"Chio! Chio! Main yokk!" Teriak Arin dari luar rumah Chio. Arin teriak-teriak dengan percaya diri karena biasanya jam segini waktu weekend, Jeo sudah pergi ke kantor, dan hanya mengisakan Chio sendiri di rumah.
"Eh Arin?" Diluar ekspetasi Arin, ternyata yang membukakan pintu adalah Jeo.
"K-Kak Jeo? Kok kakak belum berangkat ke kantor?" Tanya Arin menahan malu.
"Kakak cuma mau nyantai dulu aja. Ini mau ke kantor kok. Masuk aja, Rin. Chio dikamar tuh." Jeo memang sudah memakai setelan jas kantor rapih lengkap dengan tas kantornya.
Setelah pamit dengan Arin, Jeo pun pergi. Arin langsung bergegas ke lantai dua, dimana kamar Chio berada. Sejak perekrutan Chio menjadi sahabatnya, Arin menjadi sangat dekat dengan Chio.
Arin suka sekali main ke rumah Chio seperti sekarang ini. Arin bahkan sampai tahu jadwal Jeo bekerja, saking seringnya ia main ke rumah Chio. Setelah Ara, Chiolah sahabatnya yang sangat dekat dengan Arin sekarang. Setelah rumah Ara, rumah Chio lah yang menjadi tempat pelarian Arin menghindari apartemennya yang sepi itu.
Arin mengetuk pintu kamar Chio beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Mungkin Chio sedang tidur, pikir Arin. Akhirnya Arin masuk begitu saja ke kamar Chio.
"Uhukk... Uhukkk..." Kamar Chio berkabut dan dipenuhi dengan asap sampai membuat Arin batuk-batuk. Tiba-tiba saja ada yang mendorong Arin keluar kamar.
"Lo jangan masuk dulu bego. Kamar gue lagi di semprot disinfektan." Ucap Chio yang lengkap memakai masker 9 lapis dan sarung tangan latex.
"Dih lo macem-macem aja deh, pake di semprot disinfektan segala."
"Udah sttt... Gak usah ngomel. Dibawah ada pancake oatmeal buatan Kak Jeo tuh!"
"Hah? Beneran? Mauuu!" Tanpa aba-aba, Arin langsung berlari ke bawah, tepatnya ke dapur. Chio hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sebelum melanjutkan pekerjaannya lagi.
Pancake oatmeal buatan Jeo yang dihiasi oleh madu itu memang sudah masuk ke dalam daftar makanan favorite Arin. Semua makanan buatan Jeo selalu enak bagi Arin, tapi pancake oatmeal inilah yang paling enak menurut Arin.
Ditambah lagi, Jeo hanya membuatnya sesekali. Rasanya seperti memakan makanan limited edition. Jadi tidak usah basa basi, Arin langsung menyambar pancake yang diyakini memang untuknya itu.
"Emmmmm... Pancake Kak Jeo emang kelas dunia." Arin senyum-senyum sendiri saking enaknya. Matanya sampai tidak terlihat lagi, saking lebarnya senyumannya.
"Makan pancake aja sampe ilang gitu matanya." Sahut Chio tiba-tiba mengacak rambut atas Arin.
"Ih diem lo. Jadi acak-acakan kan rambut gue."
"Ngapain lo ke sini? Tumbenan banget dateng jam 10. Biasanya suka ikut sarapan disini."
"Gue kan gak mau ngerepotin lo sama Kak Jeo terus. Jadi kali-kali gue bikin sarapan sendiri."
"Tapi ujung-ujungnya kesini juga kan? Sampe disimpenin pancake sama Kak Jeo. Jadi mau apa kesini?"
"Ajarin gue matematika buat ulangan minggu depan dong, suhu."
"Suha suhu suha suhu. Giliran kayak gini aja, nyamperin gue."
"Plissss...."
"Gak gratis."
"Dih pelit."
"Banyak bacot lo. Jadi mau apa engga?"
"Mauuu!"
***
Chio langsung mengambil buku matematika di kamar dan menyuruh Arin untuk menunggu di ruang keluarga. Chio memberikan catatan-catatan yang diyakini menjadi materi untuk ulangan harian minggu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECTIONIST BOYFRIEND [TERBIT]
Teen Fiction[Beberapa part sudah dihapus] [Visual : Mashiho & Kyujin Nmixx] Kehidupan cinta remaja indah yang dibayangkan oleh Arin ternyata tidak berjalan mulus. Bukannya berlayar dengan cinta pertamanya-Yovan, Arin malah harus bertemu dan selalu berurusan den...