya yang mengerut sekarang sudah menghilang.
"Entah apa yang membuatmu seperti ini" batin Jay dalam hati.
"Aku akan melindungimu Fey," lirih Jay dengan senyum yang manis terukir di bibirnya.
when good is accompanied by bad..
---------------
Yuk cek info ter-update di Instagram gue !! @hannahurmu_
Untuk tahu lebih dalam bisa cek di @hanpadd!!
So thank U buat kalian yang setia membaca ceritaku!!! ❤️🐼
KAMU SEDANG MEMBACA
24H
RomanceFEYA ASLEY wanita yang nyaris di sebut sempurna dengan segala kelebihan dari segi prestasi, terkenal, kaya raya, memiliki badan yang bagus dan berparas cantik tetapi dibalik semua kelebihannya dia memiliki sisi gelap. Keras kepala, suka mengintimid...