Elenea masih diam, tak tau harus berekspresi bagaimana setelah melihat kedua cowok yang mungkin akan menyerbu dirinya dengan topik pembahasan yang menyebalkan. Dan benar saja dua pasang mata itu tidak terlepas sedikitpun untuk menatap dirinya, sebagai seorang wanita tentu itu sangat risih. Bahkan kini makanan pesannya belum kunjung jadi.
"Maaf, ya neng bumbu pecelnya masih belum jadi. Memang hari ini agak terlambat sedikit. Silahkan duduk dulu." Seorang lelaki berpeci itu membungkukan badannya sebagai tanda hormat kepada pelanggan, Elenea juga turut menundukkan punggungnya sebagai timbal baliknya.
Elenea kemudian berjalan menuju bangku panjang itu, mendaratkan pantatnya hingga cukup jauh di samping Galen. Ia sampai detik ini pun berusaha untuk tidak menatap dua cowok di sana, meskipun hanya berupa lirikan saja.
"El, gimana tadi?"
"Apanya?"
"Tugasnya, Pak Malan nyariin gue gak?" tanya Galen yang kini telah menyerahkan seluruh pandangannya dengan cewek berambut terurai itu.
"Gak masalah, asalkan ngumpulkan tugas. Pak Malan hanya mencari buku tugas bukan orangnya."
Galen tersenyum kikuk, sorot matanya teralih kepada Daniel yang kini sedang beranjak berdiri dengan memamerkan senyum liciknya.
"Permainan di mulai," bisik Daniel tepat di area pendengaran Galen.
Sosok cowok berbadan tegap, dengan rambut yang tertata dengan pomed itu sedang melangkahkan kakinya hingga saat ini berada di dekat Elenea. Tanpa permisi ia bersimpuh di samping Elenea dengan jarak yang cukup dekat, tentu ini membuat sang cewek menggeser kan posisinya dikit demi sedikit.
Namun, bukan Daniel namanya yang pasif dalam bertindak, dengan cekatan ia mencekal pergelangan Elenea hingga sang empu meringis kesakitan. Ia mencoba mendominasi di sana, menatap intens cewek yang tengah berusaha terlepas dari cekalan itu.
Sontak Galen langsung bangkit dari duduknya, tetapi langkahnya harus terhenti karena sebuah tangan yang mengisyaratkannya untuk diam. Bukan tanpa alasan Galen menurutinya, dalam benaknya dirinya sangat tidak bisa melihat ekspresi Elenea yang kesakitan. Namun, tidak ada salahnya juga ia mendengar percakapan di antara Daniel dan juga Elenea terlebih dulu.
"Lepasin, Kak. Sakit," ucap Elenea dengan penuh penekanan.
"Seharusnya gue yang berbicara seperti itu, sampai kapan lo menghindar?" ucap Daniel dramatis, dua pasang matanya menatap Galen jahil. Tentu hal ini dibalas Galen dengan tatapan seakan-akan ingin memakannya hidup-hidup.
"El, kalau lo gak nyaman pergi aja dulu. Biar nanti pesanan lo gue bawa ke kelas," sela Galen dengan cepat.
Galen mulai tak suka melihat perlakuan Daniel yang tak mau kalah itu terlebih ketika ia melihat sosok kakak kelasnya itu yang amat mendominasi keadaan sehingga membuat siapapun diam tak berkutik. Dengan cepat ia menarik tangan Daniel kasar hingga bisa membuat cekalan itu sedikit longgar, hal ini tentu dimanfaatkan oleh Elenea untuk segera melepaskan pergelangan tangannya yang sudah memerah itu.
"Alasan gue masih sama, lo gak pernah berubah. Kasar, anarkis dan selalu mendominasi. I hate you." Elenea segera mengambil pesanan yang kini sudah siap, memberikan selembar uang sepuluh ribu an kepada sang pedagang sebagai imbalannya.
"Gak selamanya apa yang lo mau bisa lo dapatkan. Lo gak lebih dari sampah yang gue tau," bentak Elenea.
Galen mengerutkan keningnya atas semua yang telah terjadi beberapa detik yang lalu, ia menatap kedua tangan Daniel yang kini mengepal kuat. Rahangnya yang mengeras serta sorot matanya yang kian tajam, hingga siapapun yang melintasi jalan di hadapannya menunduk dalam-dalam. Bahkan ada salah seorang siswa yang sekedar meliriknya itu langsung ditendang pantatnya oleh Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEN KALENDRA (COMPLETED)✓
Novela JuvenilTentang Galen Kalendra, cowok berusia enam belas tahun mantan anak jalanan yang nasibnya berubah 180° setelah menjadi anak angkat tunggal dari keluarga kaya raya. Kehidupan barunya mempertemukannya dengan cewek yatim-piatu bernama Elenea. Elenea Sya...